8. Let She Go to the Her Forum

154 24 0
                                    

"Lo apa kabar? Lama, ya, nggak nongkrong." tanya Ethan pada Harsya setelah Saura pamit mengambil bakso.

"Baik, lo?"

"Seperti yang lo liat." balas Ethan sambil terkekeh. Harsya mengangguk pelan sebagai respons. Tidak tahu lagi ingin membicarakan apa. Saking sudah lama tidak bertemu, keduanya jadi kaku dan canggung.

Ethan dan Harsya pertama kali bertemu ketika keduanya menginjak semester 7. Kebetulan mereka beda jurusan namun masih di fakultas yang sama. Pada jaman mereka masih kuliah, Ethan dan Harsya tidak bisa dibilang sebagai teman dekat. Dulu teman Ethan yang bernama Riko-yang dikenal sebagai lelaki dengan kehidupan sosial yang luas-memiliki teman yang berasal dari jurusan yang Harsya duduki. Nah, temannya Riko punya teman, yaitu Harsya. Ketika Riko mengajak Ethan nongkrong bersama temannya itu, temannya Riko juga mengajak Harsya. Jadilah semenjak saat itu Ethan berteman dengan Harsya. Begitulah.

"Btw, gue nggak nyangka lo temennya Saura." Harsya memecah kecanggungan mereka. "...lo dulu jarang cerita-cerita."

Ethan tersenyum dan terkekeh, "nggak penting juga ceritain Saura ke lo-lo pada. Ntar pada demen dia lagi."

Harsya mengernyitkan dahinya, "kalian pernah pacaran?"

"Enggak. Kita pure sahabatan." jawab Ethan, menekankan kata pure sebagai penegasan.

"Oh ya? Emang ada ya, sahabatan laki-laki dan perempuan terus pure nggak punya perasaan."

Ethan tertawa hambar dan meminum soda yang sedari tadi ia pegang gelasnya, "ada. Kita berdua."

"Denial aja itu. Aslinya kehalang tembok gede." sindir Harsya enteng seraya tertawa renyah.

"Hahaha, Bro. We're not in childhood blood." kata Ethan, "masih jaman, kah?"

"Siapa tau? We never know." ujar Harsya.

"Btw, lo udah serius ke Saura?"

"Do'ain aja, ya."

"Hm, pasti. Yang terbaik buat kalian. Cuma, Bro... sini gue bisikin." Ethan menyuruh Harsya untuk mendekatkan telinganya ke wajah pria bertindik itu, "I can tear down walls so I can hug her."

Harsya tertawa-tawa. Begitu juga dengan Ethan. Pembicaraan yang penuh teka-teki bahkan bagi Saura yang kembali dengan dua mangkuk bakso.

"Pada ngomongin apa?" tanya Saura penasaran.

"Ngomongin lo." sahut Ethan.

Saura berdecih, "emang susah kalo udah jadi selebriti begini, pasti ada aja yang ngomongin." katanya tak acuh dan segera memberikan mangkuk bakso yang ada di tangannya untuk Harsya dan Ethan.

"Makasih, Ra. Punya kamu mana?"

Saura tersenyum begitu ditanya oleh Harsya, "aku tadi udah sepanci, Mas. Silakan dimakan."

"Kata gua mending lo ilfeel sama dia dari sekarang, Sya." Ethan mengompori dan membuat Saura membelalakan matanya.

"Anjir lo!" marah Saura.

Sedangkan Harsya menanggapinya dengan tawa, "looks like the walls will come down tomorrow." Harsya menyindir. Namun suaranya hanya Ethan yang mendengar dan mengerti. Buktinya pria itu hanya tertawa karir untuk menanggapinya.

Harsya dan Ethan saling menikmati bakso masing-masing. Sedangkan Saura ada di sebelah Ethan dan sibuk bercengkrama pada tamu yang menghampiri perempuan itu.

"Harsya." panggil Kak Alden. Pria beranak satu itu menghampiri ketiga manusia yang sedang berkumpul tersebut. Di sebelah Kak Alden ada Mama dan Papa yang mengekori putra sulungnya. "Ini, Mama dan Papa saya dan Saura." Kak Alden menoleh pada Mama dan Papa, "Ma, Pa, ini Harsya rekan kerjanya Kakak."

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang