12. Sneer at Your Ring

154 19 2
                                    

"Mbak, temen gue mau gabung. Boleh 'kan?" tanya Saura pada Inka. Keduanya sedang ada di warung mie ayam depan sekolah An-nida yang ada di kampung mede, Bekasi Jaya.

"Ya gabung aje. Mangnya ni warung punya bapak gue?" balas Mbak Inka, agak nyolot dan itu memang ciri khas wanita bersuami dan telah memiliki anak tersebut. For your information aja.

"Masalahnya, temen gue agak kambing, nggak apa-apa?"

"Kayak lu kagak kambing aje, sih, Ra." Inka tertawa puas, maksudnya bercanda, "batang temen luhk?"

"Yoi." jawab Saura. Tak lama, suara motor ber-CC besar terdengar dan nampak dari dalam warung. Dia adalah Ethan—bersama dengan teman sejatinya, Riko.

Hari ini Ethan tidak pergi ke kantor dan melakukan pekerjaan di rumah—wfh—kebetulannya pula, rumah Ethan tidak jauh dari sini. Perumahan taman kota berada di sebelah kampung mede, jadilah pria itu ke sini dengan naik motor. Kalau Riko, dia sedang menginap di rumah Ethan karena gabut saja. Kebetulan dia juga wfh. Malas ke kantor, katanya.

"Woi!" seru pria bercelana pendek itu. Ethan langsung mengambil kursi di depan Saura. Sedang Riko berada di sampingnya, duduk di depan Inka.

"Ya elah, ini mah si setan." cicit Inka pelan. Dia memang tahu Ethan karena pernah ngobrol sekali dalam waktu singkat.

"Nape, Mbak? Kangen, ye?" balas Ethan mengimbangi Inka.

"Najis." Inka balas lebih pedas lagi.

"Cim, kenalin, si Riko." sahut Ethan, memperkenalkan Riko yang senyum mesem-mesem. Tidak seheboh biasanya karena ingin memberikan first impression yang baik untuk Saura.

"Oh, halo. Saura." Saura mengulurkan tangannya ke Riko dan dibalas uluran tangan itu. Mereka pun berjabat tangan.

"Riko, Ra."

"Temen kuliah, kan, ya, waktu itu?" tanya Saura tersenyum manis, "pernah liat lo nongkrong di kantin soalnya, Kak." Riko terkekeh dan mengangguk.

"Dih, sok-sok-an pake sebutan 'Kak', ama gua lu pake Romo. Berasa dipanggil sama anak gua." protes Ethan sambil tertawa menggelegar. 'Romo' bisa jadi istilah dalam bahasa jawa yang artinya 'Bapak/Ayah', jadi maksud Ethan, jika Saura memanggilnya dengan sebutan 'Romo' seakan-akan sedang dipanggil anak sendiri.

"Ya emang udah tua, udah cocok jadi bapak-bapak juga luhk, Than!" sahut Inka setelah menyeruput es tehnya.

"Ya 'kan, Mbak, ya, protes mulu lu, Mo!" cecar Saura juga.

"Makanya, Than, buruan kawin lu!" sembur Inka tidak tanggung-tanggung. "Umur udah cocok sekolahin anak TK, gek, luhk." ejek Inka pada Ethan.

Riko tergelak, "dia mah kawin sering, Mbak."

"Anjingggg!" umpat Ethan. Membuat yang lain ikut tertawa puas. "Kagak ada, ya. Gua ngelakuin dosa palingan males gereja doang." akunya.

"Ceweknya Romo, mah, banyak. Ya nggak?" pungkas Saura sambil melirik jahil si Ethan.

Riko tertawa miris, "banyak, mah, banyak, Ra. Tapi kalo hatinya cuma ke satu cewek, mah, bisa apa. Ya, nggak, Than?" Alis Riko naik turun sembari menatap temannya itu.

Ethan tersenyum kecut. Tangannya memegang sedotan esteh dan memainkan benda plastik itu.

"Oh gitu, punya cewek nggak cerita-cerita." kata Saura dengan nada melemah, pura-pura sedih tentang Ethan yang 'katanya' memiliki cewek tapi sama sekali belum cerita padanya.

"Ngapain cerita kalo ujungnya nggak bisa bersatu." ungkap pria berjaket hitam itu, raut mukanya agak sendu.

"Ezzzzz, pedih cok!" goda Riko seraya memukul pundak Ethan cukup keras.

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang