31

10.7K 657 61
                                    

Happy Reading.....

.
.
.
.
.
.
.




Akhirnya Ara punya alasan cukup kuat untuk membenci sang Papa. Mungkin ini juga salah satu alasan kenapa ia bisa kembali. Ara mulai muak dengan semuanya.

Ia ingin segera membalaskan segala rasa sakitnya. Dan mengakhiri semuanya. Tapi untuk membuat kelurganya kembali berkumpul seperti yang Bundanya mau, rasanya Ara tidak bisa.

Sekarang ia sudah terlanjur membenci Anton. Ara tidak ingin memaafkan Papanya seperti yang Amara minta.

Sekarang gadis itu sedang duduk di sebuah cafe menunggu seseorang. Ara pastikan kali ini ia akan memiliki cukup bukti untuk bisa mengusir Sabrina dan Ibunya.

Arabella terus menatap kerah pintu masuk. Berharap ia bisa mengenali seseorang yang akan ia temui atau sekedar menebak-nebak ketika orang-orang melewati pintu tersebut.
Alisnya mengernyit ketika melihat kedatang Langit yang nampak mencari sesuatu ketika pemuda itu masuk. Ara berbalik memunggungi ketika di rasa pemuda itu bisa melihatnya. Ara tidak ingin bertemu Langit, untuk saat ini.

"Siapa lo sebenarnya? Tahu apa lo tentang keluarga gue?" Suara Langit menyapa di telinga nya.

Ara memang sengaja menggunakan jaket untuk menutupi wajahnya. Mungkinkah Kakaknya itu salah mengenali orang?

"Beraninya lo fitnah Sabrina dengan semua foto dan video yang lo edit. Lo pikir gue bakal percaya? Tunjukin wajah lo!" Geraman Langit membuat Ara heran. Gadis itu tidak mengerti apa yang Langit bicarakan.

"Apa?" Ara mendongak memperhatikan wajahnya.

Langit langsung terdiam. Menatap Ara dengan wajah terkejutnya, kemudian dia berdecih pelan setelah menyadari sesuatu.

Jadi orang yang mengiriminya pesan yang berisikan video dan foto-foto itu adalah Arabella.

"Ternyata lo orangnya? Ah, gue hampir aja tertipu." Pemuda itu duduk dengan kasar lalu terkekeh pelan.

"Apa tujuan lo? Mau buat gue percaya? Lo mau buat gue benci sama Sabrina? Yang benar aja, lo pikir gue bodoh, hah?!" Langit menggeram kesal. Menatap tajam pada Arabella.

Arabella semakin dilanda kebingungan. Ada apa gerangan Langit tiba-tiba datang dan marah-marah. Padahal ia tidak merasa berbuat salah.

"Lo bicara apa? Gue gak paham." Balas Ara singkat.

Langit tersenyum sinis. "Belagak bodoh banget lo!"

Ara menghala nafas. Ia ingin tetap tenang, ingat Ara ada janji untuk bertemu seseorang. Jangan sampe janjinya batal karena emosi dengan Langit saat ini.

"Apapun itu, gue gak tahu apa yang lo bicarain. Bisa tolong pergi dari sini." Ara mengusirnya halus.

"Beraninya lo!"

Arabella tak habis pikir, kenapa pula dari semua orang ia harus bertemu Langit disini. Padahal tadi pagi ia aman-aman saja tanpa bertemu dengan kakaknya itu.

Tolong siapapun, usir Langit dari hadapannya. Sungguh Arabella sedang tidak mood untuk bertengkar ataupun berdebat dengan Langit yang akan membuatnya terpancing emosi.

"Sudah lama nunggu?" Tiba-tiba suara seseorang terdengar oleh keduanya.

Ara dan Langit sontak menoleh. Menatap pada seorang pria yang menggunakan masker dan juga topi. Ara merasa familiar pun Langit yang merasakan sama.
"Siapa lo?" Langit bertanya heran. Apalagi ketika pria itu yang duduk dengan mereka tanpa permisi.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang