19

9.2K 452 3
                                    

Happy Reading...

.
.
.
.
.
.
.
.











Di sisi lain. Devano yang sedang menunggu di parkiran melihat kedatangan Sabrina dan seorang pria dalam rangkulan tersenyum puas.

"Target terkunci." Gumamnya.

Tapi kemudian ia di buat begitu terkejut melihat keberadaan Ara dan kedua temannya yang keluar dari dalam club. Mereka terlihat mengikuti Sabrina.

"Sialan!"

Devano berdecak penuh kekesalan. Padahal ia sudah memastikan  Ara dengan aman di rumah Bianca. Lalu kenapa bisa gadis itu ada di sini.

Tak punya waktu untuk berpikir karena Sabrina sudah pergi dengan mobil meninggalkan area parkiran. Devano buru-buru mengikuti mobil itu di belakang.

**********

"Gila. Masuk hotel dong." Seru Bianca berdecak pelan. Sedikit takjub dengan keberanian Sabrina tanpa rasa malu.

Sedari tadi Bianca memang terus mengoceh sambil memaki-maki Sabrina. Sampai pengang kuping Novi dan Ara di buatnya.

Ketika cewek itu keluar dari mobil. Berjalan perlahan mengikuti Sabrina dari jarak tiga meter. Sesekali Novi mengarahkan ponselnya untuk memotret dua sejoli di depannya.

Ara terus memperhatikan sambil kedua orang itu berhenti di depan pintu kamar. Sang pria nampak tergesa-gesa menempelkan kartu kamar agar segera terbuka.

Ara menunggu kesempatan agar bisa mengeluarkan Robobee dari tas Sabrina. Sampai Sabrina dan pria itu masuk ke dalam kamar.

"Pelan-pelan, sayang." Suara Sabrina terdengar di ponsel Ara dengan nada sensual.

"Menjijikan." Komentar Bianca tanpa bisa di cegah.

Kembali lagi pada Sabrina dan pria itu yang malah sibuk bercumbu di depan pintu kamar yang terbuka. Dengan tangan sang pria yang mulai menyentuh tubuh Sabrina dengan leluasa.

Sabrina membalas setiap perlakuan pria itu. Keduanya sudah di liputi nafsu masing-masing. Bahkan dengan tak peduli ia melempar tasnya ke bawah agar bisa bergerak leluasa.

Kesempatan. Ara langsung mengeluarkan Robobee dari tas Sabrina sebelum pintu tertutup dengan keras.

"Pertunjukan di mulai." Ara menyeringai puas. Untuk kali ini ia akan membuat Sabrina merasakan balasan nya.


**********

"Mata gue ternoda!" Bianca berteriak pelan. Gadis itu sampai menutup mata melihat adegan dua orang dalam video dengan keadaan telanjang.

"Kecilin suaranya, Ra." Ucap Novi yang masih fokus menatap layar ponsel Ara.

Ara langsung melakukannya tanpa menjawab. Ketiganya bahkan masih berdiri di lorong hotel memantau Sabrina yang sedang asyik di dalam sana.

"Gue rasa udah cukup, Ra. Lo tinggal simpan video itu dan bawa Robobee pulang." Kata Novi kembali membuka suara.

Ara mengalihkan pandangannya. Sedangkan Bianca mengangguk setuju atas ucapan Novi barusan.

"Benar. Gue butuh udara segar!" Bianca sudah sangat-sangat ingin pergi dari sana. Semua yang ia lihat membuatnya panas dingin.

"Tunggu bentar."

Ara mengutak-atik ponselnya. Menggerakan Robobee dengan hati-hati dan membawanya kembali memasuki tas Sabrina. Ia tidak bisa membuat Robobee keluar dari kamar. Karena tidak ada akses dan kondisi baterai nya yang tinggal setengah. Ara memilih ⁸mematikan daya Robobee agar aman.

"Udah selesai." Ara mematikan ponsel. Menatap pada Bianca dan Novi.

"Ayo kita pulang." Ajak Bianca yang berjalan dulu di depan.

Ketiganya meninggalkan hotel. Rencana kali ini berjalan dengan lancar membuat Ara begitu bahagia.





*************

Ara menatap Erlangga dengan mata berkaca-kaca. Jelas terlihat gadis itu begitu sangat kecewa dengan sikap Erlangga padanya.

"Kenapa, kak? Apa segitu bencinya kakak sama aku? Aku harus apa agar buat kakak suka sama aku." Ara menangis.

Erlangga mengalihkan pandangannya. Ia sedikit terganggu ketika melihat Ara menangis.

"Lo gak perlu lakukan apapun. Semuanya gak akan berubah." Balas Erlangga datar.

"Kakak suka sama Sabrina?" Ara menghapus air matanya dengan kasar.

"Iya,"

Hati Ara terasa teriris mendengarnya.

"Kenapa bukan aku? Kenapa harus Sabrina?" Ara sakit hati. Padahal selama ini ia selalu melakukan semua yang Erlangga suka agar cowok itu membalas perasaannya. Bahkan pertunangan mereka tidak berarti apa-apa bagi Erlangga.

"Perasaan gak bisa di paksa."

"Terus kakak pikir aku bakal terima gitu aja kakak batalin pertunangan kita? Gak akan. Aku gak terima!" Ara berteriak marah.

"Padahal aku suka banget sama Kak Angga. Kenapa kakak gak pernah nerima aku."  Ara masih menangis dengan sesenggukan. Ia berpikir haruskah hubungan mereka berakhir seperti ini.

"Yang lo suka bukan gue." Gumam Erlangga pelan. Sangat pelan hingga Ara tidak bisa mendengarnya.

Erlangga menghela nafas pelan. "Keputusan gue udah bulat. Pertunangan kita batal. Kita udah gak punya hubungan apa-apa. Jadi jangan ganggu gue." Putus Erlangga.

Arabella mengeleng. "Aku gak mau. Jangan tinggalin aku, kak." Ara nampak putus asa.

Erlangga melepaskan cengkeraman Ara di tangannya. "Lo bakal baik-baik aja mesti tanpa gue." Setelahnya Erlangga pergi meninggalkan Ara sendirian di sana.

Tangisan Ara semakin kencang terdengar. Bahkan cewek itu sampai terduduk di bawah. Ia tidak bisa mencegah kepergian Erlangga.

Langkah Erlangga terhenti sebentar. Menoleh ke belakang dimana Ara berada.

"Maafin gue." Erlangga bergumam. Tangannya mengepal erat. Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak melanggar kembali menghampiri Ara. Dia tidak boleh goyah.

Erlangga kembali berbalik melanjutkan langkahnya meninggalkan Ara dibelakang.

Ara mendongak menatap punggung Erlangga yang semakin menjauh. Kembali ia menangis dengan pilu. Apa seperti ini akhirnya?

"Gue gak bisa hidup tanpa lo, kak."


Bersambung.....


******


A

da yang nungguin?

Kayaknya banyak yang gak suka sama sikap si Ara yang menye-menye. Haha ... sengaja. Gak mungkin juga langsung buat si Ara jadi badass. Semua butuh proses

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang