23. Broken Again

165 14 0
                                    

Hari yang dinanti semua orang telah tiba. Hari lamaran sekaligus akad nikah bagi Saura dan Harsya.

Dari pagi, orang-orang rumah mulai grasak-grusuk, sibuk sendiri dalam mempersiapkan acara. Terlebih lagi Mama. Beliau yang paling excited dan bahagia bukan main. Hari ini Saura akan menjadi istri dari lelaki baik yang datang dengan niat baiknya. Walaupun masih dibilang istri siri, Mama tidak apa-apa asal ada ikatan pernikahan di dalam hidup anak perempuan ke-2-nya.

Jam 9 pagi di kamar Saura sudah ada Aliyah dan Inka yang membantu mempersiapkan Saura. Dua-duanya bekerja sama untuk membuat Saura lebih cantik dari yang sebelum-sebelumnya. Saura yang cantik dengan balutan kebaya press body warna dusty pink menatap nanar ke kaca. Tak peduli dengan obrolan Aliyah dan Inka tentang penampilan Saura.

"Nggak nyangka hari ini lu nikah, Ra." ucap Inka, "nggak apa-apa, deh, nikah sirih dulu. Yang penting lu udah diiket orang dengan jelas." Inka terkekeh gemas sambil menambahkan ceruk di pipi Saura.

"Alhamdulillah, ya, Mbak. Aku juga ikut seneng. Kak Saura hari ini jadi istri orang." celetuk Aliyah.

Saura diam tak berkomentar. Sejak malam sebelumnya, pikirannya tak lepas dari kejadian di mana ia hujan-hujan-an dengan Ethan. Jelas sekali Saura memikirkan pria itu. Dan memikirkan bagaimana usaha Ethan untuk menghancurkan hari ini supaya tidak terjadi. Tidak ada satupun bayangan di mana dia dan Ethan malah merenggang hubungan pertemanannya. Di hari yang menjadi hari penting bagi Saura, Ethan jelas tidak akan datang di acaranya hari ini. Soal isu Harsya yang dilontarkan oleh Ethan pun Saura tidak peduli. Apa yang laki-laki itu lakukan Saura anggap sebagai rasa percayanya. Harsya tidak akan mengkhianatinya, Saura yakin jika memang pertemanannya dengan Ethan harus berakhir saat ini.

Namun, tetap saja rasanya masih menjanggal di hatinya. Ethan...apakah dia baik-baik saja setelah hujan-hujanan semalam?

"Kak, Kakak bahagia terus, ya, sama Kak Harsya. Aku yakin, dia bisa jaga Kak Ura dengan baik dan memperlakukan Kakak seperti ratunya...nggak ada yang nggak bahagia kalo Kak Saura bahagia." Aliyah menaruh kepalanya di bahu Saura, membuat Saura meraih kepala Aliyah. "Kakak...bahagia terus, ya."

Inka yang melihat itu tidak sekalipun bersahut. Ia ikutan terenyuh dengan kakak beradik tersebut.

"Makasih, Al—makasih banyak." ucap Saura pelan dengan suara gemetar.

"Lu sakit, Ra? Kok kayak lemes gitu?" tanya Inka dan melanjutkan riasnya.

Saura menggeleng pelan, "enggak, Mbak."

"Oh, kalo lemes bilang gue, ya, lu."

"Iya, Mbak." balas Saura, "btw, Mbak...boleh liatin hape gue, nggak? Ada notif dari siapa?"

Inka langsung meraih hape Saura dan membukanya. Tentunya sudah mendapat izin dari yang punya hape. Inka mengernyit begitu melihat ada 110 notif dari Ethan yang tidak Saura baca.

"Ra, dari Ethan." bisik Inka.

"Oh, biarin aja, Mbak. Nanti aku baca."

"Lo ada masalah sama dia? Kok kalimatnya agak canggung gitu." Karena tadi melihat kalimat yang tidak biasa, Inka jadi penasaran dan akhirnya bertanya pada Saura untuk mengindahkan rasa penasarannya.

"Nggak ada, Mbak." jawab Saura cepat.

"Oh, terus dia ke sini jam berapa?" tanya Inka lagi.

"Nggak tau aku, Mbak. Kan belom baca chat-nya."

Inka menganggukan kepalanya dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Ia melirik Aliyah dan sedang hair do pada rambut Saura.

"Al, ini mulai jam berapa katanya?" tanya Inka pada Aliyah.

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang