25

15.6K 766 40
                                    

Happy Reading....

.
.
.
.
.
.
.



Papa Arabella datang ke sekolah karena panggilan dari guru kedisiplinan. Arabella mendapat sangsi tegas dengan surat peringatan yang berisi jika kejadian itu terulang lagi. Arabella akan di keluarkan dari sekolah.

Anton bahkan menjamin jika ia akan mendidik Arabella sebaik mungkin.

"Terimakasih atas kedatangan pak Anton ke sekolah kami." Pak Wira dengan sopan menjabat tangan Anton.

"Tentu saja. Saya tidak akan segan datang jika mendapat panggilan dari sekolah." Anton tersenyum sebagai bentuk kesopanan.

"Saya tidak bisa berlama-lama. Ada meeting penting pagi ini." Anton menoleh pada jam tangannya.

"Tentu. Bapak sudah boleh pergi."

Anton mengangguk. Tanpa basa-basi langsung keluar dari ruangan Pak Wira dengan asisten nya.

"Hati-hati di jalan, Pak."

Pintu itu kembali tertutup.

Anton berhenti ketika melihat Arabella ada di luar pintu.

"Jangan buat masalah lagi. Saya tidak mau rekan kerja saya tahu jika saya punya anak yang bermasalah di sekolah." Pesan Anton kepada Ara. Sebelum akhirnya pria paruh baya itu benar-benar pergi meninggalkan sekolah.

Ara berbalik. Melihat Anton yang berhenti dengan Sabrina. Jarak mereka tidak terlalu jauh. Sehingga Arabella bisa mendengar apa yang kedua orang itu bicarakan.

"Papa mau pulang?"

"Iya, Papa ada meeting."

Ara mendengus ketika nada suara Anton sangat berbeda ketika berbicara dengan Sabrina.

"Kalo begitu. Hati-hati di jalan Papa." Sabrina menampilkan senyum manisnya.

"Kamu belajar yang baik. Kalo ada apa-apa bisa langsung hubungi Papa atau minta bantuan kakak kamu." Anton menepuk pelan kepala Sabrina.

"Baik, Pa." Sabrina menganguk patuh.

Anton pergi. Sabrina menatap Ara dengan senyum lebar. Bersidekap dada dengan angkuh.

Arabella memutar bola matanya. Memilih pergi setelah menonton drama memuakkan tersebut. Tapi sebelum itu Ara memberi salam jari tengah untuk Sabrina.

"Bitch!" Gumamnya tanpa suara.

Melenggang pergi bagai tak terjadi apa-apa.

***********

"Aku bisa sendiri, Bang!" Ara mendengus sebal pada Angkasa yang sedari tadi terus mengikutinya.

"Gak bisa, Dek. Toilet sekolah sangat banyak. Kamu pasti capek. Biar abang bantu." Angkasa tetap kekeh ingin membantu hukuman Ara untuk membersihkan seluruh toilet sekolah.

"Abang ada latihan basket kan hari ini. Udah sana." Ara mendorong tubuh Angkasa untuk segera pergi.

Pemuda itu bahkan sudah menggunakan seragam basket miliknya. "Abang udah izin tadi." Angkasa menjawab acuh.

"Terserah abang deh," Ara memilih menyerah. Tidak tahu jika Angkasa akan menjadi sangat keras kepala seperti ini.

"Setelah selesai. Abang antar kamu pulang."

Setelah sekitar setengah jam. Kedua kakak beradik itu akhirnya menyelesaikan tugas mereka.

Arabella mengangguk. Membuka tasnya mengeluarkan sebuah cardigan berwarna cream miliknya untuk ia pakai.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang