Bab 13

4.2K 372 4
                                    

Suasana mansion Palyinora pagi ini tampak lebih tenang dari pada biasanya, demam Raska dan Runa juga sudah menurun walaupun masih harus berjaga-jaga.

"Abang Ax gak sekolah?"tanya Runa yang berada dalam pangkuan Axel.

Mereka saat ini tengah berkumpul di ruang keluarga,kecuali Alex yang memang belum pulang sejak kemarin karena dia merupakan ketua OSIS jadi dia sibuk mengurus berkas-berkas sekolah yang harus dia serahkan. Yah meski dia juga merupakan cucu dari pimpinan pemilik sekolah,dia tidak akan meninggalkan kewajibannya.

Merasa tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Axel, Runa bangun dari pangkuannya dan berjalan mendekat kearah Raska yang duduk bersandar pada Ardni.

"Kakak lucu ada plester nya" Runa tertawa pelan melihat bye-bye fiver melekat pada kening kakaknya.

Tolong sadarkan juga dia, bahkan dirinya jauh lebih mengemaskan dengan plester penurun panas di kepalanya.

Raska menatap Runa yang tertawa, entah kenapa wajah Runa sepertinya selalu bertambah menarik dan semakin candu.

"Daddy kapan Runa sekolahnya?" Runa membaringkan tubuhnya dengan berbantal paha Raska.
Dia membuat garis dengan telunjuknya pada perut rata Raska.

"Nanti" balas Ardni mengelus rambut kepala Raska yang ada di dadanya.

"Nantinya kapan, Runa sudah bisa semua pertanyaan yang Mr.hans tanya" ucap Runa yang mulai sedikit kesal.

Dan soal dia yang bisa menjawab semua pertanyaan yang dikasih oleh guru lesnya itu memang benar. Mr.hans sempat bingung kenapa Runa bisa menjawab semuanya bahkan untuk soal anak perkuliahan dia juga bisa. Lain halnya dengan Raska yang memulai pelajarannya dari nol tapi untungnya dia memiliki kecepatan untuk memahami dengan sangat bagus dan sekarang dia sedikit bisa untuk menjawab soal pertanyaan anak dua SMA.

"Minggu depan" pasrah Ardni.

Ardni sedikit tidak rela membiarkan si kembar dilihat oleh oleh orang luar, apalagi dia memiliki banyak musuh dimana-mana.

"Kenapa perut kakak rata sedangkan Runa menggelembung?" Oke sepertinya Runa tidak mendengar jelas balasan Ardni dan bicaranya juga agak sedikit mulai melantur.

"Lihat perut Runa tuing-tuing"ucap Runa dengan menaikkan bajunya hingga memperlihatkan perutnya yang sedikit berisi.

"Runa sepertinya hamil deh kak" ucap Runa semakin melantur.

"Hiks... Runa gak mau hamil hiks.. nanti perut Runa semakin besar"

"Te-terus hiks.. nanti Runa gak bisa digendong lagi,kan nanti kalo di gendong perut Runa kegencet terus duarr...meledak"

Semua orang bingung mendengar apa yang Runa katakan, lalu dari mana sejarahnya seorang laki-laki bisa hamil seperti yang dikatakan olehnya.
Tolong cari tahu darimana Runa mendapatkan artikel seperti itu dan mereka pasti akan memberikan pelajaran tambahan untuk orang itu.

Raska hanya mengelus surai Runa lembut. Sepertinya sang kakak mulai mengantuk jadi agak rewel dan ucapan tidak ada yang benar.

"Runa sayang sama pus-pus hihi..."gumamnya setengah sadar.

BRAKK

Huaaa

Sial.Umpat semuanya menatap tajam kearah pintu.

                            ...................

"Kau tak mau pulang?"tanya Ace pada pemuda 22 tahun diseberang meja yang ia duduki.

Dia Bara. Kanbara Ryn Palyinora anak kedua Ardni yang diusianya sekarang berhasil mendapatkan gelar dokter muda yang cukup terkenal di berbagai kalangan rumah sakit.

Bara hanya sekilas menatap sang paman dari balik kaca mata tanpa bingkai yang ia kenakan.

"Katakanlah ada tujuan apa paman datang kesini" Bara tahu pamannya ini memiliki maksud tertentu dengan datang ketempat kerjanya. Mana mungkin pamannya yang sibuk berkelana ini meluangkan waktunya hanya untuk berkunjung menemuinya.

Ace tersenyum miring. Keponakannya ini memang paling paham tentangnya yang memiliki maksud tertentu.

Ace menyodorkan sebuah kotak hitam keatas meja, Bara membuka kotak itu dan langsung menutupnya kembali.

"Siapa?"tanyanya seakan paham apa yang harus ia lakukan pada kotak itu.

"Pulanglah dan kau akan tahu"

Ck. Bara berdecak dalam hati, tanpa pamannya suruh pun dia memang akan pulang setelah menyelesaikan urusannya disini.

"Lakukanlah tanpa sepengetahuan orang rumah"peringat Ace pada Bara.

"Hm"balas bara singkat. Kenapa pamannya jadi rewel sih,dia juga paham apa yang harus dia lakukan dan tidak dilakukan. Pikir Bara kesal.

                           ....................

Suasana kini tampak mencekramkan di ruang tamu Palyinora. Sejak pintu didobrak secara paksa tadi dan menyebabkan Runa yang akan menyelam ke alam mimpi itu menangis tanpa henti.

Dan sekarang,Runa tidak mau lepas dari pangkuan salah satu orang yang membuat keributan tadi.

Tatapan semua orang menatap tajam kearah pemuda yang duduk santai memangku Runa tanpa menghiraukannya.

"Runa,ayo kita pindah ke kamar"ajak Raska dengan memendam rasa kesalnya.

Dia sangat kesal kenapa kakaknya tidak mau lepas dari pemuda itu hampir dua jam. Tadi kan kakaknya berbaring di pahanya dan sekarang kakaknya ada dalam dekapan seorang pemuda yang bahkan kakaknya tidak mengenalnya.

"Kapan kalian akan pulang?"tanya Axel sinis pada tamu tak diundang dan merusak suasana mansion.

Mereka--sang tamu tidak diundang -- merupakan teman Axel yang berkunjung tanpa memberitahu dan tujuan mereka adalah si kembar.

Namun tujuan mereka belum terlaksana karena kesalahan mereka sendiri yang dengan lancang mendobrak pintu.
Bukan salah mereka sih tapi kesalahan bodyguard yang berjaga yang tidak memperbolehkan mereka masuk. Pikir mereka tanpa salah.

Dan selama hampir 2 jam mereka hanya mendapatkan tatapan tajam dan mematikan dari tuan rumah karena menyebabkan Runa menangis dan menempel pada salah satu dari mereka.

SIAL. Batin mereka sibuk mengumpati teman mereka sendiri.

"Kakak harum Runa suka ~" gumam Runa lemah dalam celruk leher pemuda yang memangkunya.

Runa sangat mengantuk tapi dia tidak mau tidur. Tadi sebenarnya dia sempat tertidur tapi ketika akan diambil alih oleh Axel dia menangis kembali,mungkin karena aroma yang dia cium dari sang pemuda hilang.

Raska juga dari tadi terus membujuk Runa agar mau ikut dengannya pindah ke kamar namun fokus Runa hanya pada pemuda itu.

Sungguh ruangan ini hanya diisi oleh berbagai aura tak mengenakkan dari mereka kecuali sang pemuda yang ditempeli Runa.

"Runa ngantuk, jangan pergi"ucap Runa semakin lemah namun dia semakin erat memeluk leher sang pemuda.

"Kau__

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang