26 - Moving home

126 12 7
                                    

Mohon memberikan vote dan komennya.....





Cantika

Setelah memutuskan kembali bersama Mas Devan aku pun menceritakan semuanya pada Mba Renata. Beliau sangat prihatin dengan apa yang terjadi padaku dan meminta koleganya untuk mencarikan kami rumah yang nyaman dan aman untuk di tempati. Mba Renata juga memuji keteguhan cinta kami dan berharap kami semakin kuat dalam menghadapi berbagai persoalan pelik dalam rumah tangga.

Tak berapa lama akhirnya Mba Renata menemukan apartemen yang berada di pusat kota dan harganya lumayan murah tapi nyaman serta aman untuk ditinggali. Aku merasa bersyukur karena Mba Renata mau menolongku sehingga kabar baik ini langsung ku bagikan pada Mas Devan. Jarang-jarang ada apartemen murah di pusat kota yang aman untuk ditinggali. Memang Mba Renata sangat hebat karena memiliki jaringan pertemanan yang luas.

"Beneran ada satpam kan?" Tanya Mas Devan memastikan.

"Iya mas ada satpam dan tempatnya dijamin aman kok.."

Aku menggenggam tangan Mas Devan untuk meyakinkan dia jika tempat yang direkomendasikan Mba Renata adalah tempat yang memang bagus. Lagipula tidak mungkin juga Mba Renata berbohong padaku kan? Apalagi Mas Devan ingin kami segera pindah supaya dia tak merasa cemas lagi saat aku sedang sendirian di rumah.

"Hm.. oke deh kalau gitu kita lihat dulu tempatnya ya kalau cocok kita bisa segera pindah.."

Aku menganggukan kepala setelah itu kami berpelukan lagi. Saat ini kandunganku tak terasa sudah berada di bulan ke 5 dan kian membuncit. Pelukan Mas Devan begitu hangat dan tanpa sadar aku mulai tersenyum karena kini Mas Devan terlihat lebih sehat dan pipinya mulai tembam. Aku merasa puas karena bisa mengurus suamiku dengan baik. Dia terlihat menggemaskan saat pipinya bulat.

Akhir-akhir ini aku tak bisa tidur jika bukan dipeluk oleh Mas Devan. Tampaknya bayi kami ini memang sangat manja tapi aku bersyukur karena kami bisa kembali bersatu meskipun begitu banyak halangan dan rintangan yang datang menghadang. Memang satu-satunya cara agar hubungan kami kian menguat adalah dengan saling percaya satu sama lain.

Beberapa hari kemudian kami akhirnya resmi pindah setelah Mas Devan memastikan jika tempat tersebut memang sesuai dengan yang kami inginkan. Beruntung Mas Ridho, Aletta bahkan Mba Renata datang membantu kami. Mereka adalah orang-orang yang baik dan sudah banyak membantuku dan membantu Mas Devan. Meskipun cinta Mas Ridho sudah ku tolak tapi kelapangan hati Mas Ridho patut diacungi jempol.

Mas Ridho orang baik semoga saja dia segera menemukan tambatan hati yang pas dan memang mencintai dia dengan tulus. Mas Ridho berhak untuk dicintai karena sosoknya yang seperti malaikat. Kami memang tak berjodoh tapi ku harap tetap bisa berteman dengannya.




............






"Gue udah dapet pengacara yang bagus nih Dev tapi lo harus pastiin juga kalau atasan kita dukung lo!"

Setelah kami selesai pindahan, tak lama Mas Ridho membicarakan hal yang penting bersama Mas Devan. Wajah mereka amat serius sehingga aku tak berani untuk ikut campur. Namun mendengar kata pengacara aku yakin pasti pihak Mba Sheza sudah melaporkan Mas Devan ke kantor polisi. Saat mereka terus mengobrol aku pun segera menyiapkan minuman serta camilan untuk mereka berdua. Beruntung kemarin aku membuat cookies cukup banyak dan bisa disuguhkan sekarang.

"Toh Sheza gak punya bukti kalau gue perkosa dia" ucap Mas Devan menimpali.

"Tapi dia punya foto lo berdua lagi pelukan di kasur!"

Mas Devan mulai meminum jus jeruk buatanku. Wajahnya sangat serius dan sedikit membuatku takut karena dia tak pernah menunjukkan mimik muka seperti itu saat sedang bersama denganku.

"Ya tapi lihat juga dong di tubuh dia aja gak ada bukti kekerasan apa-apa!!"

"Lo tetap harus waspada!" Ucap Mas Ridho singkat.

Tanpa sadar aku menghela nafas panjang karena merasa khawatir kalau Mas Devan akan masuk penjara. Aku merasa trauma harus kehilangan dirinya kemarin-kemarin dan berharap dia tetap bisa bersamaku apapun yang terjadi di kemudian hari.

"Cantika masuk kamar..." ucap Mas Devan lembut tapi tegas.

"Iya mas..."

Aku menuruti perintah suamiku dan bergegas masuk kamar. Aku tak tahu lagi apa yang sedang dibicarakan Mas Rido dan Mas Devan hingga memutuskan untuk istirahat karena hari sudah malam. Aku hanya bisa berdoa semuanya baik-baik saja dan mencoba untuk terus berpikiran positif.

Tak lama Mas Devan pun menyusul ke kamar dan ku yakin Mas Ridho sudah pulang. Dia tersenyum manis padaku dan ku balas dengan senyum yang tulus padanya. Mas Devan menarik tanganku lembut hingga aku pun terbangun. Tak lama Mas Devan pun mulai menciumku mesra. Awalnya pelan-pelan namun lambat laun kian intens dan kami saling bertukar saliva. Jika Mas Devan dalam mode seperti ini tampaknya dia takkan berhenti sebelum puas menjamahku. Tapi aku sama sekali tak merasa keberatan, meskipun kehamilan ini sedikit membuatku cepat lelah.



..........




"Kandungan kamu udah mulai besar ya Cantika.. kamu mau tetep kerja?"

Beberapa hari kemudian aku kembali bekerja di toko roti tentu saja ini semua atas persetujuan Mas Devan. Aku bilang padanya selama ini merasa bosan tinggal di apartemen meskipun awalnya Mas Devan tidak setuju. Tapi kandunganku kini sudah kuat sehingga aku lumayan bisa beraktivitas seperti biasa meskipun kaki mudah pegal karena badanku kini membesar.

"Aku mau tetep kerja aja mba soalnya aku bosan di rumah terus..."

"Tapi kalau kamu capek bilang sama mba ya!"

Ah beruntungnya aku memiliki bos seperti Mba Renata yang sangat baik hati. Tapi aku tak mau terus-terusan diperlakukan spesial dan bertekad akan bekerja semaksimal mungkin hari ini. Ku usap perut ini dan berkata dalam hati supaya bayiku bisa bekerjasama. Dengan semangat yang meluap-luap aku pun mulai bekerja dengan giat.

Tak terasa waktu sudah sore dan toko roti pun segera tutup. Saat mulai keluar ternyata Mas Devan sudah menungguku. Tapi senyumanku mulai luntur karena melihat Mas Devan babak belur. Dia pasti habis dipukuli sehingga aku bergegas mendekat padanya dan Mas Devan langsung memelukku erat.

Aku merasakan kerapuhannya dalam pelukan ini. Aku tak tahu apa yang terjadi dan terus memeluknya erat dan berharap pelukan ini bisa menghibur dirinya. Saat ini kami hidup saling menggantungkan diri satu sama lain.

Sesampainya di apartemen aku langsung mengobati lukanya tanpa bertanya apapun. Lebih baik Mas Devan yang berbicara duluan, jika memang Mas Devan belum mau mengatakannya padaku tentu sebagai seorang istri aku harus menghargainya.

"Cantika kalau suatu saat nanti aku kehilangan pekerjaan sebagai seorang polisi, kamu gak akan tinggalin aku kan?"

Setelah selesai mengobati luka di wajah dan tubuhnya aku menatapnya lekat. Aku mulai mendekat dan mencium kedua pipinya sambil tersenyum menenangkannya. Apapun kondisi Mas Devan tentu saja aku takkan pernah meninggalkannya. Rezeki bisa datang darimana saja dan tidak terduga.

"Aku akan selalu bersamamu Mas dan anak kita juga..." ucapku lembut.

Setelah itu Mas Devan memeluk dadaku erat seperti anak kecil. Aku balas dengan mengelus rambutnya lembut berharap dia merasa tenang dengan pelukanku. Kalau memang pada akhirnya Mas Devan harus dipecat sebagai polisi tidak mengapa asalkan kami berdua selalu bersama dan saling menguatkan satu sama lain.

Aku yakin kami bisa menghadapi ini semua meski segalanya memang tidak mudah.....



Bersambung.......

TAKE ME OUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang