20. He Can Tear Down Walls

150 16 1
                                    

"Mbak Saura ada riwayat penyakit jantung, nggak?"

Saura mengerutkan dahinya dan kemudian menggelengkan kepala, "nggak ada, Dok."

Sang dokter yang mana seorang wanita muda mengambil secarik kertas. Ia menatap Saura lekat-lekat, "begini Mbak Saura, setelah saya memeriksa dan Anda melakukan tes tadi, Mbak Saura mengalami kardiomegali atau pembengkakan jantung. Makanya tadi saya liat-liat kaki Mbak Saura membengkak kemudian sesak dada dan batuk-batuk tersebut yang menjadi gejala pembengkakan jantung ini." jelas sang dokter. Saura diam mendengarkan dengan seksama. "...saya sarankan rontgen dada, ya, Mbak?"

"Parah nggak, Dok, kira-kira?"

"Parah kalau tidak segera diobati, Mbak." balas Dokter sambil terkekeh kecil, "saya resepkan obat, ya, Mbak. Mungkin bisa datang kembali untuk kontrol di tanggal 2, bulan depan."

Saura mengangguk. Setelah selesai konsultasi ke Dokter, Saura pun mengantri di apotek rumah sakit—tentunya untuk mengambil obat yang telah diresepkan dokter untuknya. Ketika semua selesai dan Saura telah mendapat obatnya, perempuan itu menuju lobby. Menunggu Jiel yang akan menjemputnya.

Saura berdiri di depan pintu rumah sakit. Sesekali melirik hapenya siapa tahu Jiel memberinya pesan.

Saat sedang fokus pada hapenya, Saura hampir terhuyung karena seseorang menubruk punggungnya. Cewek itu tersentak dan menengok ke belakang. Seseorang yang menabraknya adalah wanita muda yang memakai jaket abu-abu. Plastik obat yang dibawa wanita itu terjatuh.

Saura membungkuk untuk mengambil obatnya. Lalu memberikannya ke perempuan tadi, "Mbak, ini obatnya...hati-hati, ya, Mbak." ujar Saura lembut sambil mengusap bahu wanita tadi.

Wanita itu mengangguk kecil dan tersenyum. Matanya yang sayu dan perangainya yang gugup akhirnya berkata, "terima kasih, ya. Maaf saya meleng, nggak liat ke depan."

"Nggak apa-apa, Mbak."

"Saya permisi." Wanita itu sedikit membungkuk hingga akhirnya berlalu dari hadapan Saura.

Tak lama pasca wanita yang menabrak Saura tadi pergi, Jiel datang dengan motor vespa-nya. Cowok itu berhenti di depan sang kakak.

"Kak, sakit apa?" tanya Jiel.

"Ntar aja gue cerita di rumah." kata Saura dan langsung naik ke motor. "Jalan Jiel." suruh Saura.

Jiel menurut dan langsung menarik gas. Begitu keluar dari perkarangan rumah sakit, tak sengaja matanya menangkap mobil warna hitam milik Ethan yang terpakir tak jauh dari rumah sakit. Saura hafal luar kepala nomer plat mobil sahabatnya itu. Saura yakin, dia tidak salah lihat.

Tidak ada yang aneh, mungkin saja pria itu sedang membalas chat dan mengharuskan dirinya berhenti di pinggir jalan. Hanya saja yang jadi pertanyaan Saura, wanita yang menabraknya tadi membuka pintu mobil Ethan dan masuk ke dalamnya.

Saura bertanya-tanya, dia siapa? Dan apa ada hubungan dengan Ethan? Apakah dia pacarnya Ethan? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada di kepalanya tentang Ethan dan... wanita itu.

<>

Pintu mobilnya ditutup dengan keras seperti halnya menutup pintu angkot. Si pelaku tidak mengatakan apa-apa begitu masuk ke dalam mobil.

Ethan meringis. Dia baru saja membeli mobilnya yang satu ini sekitar dua tahun yang lalu. Dengan kurang ajarnya wanita di sebelahnya kini menutup pintu mobilnya seakan-akan sedang menutup mobil angkot.

Memangnya dia pikir dia sedang naik angkot?

Yang benar saja.

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang