07

16.2K 918 16
                                    

Happy Reading

.
.
.
.
.
.




"Lo mau ngomong apa?"

Sekarang Ara berada di taman belakang sekolah. Erlio membawanya kesana.

Ara mendongak melihat wajah Erlio. Cowok itu begitu tinggi. Di banding dengan tinggi badan nya mungkin hanya sebatas dada Erlio.

"Gue mau ngembaliin ini." Ara memberi sebuah bingkisan yang di dalam nya terdapat jaket milik Erlio.

"Gue juga mau bilang makasih karena lo udah nolongin gue. Makasih kak Erlio, karena bantuan lo gue masih bisa hidup." Ucap Ara dengan tulus.

Ara ingat. Jika selama ini dia tidak terlalu dekat dengan Erlio. Mengobrol saja tidak. Dia hanya sekedar tahu jika Erlio itu adalah sahabat dari kedua kakaknya dan Erlangga. Di tambah sikap Erlio yang begitu pendiam.

"Ya." Hanya itu respon dari Erlio.

Ara tersenyum di buatnya. Cowok itu benar-benar irit bicara.

"Gue baru sadar, ini pertama kalinya kita ngobrol berdua." Ungkap Ara.

"Menurut lo gue orangnya gimana kak?" Tanya Ara tiba-tiba. Erlio menatapnya.

"Kenapa?" Tanya balik Erlio. Ara di buat mengernyit tak paham. Tapi kemudian dia bisa menangkap pertanyaan dari Erlio.

"Ya, gue pengen tahu aja pendapat lo tentang gue. Tapi gapapa juga kalo lo gak mau jawab." Balasnya acuh.

"Lo cantik tapi rapuh." Balas Erlio memandanginya.

Ara tertegun mendengar ucapan Erlio. Cowok itu menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Gue emang cantik." Seru Ara tertawa renyah.

"Lo terlalu berusaha kuat padahal bisa patah kapan saja. Tapi lo harus terus berpura-pura tegar dan jahat untuk orang-orang yang sayang sama lo. Arabella, lo terlalu naif."

Ara terdiam kaku. Jantungnya berdetak cepat. Wajah nya memanas. Ara tak percaya jika Erlio akan mengatakan semua itu.

"Apa maksud lo?" Ara mengatur suaranya agar tak bergetar.

"Lo paham apa maksud gue, Arabella."

Ara menghela nafas kasar. "Lo gak tahu apa-apa tentang gue." Ucapnya dengan nada sedikit tinggi.

"Benar. Gue hanya menjawab pertanyaan lo." Balas Erlio datar. Cowok itu kembali seperti semula.

"Gue udah selesai." Ara berbalik kemudian melangkah pergi.

Erlio. Cowok itu terlalu misterius seolah dia tahu semua yang terjadi di hidupnya. Ara akan menyelidiki nya.




*****************



"Lo pulang sama gue. Bunda mau ketemu."

Ketika bel pulang, tiba-tiba saja tangan Ara di tarik oleh Erlangga menuju parkiran. Aksinya itu menjadi tontonan semua orang yang melihat.

Erlangga berjalan tanpa menghiraukan orang-orang. Hingga keduanya sampai parkiran. Ara menghempaskan tangan Erlangga kasar.

"Naik." Titah cowok itu.

"Gak perlu. Gue bisa sendiri." Tolak Ara. Baru saja gadis itu akan berjalan pergi tapi tangannya langsung di cekal Erlangga.

"Nurut sama gue. Cepat naik!" Tegasnya, sedikit memaksa.

Ara tahu jika cowok itu tidak akan menyerah. Ia hanya bisa menghela nafas kasar kemudian memakai helm dan naik ke motor milik Erlangga.

Motor Erlangga melaju meninggalkan area sekolah.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang