35. New Life, New Game [END]

401 17 2
                                    

Masjid Istiqlal menjadi titik utama di mana akhirnya sebuah kalimat suci dilantunkan oleh seorang pria terucap.

Berbekal niat baik, tekad dan harapan bahagia bersama yang dicintainya, pada hari ini, hari indah itu benaran tiba.

Suasana syahdu, damai dan khidmat turut hadir dalam prosesi akad nikah pernikahan Saura dan Ethan.

Kilas balik tentang pertemuan keduanya terputar di memori pria berjas putih dengan dasi kupu-kupu berwarna senada serta peci putih yang menghiasi kepala, Jan Ethan Mahadana telah singgah di hadapan wali pengantin wanitanya.

Lama mereka mengenal, lama pula mereka saling mengadu satu sama lain bahwa perkenalan mereka lama- kelamaan menumbuhkan rasa cinta di hati masing-masing. Perjalanannya panjang dengan bumbu-bumbu cuka yang membuat cinta itu tampak semu. Namun siapa sangka kalau hari ini akan jadi hari baru bagi mereka?

Tangan Pak Raksa dan Jan Ethan saling bertaut sebelum janji suci diucapkan. Dada Ethan tidak karuan. Sedikit tak menyangka bahwa pria yang ia kenal sebagai ayah dari sahabatnya sebentar lagi akan menjadi mertuanya.

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau, Jan Ethan Mahadana bin Almarhum Hadid Mahadana dengan putri saya, Saura Dewi Ambara binti Raksa Ambara dengan mahar uang senilai 50 ribu riyal saudi, 1 unit wuling air ev dan emas 24 karat dibayar tunai."

Ethan menarik napasnya dalam-dalam dan mulai melantunkan kabulnya dalam satu tarikan napas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Saura Dewi Ambara binti Raksa Ambara dengan mahar tersebut dibayar tunai."

Ketika mengucap itu, Ethan menahan tangisnya sehingga di detik terakhir ia mengucap, suaranya terdengar gemetaran.

Sang penghulu celingak-celinguk ke arah para saksi dan orang-orang yang turut hadir, "bagaimana para saksi?"

"SAH!"

"Alhamdulillahirabbil 'alamin."

Di saat semua orang berseru 'sah', di saat itulah tangisnya pecah. Saura yang ia temui saat kuliah dan menjadi sahabatnya di saat kondisinya terpuruk sekalipun kini telah sah menjadi istrinya.

Selain itu juga, ada rasa sedih ketika ia baru mengingat sesuatu bahwa pernikahannya tidak dihadiri oleh kedua orangtuanya. Namun begitu, ia yakin sekali bahwa di atas sana, Mami Papinya turut bahagia atas pernikahannya hari ini.

"Than, sekarang kamu udah resmi jadi suaminya putri saya. Saya tau gimana kamu selama ini. Saya percaya kamu nggak akan pernah kecewain dia dan akan jaga dia layaknya saya mencintai dia dengan sepenuh hati saya. Semisal kamu udah nggak menyanggupi untuk menjaga Saura lagi, tolong, kembalikan Saura ke saya tanpa luka sedikitpun." cercah Papa pada Ethan diiringi tangis seorang Ayah yang begitu merengkuh dan mencintai putrinya, "sekarang saya juga Papa kamu. Jangan sungkan datang ke saya kalo kamu butuh sesuatu."

"Pa, terima kasih banyak atas restu dan kepercayaannya. Tolong ingetin saya, ya, Pa, kalau sekiranya saya kurang baik dalam memperlakukan Saura atau ketika saya membimbing dia nanti. Membahagiakan Saura udah jadi kewajiban saya."

Papa Saura menepuk pelan pundak Ethan, "terima kasih, Nak. Tolong jaga anak Papa yang satu itu, ya. Semoga kalian selalu rukun dan bahagia."

"Iya, Pa."

"Baik, semua hadirin silakan berdiri karena sebentar lagi kita akan menyambut pengantin wanitanya. Mas Ethan, silakan berdiri di sini. Balik badan, ya, Mas, ya. Biar surprise." MC acara mulai bersuara dan menitah para tamu untuk berdiri guna menyambut pengantin wanita yang sedari tadi memang belum dipajang.

Ethan berdiri di tengah-tengah dan berbalik badan dari pintu masjid. Orang-orang berdiri di hadapannya. Turut menunggu kedatangan Saura. Ia deg-deg-an setengah mampus. Membayangkan Saura akan cantik dengan apa yang ia bayangkan selama ini di saat hari pernikahan gadis itu tiba.

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang