17

13.1K 662 24
                                    

Happy Reading....


.
.
.
.
.
.
.
.












"Bagaimana keadaannya?"

"Dia cukup baik dengan kepala yang di perban. Lo pasti udah bisa nebak siapa yang udah buat dia kayak gitu."

Lelaki itu mengarahkan ponselnya untuk memotret ketiga gadis yang sedang asik berbincang di dalam sebuah cafe.

Sent a picture

Seseorang di seberang sana menghela nafas kasar. Ia menatap foto tersebut dengan sorot mata tajam.

"Lakukan seperti biasanya."

Lelaki yang sedang duduk di dalam mobil itu berdecak pelan. Dengan mata yang tetap fokus menatap sosok Arabella di dalam sana.

"Kalau lo khawatir seharusnya lo yang jagain dia di sini. Ara udah terlalu banyak menderita. Gua gak bisa selalu awasi Ara dua puluh empat jam seperti mau lo."

Ada waktu tertentu ketika Devano mengawasi Ara. Tepatnya hanya saat Ara sedang berada di luar. Ia bertugas untuk memberi perlindungan pada gadis itu ketika Ara dalam bahaya. Sayangnya bahaya Ara ada di dalam rumah gadis itu sendiri. Devano tidak bisa melindunginya.

"Belum saatnya."

Jawaban seseorang di seberang sana membuat Devano berdecak pelan. "Terserah lo. Gue bakal jagain Ara sebisa gue."

"Kirim saja uang nya."

Devano langsung mematikan sambungan teleponnya.  Tak lama kemudian sebuah pesan masuk. Ia langsung tersenyum sumringah ketika mendapat beberapa digit nominal uang yang telah masuk ke rekening nya.

Mood nya semudah itu berubah.

"Seenggak nya tuh orang tahu caranya berterimakasih."


********


"Saya sudah bilang, jangan ikut campur! Ini balasannya jika kamu tidak patuh."

Wanita dengan perban di dahinya itu  berdiri angkuh di depan sosok tubuh yang sedang bergetar ketakutan di bawahnya.

"Ampuni saya nyonya. Saya mohon." Wanita itu adalah Ratna, memohon pengampunan pada wanita di depannya.

"Cambuk dia!" Arini dengan angkuh memerintahkan kedua bawahannya untuk menyiksa Ratna. Ini balasan untuk wanita itu karena berani melapor soal kejadian kemarin. Harusnya dia bisa bersenang-senang untuk terus menyiksa Arabella sampai puas. Padahal moment tersebut yang paling ia tunggu.

"Awas saja jika kali ini kamu berani melapor! Saya tidak akan segan membunuhmu." Acam wanita itu.

Ratna terus menerima cambukan. Tubuhnya bergetar kesakitan. Hanya ada tangis dan jeritan serta suara cambukan di ruangan itu.

"Ampuni saya ... ampuni saya ...."

Arini berjalan mendekat. Tangannya mencengkeram kencang wajah Ratna yang bersimpuh lemas di lantai.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang