13. Confess

160 20 0
                                    

Saura hampir melewatkan makan malam. Mama masak banyak malam ini. Itu sebabnya sewaktu Saura di toko emas tadi, Mama menelpon. Menyuruhnya untuk segera pulang. Malam ini lumayan lengkap. Ada keluarga kecil Alden dan Aliyah-Farza. Mereka berkumpul.

Motornya Ethan berhenti tepat di depan rumah Saura. Semua mobil milik keluarga Saura diparkir di depan halaman rumah. Saura mengernyit bingung. Terlebih ketika ada mobil hr-v milik Harsya yang terparkir sedikit lebih depan.

Loh, Mas Harsya, kok, nggak ngabarin kalo mau dateng. Batin Saura bingung.

Dilihatnya Papa yang keluar dari dalam sambil menenteng secangkir kopi.

"Kak, Ethan... baru sampe." sapa Papa.

Ethan mematikan motornya dan turun untuk menyalimi Papa Saura, "iya, Om. Tadi abis dari proyek dulu."

"Pah, kok rame banget?" tanya Saura.

"Ada Mas Harsya sama Kakaknya, tuh, di dalem."

Saura dan Ethan membeku. Keduanya saling adu pandang. Tiba-tiba, perut Saura digerayangi sesuatu, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. Geli sekali. Antara geli dan gugup sebenarnya.

Saura langsung masuk ke rumah. Meninggalkan Ethan dan Papanya yang masih di luar.

"Than, masuk, gih. Makan. Mama Saura masak banyak." suruh Papa. Mempersilakan Ethan untuk bergabung. "Atau mau di sini aja, temenin Om ngopi." canda pria berumur itu. Di depan rumah memang ada kursi besi yang panjang.

"Boleh, Om."

Ethan dan Papanya Saura duduk berdua di sana.

"Hari ini kerja, Than?" tanya Papa, membuka topik.

"Engga, Om. Hari ini wfh. Mumpung atasan lagi ke Jepang, jadi ambil kesempatan." ungkap pria itu, merendah. Nyatanya dia lah atasan tersebut. Sekadar informasi, Ethan merupakan cucu pemilik perusahaan besar yang ada di kawasan industri, PT. Densai Utama. Perusahaan tersebut milik kakek buyut dari keluarga sang ibu. Hanya saja ia tidak pernah mengungkapkan identitas aslinya, bahkan kepada Saura. Perempuan itu hanya tahu bahwa Ethan pegawai biasa yang sekarang sudah naik jabatan menjadi direktur keuangan di perusahaan tersebut. Meski begitu, Ethan tidak begitu mengincar lebih harta sang kakek. Ia hanya menjalankan kewajiban sebagai pewaris utama PT. Densai Utama.

"Sama kayak Om dulu pas ikut Epson setahun, nggak ada atasan, bawa pulang aja kerjaan."

"Iya, Om. Sekarang jamannya udah fleksibel, laptop udah ada yang enteng buat dibawa ke mana-mana," balas Ethan, ia tertawa canggung. "Apalagi sekarang juga bisa meeting via zoom, google meet, whatsApp video call, ampun, deh, sekarang."

"Bener banget, Than. Kemarin juga ada mahasiswa Om yang bikin aplikasi semacam itu. Pengembangan teknologi aja, pake AI sebagai acuan percobaannya dia. Keren, dah." cerita Papanya Saura. Pak Raksa, Papanya Saura, saat ini merupakan seorang dosen di salah satu kampus swasta ternama. Kegiatan sehari-harinya memang mengajar di kampus.

"Bener banget, Om, temen saya juga lulusan fasilkom UI, pas TA bikin aplikasi. Bukan tentang sarana komunikasi, sih. Dia bikin game. Sekarang lumayan ada 2 juta pengguna, tiduran doang uang tetep masuk dompet." kekeh Ethan, menceritakan tentang temannya yang dari lulusan UI, "berarti Jiel nanti gampang, ya, tugas akhirnya dibantuin Om. Kan sama jurusannya sama Om."

"Halah, dia doang, Than..." lesu Papanya Saura tentang anak bungsunya, "Om aja nggak pernah liat dia buka buku."

Ethan tertawa renyah, "buka bukunya pas Om nggak liat kali."

"Bisa jadi," kata Papa, lalu menyesap kopinya yang mulai hangat. "Anak saya yang satu itu bikin nggak paham. Saya pikir dia bakal masuk seni musik. Kamu tau sendiri 'kan Jiel suka main gitar. Eh, ujung-ujungnya sama aja kayak saya." Papa terkekeh pelan.

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang