10

15.5K 789 17
                                    

Happy Reading .....

.
.
.
.
.
.





Pagi hari yang cerah. Nampak seorang gadis cantik masih tertidur pulas di ranjangnya. Ara mulai membuka matanya ketika suara alarm dari ponselnya berbunyi dengan nyaring.

"Hoammm.... masih ngantuk." Gumamnya yang terduduk dengan muka bantal nya.

Ara memejamkan mata sebentar untuk mengumpulkan nyawanya. Lantas gadis itu langsung bangun dan mandi. Memulai aktivitas paginya seperti biasa.

Seragam sekolahnya sudah melekat cantik di tubuh Ara. Gadis itu bersiap keluar kamar. Ketika ia membuka pintu matanya bersinggungan dengan Angkasa yang juga keluar dari kamar cowok itu. Kamar mereka memang saling berhadapan. Di sebelah kamar Angkasa adalah kamar Langit.

Angkasa menatap Ara. Pemuda itu berdehem pelan.

"Pagi." Ucapnya datar.

Ara melirik nya aneh. Tumben sekali Angkasa menyapanya lebih dulu. "Pagi," balas Ara seadanya. Gadis itu kembali melanjutkan langkahnya ke bawah.

Pagi ini Ara akan sarapan seperti biasa. Masa bodoh dengan kehadiran orang-orang yang membuatnya muak. Anggap saja mereka patung. Kali ini Ara tidak akan menghindar.

Ara duduk di kursi nya. Sudah ada anggota keluarganya dan di susul Angkasa yang juga ikut bergabung.

"Selamat pagi kak Ara." Sapa Sabrina dengan ceria.

"Pagi juga Sabrina." Balas Ara tersenyum manis.

Mereka yang melihatnya menatap Ara heran.

"Kak Ara nggak lagi marah sama Sabrina kan?" Tanya Sabrina pelan.

"Marah kenapa?"

"Kemarin pas aku main ke rumah kak Angga, kak Ara keliatan kayak gak suka. Maafin Sabrina kak kalo Sabrina udah buat kak Ara bete." Ucap Sabrina panjang lebar.

Ara berdecih di dalam hati. Ular satu ini mau mulai perdebatan dengannya ternyata. Kali ini akan Ara layani dengan senang hati.

"Gak tuh. Lo bisa main ke rumah Erlangga sesuka hati lo, silahkan. Gua gak larang." Balas Ara acuh.

"Tapi Kak Ara selalu cemburu kalo Sabrina deket sama Kak Angga." Sabrina tak kehabisan akal untuk memancing emosi Ara.

"Cemburu? Memang seharusnya kan. Erlangga tunangan gue. Walau pun lo sepupu gue, siapa tahu lo malah ingin rebut tunangan dari sepupu lo sendirian." Ara menatap nya dengan senyum tipis.

Kedua tangan Sabrina menggepal pelan di bawah meja. "Sabrina gak ada niatan buat rebut kak Angga dari kak Ara."

"Sabrina gak sejahat itu!"

Sabrina memperhatikan mimik wajah ingin menangis. Kemudian menoleh ke arah Arini. "Mama ..."

Semudah itu Sabrina menangis. Arini dengan sigap memeluk putri kesayangannya itu.

"Sabrina anak baik. Gak mungkin rebut milik orang lain. Udah ya, kak Ara pasti cuman salah paham. Maafin kak Ara ya?" Ucap Arini menenangkan.

Ara rasanya ingin muntah mendengarnya. Keduanya kompak sekali.

Langit yang duduk di seberang Ara berdecih pelan.

"Ucapan lo keterlaluan sampe buat Sabrina nangis!" Kesal Langit menatap Ara tajam.

"Tuduhan lo gak berdasar!" Sambung cowok itu.

Ara memutar bola matanya. Mulai lagi.

"Padahal gue cuman bercanda tadi. Cengeng banget jadi orang." Acuh Ara. Gadis itu terang-terangan mengejek Sabrina.

Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang