Happy Reading.....
.
.
.
.
.
.
.Langit menatap gelapnya malam dengan pandangan tak berarti. Entah apa yang sedang pemuda itu pikirkan. Raut wajahnya nampak datar, tapi tidak dengan isi kepalanya.
Langit tiba-tiba merindukan keluarganya. Malam ini harusnya mereka makan malam dengan hangat seperti sebelumnya. Namun semuanya tak lagi sama.
Satu kata yang terus berputar di otaknya. Sebuah kalimat yang entah siapa yang mengiriminya. Bersama dengan beberapa foto dan video yang membuat Langit terkejut tak percaya.
"Jangan sampai menyesal. Kamu akan kehilangan segalanya. Jangan jadi orang bodoh."
Sebenarnya siapa?
Langit tidak ingin mempercayai apa yang ia lihat di ponselnya. Beberapa kali pun ia lihat, otaknya terus menyangkal. Namun hatinya mulai goyah.
Sebenarnya siapa yang harus ia percaya?
Langit bingung. Antara Sabrina yang sudah ia anggap adiknya sendiri. Atau Arabella adik kandungnya.
Langit menyayangi Sabrina karena wajah gadis itu mirip dengan Amara. Setelah Sabrina datang kedalam hidupnya. Ia seolah bisa merasakan kembali kehadiran sang Bunda. Tanpa sadar otaknya terus membuatnya melupakan sosok Arabella.
Sisi egois dan egonya terlalu mendominasinya. Langit ingin mendapat cinta lebih dari Amara seperti Arabella. Kemudian ia mengabaikan Ara.
Bolehkah ia menyalahkan Ara atas semuanya?
Langit menghembuskan nafas panjang. Pandangannya teralih ke bawah tepat pada saat mobil Angkasa memasuki gerbang. Kembarannya itu pasti habis dari bertemu Arabella. Angkasa jarang pulang tepat waktu. Bahkan cowok itu selalu absen ketika makan malam.
**********
Angkasa memasuki rumah dengan raut wajah tak bersahabat. Rahang nya mengeras menahan emosi. Kemudian ketika melewati ruang keluarga, kebetulan ada Anton dan Arini di sana.
Sengaja Angkasa memelankan langkah nya. Sampai Anton sadar akan kehadirannya.
"Dari mana saja kamu? Bukankah sudah Papa bilang, kamu harus pulang sebelum makan malam. Tapi apa ini? Kamu pulang terlambat. Kamu sudah mulai membangkang dengan ucapan Papa?!" Suara Anton mengintrogasinya dengan wajah kesal.
Angkasa mengepalkan tangannya. Menahan diri agar tak meledak.
"Mulai sekarang papa tidak mengizinkanmu keluar malam. Tetap diam di rumah." Putus Anton.
Angkasa bergeming. "Siapa? Siapa Anda berani memerintah saya?" Balas Angkasa tegas.
Anton dan Arini tak ayal melotot terkejut dengan ucapan Angkasa.
"Kamu? Bicara apa kamu tadi?!"
"Saya bilang, siapa Anda berani memerintah saya? Apa itu kurang jelas?" Angkasa berdiri menatap Anton lurus.
"Saya Papa kamu, Angkasa. Panggil saya Papa!" Tegas Anton menahan kekesalannya.
Angkasa berdecih, "memuakan."
"Angkasa! Kamu sudah berani kurang ajar sama Papa. Apa karena pengaruh anak itu! Jangan pernah lagi kamu bertemu anak itu, dia pembawa sial!" Teriak Anton sambil berdiri.
"Tutup mulut Anda, sialan!" Angkasa menunjuk Anton dengan marah.
"Kamu kurang ajar!"
Anton mendekat, tangannya dengan kencang menampar pipi Angkasa membuat sudut bibir pemuda itu sedikit robek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Queen Arabella
Teen FictionHidup kembali setelah kematian membuat Alissa Queena Arabella tidak menginginkan lagi cinta dari siapapun. Tujuan hidupnnya telah berubah setelah rasa sakit dari orang-orang yang dia sayangi menjadi rasa benci dan dendam. Arabella tidak akan menyian...