18. She just Waiting for Her Status

130 16 0
                                    

"Darimana, Ra? Jam 9 gini baru pulang.." tahu-tahu Mama menyahut sesaat setelah Saura berhasil masuk ke rumah. Gadis itu teperanjat sebab Mama duduk di ruang tamu. Ini jam 9 malam. Jam di mana Mama sudah bergerumul di alam mimpi. Makanya tadi Saura sedikit terkejut dengan Mama yang menyambutnya dengan tatapan dingin.

"Tadi sepulang dari istiqlal, aku sama Ethan ke Karawang dulu."

"Ngapain?" tanya Mama dengan datar.

"Ke makam Mami Papinya Ethan, terus diajak ke rumah Omnya dia." jawab Saura secara singkat. Dia membungkuk sedikit dan akan pamit pergi ke kamar. Tapi seruan Mama untuk tetap singgah di ruang tamu membuatnya tidak jadi melangkah ke kamar.

"Duduk dulu. Mama mau ngomong.." pinta Mama.

Saura menghela napas dan akhirnya duduk di kursi tunggal.

"Hape kamu, kok, nggak aktif?" tanya Mama sembari menatap ponsel yang dipegangnya. Seakan enggan menatap Saura. Entahlah Mama sedang lihat apa.

"Mati total."

Kemudian, Mama menyerahkan ponsel yang tadi diotak-atik olehnya dan tampilan layar menunjukkan chat Mama dengan Harsya.

"Kenapa, nih?" tanya Saura bingung sembari membaca barisan chat tersebut.

"Mas Harsya-mu chat Mama jam 8 tadi. Nanyain kamu di mana karena berkali-kali telpon kamu nggak diangkat. Mama bilang kamu belom pulang sama Ethan. Dia khawatir, Kak. Tolong lah lain kali charger, tuh, dibawa!" Mama mencebik dan memarahi anaknya, "Mama mau hubungin Ethan juga nggak tau nomernya dia."

Saura mengangkat kedua alisnya, "ya, maaf. Lagian juga Mas Harsya kenapa nggak hubungin Ethan aja, deh. Pagi tadi aku bilang, kok, mau pergi sama Ethan." timpalnya. "...ya, udah, lah, Ma. Aku udah pulang, nih. Mau charge hape dulu."

"Udah, ya, Kak. Jangan pergi-pergian sama Ethan lagi. Inget, loh, ini kamu mau nikah sama orang lain. Jangan terlalu dekat dengan laki-laki lain. Nggak baik, Kak." ucap Mama menceramahi anaknya. Bukannya apa, Mama hanya takut anaknya dicap sana sini mau sama orang-orang. Intinya Mama tidak ingin Saura dilihat jelek citranya oleh orang lain. Karena kenyataannya juga begitu. Anaknya bukan gadis gampangan yang gampang berpergian dengan laki-laki.

Saura mendengkus begitu Mamanya kembali melarang dirinya dekat dengan Ethan. Padahal Saura pergi dengan Ethan juga bukan untuk macam-macam. Mereka murni jalan-jalan saja. Tidak yang aneh-aneh. Kenapa, sih, orang-orang berpikirnya selalu jauh?

"Ma, ini Ethan. Bagiku dia bukan orang lain lagi. Anggep aja dia kakak aku atau apa gitu. Please, Ma, aku sama Ethan pun nggak ada apa-apa."

"Tapi tolong, lah, Kak. Kasih jarak untuk kamu dan Ethan. Apa kata orang nanti kalo mereka liat kamu sering jalan sama lelaki yang bukan calon suami kamu. Mau orang-orang nilai kamu jelek? Mama cuma takut aja kalo orang-orang bilang kamu jual agama lah apa gimana karena temenan sama Ethan." ujar Mama secara gamblang dan seakan-akan berteman dengan teman yang berbeda keyakinan dari dirinya adalah perbuatan yang buruk. Kini giliran Saura yang mendidih. Mamanya sudah kelewat batas.

"Ma, jangan gitu. Sejelek itu kah pandangan Mama tentang pertemanan aku sama Ethan?" Saura berusaha mengontrol emosinya supaya tidak melukai hati Mama, "...udah aku tegasin dari awal, bagi aku Ethan bukan orang lain lagi. Dia udah aku anggep keluarga. Aku nggak peduli tentang pandangan orang tentang pertemanan kami. Biarpun orang lain minta air dari aku, akan aku siram mereka. Biarpun mereka minta informasi buat menuhin ego mereka, sampai mulut berbusa pun aku bakal jelasin ke mereka kalo aku sama Ethan murni sahabatan!"

"Sama aja, Kak. Di mata sosial pun biar dianggapnya sodara bakalan beda. Kamu sama Ethan itu lawan jenis! Kecuali kalo sahabat kamu perempuan dan kamu sering pergi-pergi-an, ya, silakan! Tapi kamu sama Ethan 'kan beda!" suara Mama meninggi untuk pertama kalinya kepada Saura. Hingga gadis itu tersentak dan membeku. Mama membentaknya seolah-olah Saura habis melakukan kesalahan besar. "Bisa nggak, sih, kamu jadi anak perempuan, tuh, yang nurut sama orangtua?! Kamu udah tua bukannya mikir!"

Terlalu Siang [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang