28

9.5K 540 26
                                    

Happy Reading.....

.
.
.
.
.
.
.

Kenapa bisa begini sih anjing! Dari mana tuh cewek bisa dapat video gue! Sialan rencana gue bisa hancur kalo gitu!"

Sabrina mengamuk di kamarnya. Nafasnya memburu karena emosi. Citra yang ia bangun sebaik mungkin selama ini sudah hancur karena Arabella. Sabrina tidak terima. Orang-orang di sekolah bahkan berani mengolok-ngoloknya. Padahal selama ini mereka selalu memujanya.

"Gue harus segala menyingkirkan Arabella. Sebelum semuanya hancur." Gadis itu mengepalkan tangannya. Tidak ada waktu untuk menunda-nunda lagi.

Tok ... tok ... tok ...

Ketukan di kamarnya bahkan membuat Sabrina tak mengidahkannya. Gadis itu sedang dalam emosi dan pikiran yang terus memutar untuk rencana menghancurkan Arabella segera.

"Sialan. Siapa? Jangan ganggu gue!" Sabrina merasa terganggu dengan ketukan pintu yang tak pernah berhenti. Ia berteriak kencang hingga membuat seseorang di balik pintu berhenti.

Tapi tak lama ketukan itu kembali terdengar. Sepertinya seseorang di sana sedang menguji kesabaran Sabrina. Gadis itu berdecak kesal. Melangkah dengan dongkol untuk membuka pintu.

"Gue bilang, jangan ganggu gue!" Semburnya tanpa melihat seseorang di depannya. Ia menghembuskan nafas jengkel.

"Ekhm, sorry kalo gue ganggu." Langit diam mematang setelah mebdapat bentakan dari Sabrina.

Sabrina membeku. Wajahnya langsung menatap ke arah melihat Langit berdiri di depan nya. Ia gelagapan, mimik wajahnya berubah dengan cepat.

"M-maaf kak, aku gak sengaja bentak kakak. Maafin aku." Sabrina menunduk ketakukan.

Langit menghela nafas pelan. "Gapapa, kamu baik-baik saja?" Pemuda itu mengelus kepala Sabrina lembut.

Sabrina menggelang. Ia mengangkat wajahnya dengan mata berkaca-kaca. "Kak Langit, Sabrina gak tahu kenapa kak Ara tega fitnah Sabrina kayak gini." Gadis itu menangis pelan.

"Padahal Sabrina gak pernah jahat sama Kak Ara." Bahunya bergetar.

"Kak Langit percaya Sabrina kan? Sabrina gak mungkin kayak gitu." Gadis itu menatap wajah Langit dengan berlinang air mata.

Langit memandangnya. Tangannya terulur mengelus kedua bahu Sabrina. "Jangan nangis."

"Kenapa kak Ara selalu jahatin Sabrina, kak?" Sabrina memeluk tubuh Langit. Ia tahu Langit akan selalu mememihak padanya. Dulu maupun sekarang. Fakta itu membuat Sabrina merasa menang.

🦋🦋🦋🦋🦋🦋

"Sudah tenang sekarang?" Angkasa bertanya lembut.

Ara mengangguk pelan. "Makasih, Bang." Gadis itu menaruh  kembali gelas kosong setelah menghabiskan air didalamnya.

Angkasa menatap Ara. Menarik tangan Ara dengan lembut dalam genggamannya. "Abang gak akan bertanya sekarang tentang masalah kamu dan Erlangga. Tapi boleh abang tanya sesuatu?" Pemuda itu berucap penuh perhatian.

"Ya." Ara membalas tatapan Angkasa.

"Kamu masih suka Erlangga?" Ucapnya hati-hati.

Ara terdiam. "Aku gak tahu, bang." Ia juga bingung dengan perasaannya saat ini.

"Dek, kamu harus jujur dengan perasaan kamu." Angkasa sangat tahu bagaimana Ara sangat begitu menyukai Erlangga.

"Dia bilang dia suka sama Ara. Tapi kenapa baru sekarang, bang? Padahal dulu aku kayak orang bodoh yang terus mengejarnya. Kemudian sekarang setelah semua perasaan itu tak lagi sama, dia malah berbalik. Bukankah itu gak adil, Bang?"

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang