Bab 7

7.8K 540 10
                                    

Raska duduk termenung didekat jendela balkon sedangkan runa sudah terlelap di atas kasur. Dia masih memikirkan perkataan Ardni yang akan memisahkannya dengan sang kakak.

Raska tidak mau jauh dari kakaknya hanya dia yang Raska punya di dunia ini. Mereka telah melalui waktu bersama,hidup di panti yang penuh siksaan dan penuh kesabaran lalu hidup ditengah hutan meski nyawa sebagai taruhan tapi mereka tetap bisa bertahan.

Raska tidak mau kakaknya menderita lagi. Dulu ketika mereka di panti kakaknya selalu melindungi dirinya dari pengasuh maupun anak-anak lain yang merundungnya, kakaknya rela menjadi perisainya.

Tiada hari tanpa adanya luka di tubuh sang kakak.

Anak-anak panti disana selalu dipaksa bekerja tidak membedakan umur maupun jenis kelamin. Mereka hanya diberi makan satu kali sehari atau bahkan tidak sama sekali.

Suatu hari tiba-tiba kakaknya berubah begitu drastis, kakaknya yang suka tersenyum dan tertawa meski dia terluka, hangat pelukannya juga ikut hilang dengan perubahannya itu. Raska tidak tahu penyebab perubahan kakaknya,dia sudah bertanya beberapa kali pada kakaknya tapi kakaknya selalu mengalihkan pembicaraan dan perubahan kakaknya ini membuat anak-anak panti selalu menghina dan merundung sang kakak.

Karena itulah yang membuat fisik kakaknya yang sudah lemah makin melemah.

Mungkin dia akan menerima untuk tetap tinggal disini.Demi kakaknya dia tidak boleh egois. Mungkin dirinya ada sedikit trauma pada orang asing,takut bila mereka akan menyakitinya dan juga kakaknya.
Jadi dia sempat menolak ajakan untuk tinggal disini.

Cklekk

Raska menoleh melihat seorang pria berjalan kearahnya dengan langkah yang ringan.

"Kenapa belum tidur?"ujarnya dingin namun masih tersirat kelembutan dalam pengucapannya.

"Ayah?"bukan menjawab Raska balik bertanya pada pria itu.

Untuk panggilan, pria itu yang memaksa Raska dan Runa untuk memanggilnya 'Ayah' padahal dia belum berkeluarga alias masih lajang di usianya yang sekarang 29 tahun.

Eldarace Altair palyinora. Anak bungsu tuan Zuko sekaligus orang yang tiba-tiba datang tadi. Ace sangat jarang ada di mansion maupun berkunjung ke kediaman para kakaknya,dia lebih suka untuk menghabiskan waktunya untuk berkelana dengan berbagai misi yang diberikan Ayah nya di penjuru negara.

Ace berjalan mendekat kearah Runa dan duduk dipinggiran kasur. Dia mengamati wajah Runa yang sangat begitu manis,dia tidak bisa menjelaskan betapa manisnya wajah Runa. Pipi yang merah merona hingga di bawah mata,alis yang tak terlalu tebal begitu sempurna,bulu mata yang lentik juga sangat lebat,lalu bibir kecil yang .......

Ahhh sangat menggoda.teriaknya dalam hati.

Lihatlah bahkan kulitnya putih bersih bagai kolam susu tanpa adanya kopi hitam. Terlalu sangat sempurna untuk ukuran seorang anak laki-laki.

Meski Raska kembarannya namun wajah Raska dan bentuk tubuhnya tak seindah milik Runa.

"Jangan menatapnya"Raska berbaring disamping Runa dan langsung memeluknya erat. Dia tidak menyukai semua tatapan yang orang berikan untuk sang kakak. Seolah olah kakaknya ini hanya satu-satunya kelinci yang ada di hutan sebagai target para pemburu untuk berlomba mendapatkannya.

Raska tidak suka itu. Runa adalah kakaknya,miliknya,ya hanya miliknya bukan orang lain.

"Ayah hanya sedang memastikan apakah hadiah dari ayah akan cocok atau tidak"jelas Ace dengan senyum penuh makna.

"Dan sepertinya akan sangat cantik "lanjutnya dengan membayangkan jika hadiah yang telah dia siapkan terpasang apik di bagian tubuh Runa.

"Tidak, Runa tidak akan menerimanya"tolak Raska enggan.

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang