02

18.1K 925 17
                                    

Happy Reading!!!


Enjoy 😉






Pagi harinya, Ara bangun kesiangan. Gadis itu tidak bisa tidur sampi jam tiga pagi baru matanya bisa terpejam. Sekarang waktu menunjukan pukul tujuh pagi.

Ara langsung bersiap mandi dan mengenakan seragam sekolahnya. Gadis itu berdecak pelan melihat seragam yang kekecilan. Rok nya pun begitu pendek. Ara memutuskan mulai sekarang ia akan merubah penampilannya. Tak ada waktu untuk mengganti seragamnya yang kurang bahan itu. Ara memilih menggunakan sweater oversize berwarna hitam untuk menutupi seragam sekolah nya.

Ara tidak ingat jika ia memiliki sweater tersebut. Entahlah.

Otaknya berpikir mungkin nanti setelah pulang sekolah ia akan membeli seragam baru dan segala kebutuhan lainnya Mengingat baju-bajunya semuanya kekurangan bahan. Ara jijik sendiri melihatnya.

Hanya dengan memoles sedikit lipblam agar bibir nya tidak pucat. Merapihkan rambut panjang nya dengan sisir. Setelah selesai, Ara menentang tas ransel warna pink nya lalu turun ke bawah.

"Non, nggak sarapan dulu?" Kata bi Ratna yang melihat Ara berjalan ke luar rumah.

"Nggak, Bi. Ara udah telat nanti sarapan di kantin aja." Kata Ara sambil berlalu.

Di luar rumah Ara melihat Langit yang sudah akan berangkat. Langit melihat kedatangannya lalu mendengus. Ia menebak pasti adik manja nya itu akan meminta untuk berangkat bersama Langit tak sudi. Pemuda itu sedang menunggu Sabrina yang mengambil buku catatan di kamar.

"Nunggu siapa lo? Gue gak mau ya berangkat bareng lo!" Kata Langit kepedean.

Ara memutar bola matanya malas. Ia sedang menunggu Pak Rahmat, supir pribadi keluarga Pramudya. Tapi pria yang merupakan suami dari bi Ratna itu belum menampakan batang hidung nya. Bahkan Ara bisa melihat jika mobil yang selalu di tumpanginya tidak ada di garasi.

"Ayo kak, maaf ya nunggu lama." Sabrina datang menghampiri Langit. Dia menoleh ketika mendapati Ara di sana.

"Kak Ara juga belum berangkat? Mau bareng?" Gadis itu menawarkan dengan senyum manis.

Ara rasanya ingin muntah melihat senyum palsu itu.

"Gak usah, dek. Ngapain kamu masih peduli sama orang yang udah nyelakain kamu. Udah sini masuk." Kata Langit dengan nada memerintah.

"Tapi Kak Ara kasihan, kak. Soalnya tadi aku liat Mang Rahmat udah pergi nganter Papa ke kantor." Ucap Sabrina lagi.

"Biarin aja, dia bisa ngurus dirinya sendiri. Udah ya, ayo kita berangkat. Nanti telat." Langit menuntun Sabrina untuk segera masuk ke mobil meninggalkan Ara yang sedari tadi menatap nya datar.

"Terus kak Ara gimana?" Sabrina masih kekeh. Langit mendengus dengan sikap Sabrina yang menurutnya terlalu baik.

"Pergi aja sana, lagian gue gak minat berangkat bareng kalian." Kata Ara datar.

"Terserah lo." Langit langsung menancap gas membawa mobilnya melewati Ara.

Ara berpikir. Jika Pak Rahmat sedang mengantar Papa nya ke kantor lalu di berangkat dengan siapa hari ini. Biasanya jika Langit menolak permintaannya, Ara akan berangkat sendiri. Namun sialnya sekarang mobil kesayangannya itu sedang ada di bengkel.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang