05

13K 754 19
                                    

Happy Reading!!!





☆☆☆☆☆



"Dasar Sabrinajing!" Teriak Ara ketika memasuki ruang UKS.

Ara menghembuskan nafas kasar. Memilih berbaring di ranjang sana tanpa mempedulikan tangannya yang terluka. Ara memejamkan mata. Menenangkan diri.

Gadis cantik itu memejamkan mata. Tak lama suara dengkuran halus menandakan jika Ara tertidur. Suara pintu terbuka memunculkan sosok pemuda tampan dengan tatapan tajam khas miliknya.

Cowok itu berjalan kearah Ara yang tertidur.  Memandang wajah Ara yang begitu damai. Kemudian tatapannya turun pada tangan Ara yang terluka.

Cowok itu mengambil kotak P3K yang berada di lemari. Memegang tangan Ara dengan hati-hati. Ia mengoleskan obat merah kemudian menutupnya dengan  pleaster.

Setelah selesai. Cowok itu terus memandangi wajah Ara yang tertidur. Kemudian beranjak keluar tanpa ingin mengganggu tidur Ara.



☆☆☆☆☆



Hembusan asap rokok menguar ke udara tatkala seorang cowok menghisap zat nikotin itu dengan santainya. Matanya terpejam menikmati rasa pahit tapi membuatnya begitu candu.

Erlangga membuka matanya memperhatikan bola matanya yang hitam legam. Sorot matanya menatap kedepan. Cowok itu termenung memikirkan segala perubahan atas sikap Arabella saat di sekolah.

Gadis itu berubah. Entah itu hanyalah akal-akalan dari Arbella untuk mendapat perhatiannya. Atau seperti yang di katakan Bilal, Arabella marah padanya. Tapi dari pada itu perkataan yang Angkasa lontarkan malah membuat Erlangga kepikiran.

Ketukan  di laur pintu membuat Erlangga tersadar dari lamunanya.

"Bang," Suara lembut yang begitu familiar terdengar di luar pintu. Erlangga berjalan memasuki kamarnya setelah mematikan rokok. Menutup pintu balkon kemudian melangkah membuka pintu kamar yang sengaja ia kunci.

"Bunda," sapanya setelah melihat Arum sang Bunda tercinta di depan pintu kamarnya.

Wanita paruh baya yang terlihat masih sangat cantik itu mengernyit ketika mencium aroma yang tidak ia suka.

"Abang ngerokok? Kan udah Bunda bilang jangan ngerokok lagi. Bunda gak suka kalo abang ngerokok!" Suara tegas Arum membuat Erlangga meringis pelan.

"Maaf,"

Arum menghela nafas pelan. "Jangan di ulang!"

"Gak janji,"

Arum melotot pelan mendengar jawaban dari putra semata wayang nya.

"Bilang apa tadi? Coba ulang!" Kesalnya.

Erlangga tersenyum tipis. "Iya, Bunda. Maafin abang, gak bakal diulang tapi gak janji."

Arum langsung saja mencubit pelan pinggang Erlangga.

"Nakal kamu ya, nanti Bunda aduin sama Papa. Biar kamu di omelin!"

"Aw ... bunda sakit." Erlangga meringis pelan merasa ngilu. Cubitan yang bundanya berikan tidak main-main.

"Lepasin Bunda,"

Merasa kasihan dengan wajah memelas Erlangga. Arum akhirnya melepaskan cubitan nya kemudian menatap putranya dengan tajam.

"Awas ya kalo Bunda tahu kamu ngerokok lagi, habis kamu!" Acam wanita itu. Erlangga menelan ludahnya kasar.

"Ayo turun, makan malam udah siap." Kemudian wanita itu melenggang pergi meninggalkan Erlangga.

Tak butuh waktu lama Erlangga juga ikut melangkah menyusul Bundanya ke lantai bawah.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang