Bab 1

17.6K 905 13
                                    

Tes

Tes

Tes

Seorang anak laki-laki yang berusia 11 itu langsung mengusap hidungnya yang mengeluarkan cairan berwarna merah kental dengan kasar.Dia tidak mau cairan itu mengenai berkas-berkas yang sedang ia kerjakan dan harus memulainya dari awal lagi.Padahal hidungnya sudah dia sumpal oleh tisu tapi tetap saja darahnya masih bisa menetes.

Anak itu adalah Arun atau Rananda Arun Zake, dibesarkan dalam keluarga terpandang membuatnya harus sempurna.Bukan hanya sempurna Arun juga menjadi sebuah objek kekerasan oleh keluarganya.
Di usianya sekarang bahkan Arun sudah memegang salah satu cabang perusahaan sejak 4 tahun lalu.

Brakk

Suara pintu terbuka dengan keras, disana terlihat pria paruh baya dengan wajah memerah menahan marah.

Srrekkk

Brughh

Pria itu menarik kerah baju Arun dan langsung memukulnya beberapa kali.

"DASAR ANAK SIALAN"teriaknya memenuhi kamar Arun.

"Sudah saya katakan jangan pernah buat putri saya menangis dan buat mood-nya buruk"peringatan laksax,ayah Arun

Arun hanya mengangguk untuk menjawabnya,bahkan tisu yang menyumpal hidungnya sudah terlempar karna pukulan ayahnya.

"Jawab sialan"laksax menendang kaki Arun yang ada di bawahnya.

"Iya ayah"jawabnya datar bukan karna tidak menghormati ayahnya namun dia hanya bisa bicara dengan nada seperti itu.

"Kerjakan berkas-berkas itu dan berikan pada saya besok pagi"laksax berjalan keluar tanpa meliahat Arun yang sedang membersihkan darah pada sudut bibirnya.

"Ohh..kau tidak lupakan bukan untuk hukumannya "ingat laksax yang berdiri di ambang pintu dan setelah pergi begitu saja.

Setelah kepergian laksax,Zryui, asisten ayahnya masuk dengan membawa beberapa berkas di tangannya.

"Saya permisi tuan muda"pamitnya setelah meletakkan berkas itu di atas meja kerja Arun.

Hahh

Selalu saja seperti ini pikir Arun yang telah melanjutkan pekerjaannya kembali.
Dia harus menyelesaikan semua berkas-berkas ini dan menaruhnya di meja kerja ayah dan saudaranya yang lain sebelum mereka bangun dari tidurnya.

................

Ctarss

Ctarss

Suara cambukan menggema dalam ruangan gelap itu, tidak ada ringisan yang keluar dari sang korban hanya suara cambuk dan bau besi berkarat yang mendominasi Rungan itu.

Arun hanaya diam ketika cambuk itu mengenai tubuhnya bahkan baju yang dia kenakan sudah rusak dan penuh Dengan noda darah.
Dia menjalani hukuman ini setelah menaruh berkas yang dia kerjakan di tempat meja kerja ayah dan saudaranya.

"Tuan menyuruh anda untuk menghadiri rapat mewakili perusahaan,tuan muda"beritahu seorang bodyguard setelah hukumannya telah usai.

Arun hanya diam,dia berdiri dan berjalan biasa seperti tidak ada luka pada tubuhnya menuju satu pintu yang ada dalam ruangan itu.

Dia pikir setelah ini dia bisa mengistirahatkan tubuhnya sejenak karena semalam dia hanya duduk mengerjakan semua berkasnya.

"Kapan saya bisa bebas"gumamnya pada pantualan cermin yang menunjukan semua luka pada tubuhnya.

Sepertinya ruangan ini sengaja di buat untuk menyiksanya, bagaimana tidak.Disini terdapat beberapa jenis cambuk dan alat lain yang di gunakan untuk menyiksanya dengan mengatasnamakan sebagai hukuman.

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang