04

16.7K 941 14
                                    


Happy Reading!!!











🦋🦋🦋🦋🦋🦋

Ara ingat sekarang. Erlio, pemuda itu yang sudah menolongnya. Tapi kenapa bisa? Bukannya Erlio sama seperti Erlangga yang sangat terganggu dengan keberadaannya?

"Jadi jaket ini punya kak Erlio?" Guamam Ara memandang jaket yang sedang di pakainya.

Suara bel tanda istirahat berbunyi. Novi yang duduk di sebelah Ara menghela nafas lega. "Akhirnya,"

Guru yang tadi mengajar pamit undur diri. Satu persatu murid mulai keluar dari kelas.

"Kantin yuk, laper banget gue." Kata Bianca menghampiri meja Ara dan Novi.

"Kuy lah," balas Novi.

Ara hanya mengangguk. Ketiga nya kemudian keluar dari kelas menuju kantin. Sesampainya di sana mereka langsung memilih tempat duduk yang tersisa.

Orang-orang mulai memperhatikan dan mulai bisik-bisik dengan kehadiran Arabella di sana.

Bianca yang mendengar setiap omongan yang masuk telinganya tentang sahabatnya itu berdecak jengkel. "Bacot banget sih mereka!" Bahkan ada terang-terangan bergosip santai membahas Arabella.

Sudah biasa. Mereka menduga sepertinya nanti akan ada keributan yang diperbuat Ara. Karena gadis itu sudah terlalu sering kali membuat kegaduhan.

"Orang cantik mah selalu jadi pusat perhatian." Celetuk Novi.

"Laper gue nih, pesen apa kalian?" Kata Novi menatap kedua sahabatnya.

"Gue pesen bakso aja deh sama jus jeruk ya," kata Bianca memberi tahu.

"Lo mau pesan apa, Ra?" Tanya Novi.

Ara terdiam nampak berpikir. Jika sebelumnya ia selalu memesan sandwich dan susu saja untuk menjaga tubuhnya tetap ideal. Tentu itu juga ia lakukan karena sang pujaan hati.

Namun sekarang tidak lagi. Kebetulan juga ia belum menyantap sarapan pagi.

"Gue pesen bakso, batagor sama salad buah. Minum nya jus stroberi, ya."

"Yakin lo pesan itu semua?" Kata Novi memandangnya tak percaya.

"Iya lah, udah sana. Laper gue." Usir Ara.

Novi mendengus tapi tetap melangkah pergi dari sana membeli makanan untuk kedua sahabatnya itu.

Bianca dan Ara memulai mengobrol santai sambil menunggu Novi kembali. Ara sesekali menanggapi ocehan Bianca yang tidak ada habisnya.

Sampai suara teriakan heboh cewek-cewek mengalihkan perhatian kedua sahabat itu. Mereka melihat cowok tampan dengan tatapan yang tajam berjalan memasuki kantin. Di belakang cowok itu di ikuti oleh keempat cowok lain yang tak kalah tampannya juga tiga cewek yang menjadi pusat perhatian.

Erlangga, si cowok pentolan sekolah langsung duduk di meja kantin yang biasanya ia tempati bersama teman-teman nya. Mata elangnya menatap tajam kedepan. Tidak mempedulikan ocehan dari cewek-cewek yang membuat telinganya sakit.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang