Bab 11

4.4K 445 16
                                    

"pus ayo kejar" ucap Runa sedikit kesal pada seekor serigala yang hanya menatap bola yang Runa lempar.

Bruk

Runa duduk bersandar pada serigala itu, dia sedikit lelah karena bolak-balik mengambil bola yang dia lempar agar sang serigala itu mengambilnya tapi bukan serigala yang ambil melainkan dirinya sendiri yang mengambil kembali bolanya.

"Pus-pus kenapa gak mau ambil bola yang Runa lempar tapi kalo yang lempar kakak pus-pus ambil?"tanya nya pada sang serigala sedikit bergumam,dia menaruh kepala pada tubuh besar sang serigala.

Serigala itu hanya bisa pasrah dijadikan sebagai sandaran sekaligus batal oleh anak majikannya. Dia sebenarnya agak kesal pada bocah ini, nama dia itu keren loh,Lupus. Lah bocah ini malah memanggilnya seperti memanggil seekor kucing.
Mau ditaruh mana harga dirinya jika teman-teman yang lainnya tahu.

"Zen gendong dia dan bawa ke kamarnya"perintah Raska yang sendari tadi melihat tingkah lucu kakaknya yang tidak lelah bermain dengan Lupus hingga tertidur dengan alas serigala yang terkesan pemalas itu.
Zen berusaha mengangkat Runa yang tidak mau melepaskan pelukannya pada serigala itu.

"Tuan kecil tidak mau melepaskannya, tuan muda Raska" beritahu Zen.

Ini yang membuat semua orang yang di mansion melarangnya bermain bersama Lupus. Dia akan sangat susah untuk melepaskan serigala itu jika sudah tertidur dan kenapa mereka tidak membawanya ketika masih sadar, jawabannya adalah Runa tidak akan mau pergi dan akan mogok makan nantinya.

Raska berjalan menuju Runa yang tidur dengan sangat nyaman itu.

"Runa bangun" Raska menepuk pipi Runa pelan.

Bukannya bangun Runa malah semakin erat memeluk Lupus.

Rrrr

Erang Lupus menatap Raska tak suka. Apakah bocah ini juga bodoh,sudah tau Runa akan susah dibangunkan ketika bersamanya dan dia malah membuatnya semakin tersiksa oleh pelukan yang semakin kencang ini? Sungguh bodoh. Pikir Lupus kesal.

                          ...................

"Sampai kapan?"tanya seorang pria setengah abad pada pria kepala tiga di depannya yang merupakan anaknya sendiri.

"Maksud ayah?"tanya sang anak tak paham.

"Bungsu"balas sang ayah singkat.

Deg

"Sadarlah... Apa kamu tidak kasihan dengan istri kamu?"

"Tapi mereka yang menyebabkan istri aku sakit ayah"balas sang anak marah.

"Bukan mereka tapi kamu"

"Istri kamu memang tersenyum dan masih bisa melakukan kewajibannya. Tapi apa kamu sadar tatapannya yang penuh dengan harapan dan kehampaan?"jelas sang ayah menyadarkan.

"Aku tidak peduli"sang anak bangkit dan berjalan keluar dari ruang kerja ayahnya.

"Kau akan menyesal nantinya nak"gumam sang ayah melihat kepergian anaknya itu.

"Sama seperti ayah"

                           ...................

Axel dan teman-temannya berjalan memasuki ruang tamu. Mereka akan mencari tahu apa penyebab Axel jarang berkumpul dengan mereka.

"Xel mansion Lo tetep sama ya gak ada yang beda" Daren mendudukkan dirinya di sofa empuk ruang tamu.

"Iya masih sama tapi kaya ada perubahan ya sama auranya"

"Terakhir kali kita kesini auranya agak suram tapi ini kelihatan agak hidup gitu" lanjut Ren yang merasakan kehangatan pada mansion Axel.

Mereka semua mengangguk menyetujui perkataan Ren tentang mansion ini.

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang