15

13.5K 645 30
                                    

Happy Reading...

.
.
.
.
.
.
.
.






Karena kamu gak mau nurut sama ucapan saya. Terpaksa malam ini kamu tidur di sini."

"Rasain lo!"

Arini dan Sabrina mendorong tubuh Ara hingga cewek itu jatuh tersungkur ke lantai. Kemudian keduanya menutup pintu kayu itu dan menguncinya.

Ara berlari mengedor-gedor pintu tersebut.

"Sialan. Buka pintunya! Anjing lo pada!" Ara berteriak kencang. Nafas nya terengah karena terlalu emosi dan juga ketakutan.

Ara tahu tempat ini. Dia berada di gudang belakang rumahnya. Ruangan itu gelap tidak memiliki lampu. Hanya samar-samar sinar bulan masuk melalui celah kecil di lubang pentilasi.

Ara tidak mempersiapkan diri dengan baik. Buruknya ia harus menerima jika malam ini ia harus tidur di sini.

Percuma jika ia berteriak sekencang apapun tidak ada yang menolongnya. Kedua wanita itu pasti sudah merencanakan ini dengan matang.

Ara berjalan ke arah pojok. Ia mendudukan dirinya di sana. Entah kenapa malam ini udara terasa lebih dingin. Ia merapatkan kedua kakinya, menenggelamkan kepalanya diantara kaki yang tertekuk.

Ara kedinginan. Tubuh gadis itu bergetar pelan.

"Jangan lemah. Lo harus kuat." Ara terus merapalkan ucapan itu.

Ia memejamkan matanya. Tiba-tiba kepalanya terasa pusing.

"Bunda," Ara bergumam lirih. Ia benci harus berada di situasi seperti ini, lagi.

Kejadian itu terulang lagi. Apakah benar ia bisa mengubah masalalunya?



🐣🐣🐣🐣🐣🐣🐣





Ara terbangun dengan kepala yang luar biasa pusing. Gadis itu mencoba berdiri dari duduk nya. Seluruh badannya terasa sakit. Apalagi semalaman ia tertidur dengan posisi duduk.

Dengan tertatih, ia berjalan menuju pintu. Terbuka. Tanpa membuang waktu Ara langsung keluar dari sana.

Ara berjalan sempoyongan. Tapi ia tetap mencoba untuk terus melanjutkan langkahnya. Hingga akhirnya ia sampai di pintu masuk rumah.

Ia memejamkan matanya sesaat sebelum masuk. Wajah pucat itu kemudian menatap lurus kedepan dengan dingin. Ara berjalan dengan pasti. Sudah tidak ia pedulikan rasa pusing di kepalanya.

Hari ini ia akan membalas perbuatan kedua wanita itu padanya. Ara tidak tahan lagi.

Brak!

Ara menggebrak meja makan dengan kencang. Kedua orang yang sedang asik menyantap sarapan mereka terkejut di tempatnya.

"Lo apa-apaan sih?!" Sabrina berdiri dari tempatnya. Dia tidak lagi berlagak polos dan baik. Karena saat ini tidak ada siapapun di rumah.

Ara tidak tahan lagi langsung menampar wajah Sabrina.

Sabrina syok berat. Pipinya terasa kebas.

"Itu balasan dari perbuatan lo semalam. " Kata Ara dingin.

Beberapa pembantu yang mendengar keributan lantas menghampiri. Nampak Ratna menatap Ara dengan khawatir karena penampilan cewek itu yang tidak baik. Wajah Ara begitu pucat dengan matanya yang memerah.

"Beraninya lo!" Sabrina tidak terima. Ia ingin membalas menampar wajah Ara. Namun Ara dengan cepat menahannya.

Plak!


Queen ArabellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang