Bab 2

11.1K 803 10
                                    

Raska membawa tubuh Runa di punggungnya, meski tubuh Runa kecil dan ringan tak bisa di pungkiri jika Raska akan kuat bila menggendongnya di depan.

Raska meletakkan kakaknya pada dipan yang terbuat dari kayu dan hanya dilapisi oleh kasur lipat yang sudah tak pantas di pakai.

"Kakak maafin Raska ya, seharusnya Raska lihat dulu kakak sudah siap atau belum"Ucapan penuh penyesalan.
Dia tahu dia yang salah karna menjatuhkan buahnya ketika kakaknya belum sepenuhnya siap.

"Kakak tunggu disini ya, Raska mau ambil air sama buah tadi"

Dia akan kembali untuk membawakan air dan beberapa buah untuk kakaknya,pasti nanti setelah bangun kakaknya akan kelaparan karena belum makan apapun.

..................

"Eungh..."lenguhan kecil itu keluar dari bibir mungil Runa.
Dia melihat sekitarnya yang sepi dan di isi beberapa perabotan sederhana.

"Dimana"gumamnya bingung.Dia tidak tahu ada dimana dan juga bingung akan tentang semua hal.
Yang dia tahu hanya satu yaitu Arun,apakah benar namanya? atau nama orang lain?.

Yah benar dia Arun, jiwanya memasuki tubuh Runa yang tak sadarkan diri tadi.Namun semua ingatannya dan ingatan Runa hilang entah bagaimana.

Mata hitam kecoklatan itu mulai bergerak kesana-kemari dengan berkaca-kaca, entah mengapa dia ingin menangis.Mungkin dia sedih dan juga bingung apa lagi dia sendirian di tengah ketidak tahuan ini.

"Kakak"Disana, di ambang pintu terlihat Raska yang baru saja kembali dengan botol berisi air dan juga beberapa buah yang terbungkus oleh kantong plastik berwarna putih.

Arun atau Runa raga yang ia tempati,berlari menuju Raska dan langsung memeluknya, samar-samar terdengar isakan kecil darinya.
Sedangkan Raska masih diam karna terkejut dengan apa yang dia lihat dan dia dengar.
Kakaknya berlari dengan mata yang berair kearahnya dan langsung memeluk erat dirinya dengan isakan kecil dalam dekapannya.Sungguh?.
Apa dia sedang bermimpi?,jika iya tolong jangan bangunkan dia untuk selamanya.Pikir Raska senang.

"Hiks..siapa?"gumam Arun disela tangisannya

"Hah?"Raska tidak mendengar jelas karena masih terkejut.

"Siapa...hiks?"tanya ulang Arun,dia ingin berhenti menangis tapi entah kenapa airmatanya tidak mau berhenti keluar.

Raska melepas pelukannya dan menuntun kakaknya untuk duduk diatas dipan.

"Minum dulu "Raska memberikan air pada Arun dan diterima baik olehnya.

"Tadi kakak tanya apa?"tanya Raska setelah kakaknya selesai minum.

"Kamu siapa?dan....aku?"Arun bingung akan semua hal.Raska masih diam mencerna pertanyaan kakaknya.

"Lalu ....A-arun? Siapa Arun?"lanjut Arun ragu.

"Kakak tahu nama kakak siapa?"Raska yakin ada yang salah pada kakaknya.

"Aku?....."Arun bingung siapa dia dan apa yang terjadi pada dirinya?.

"Iya kakak"

"Mungkin a-Arun"jawabnya tak yakin

"Dan aku siapa kak?"tunjuk Raska pada dirinya sendiri.

Arun hanya menggeleng sebagai jawaban,dia menunduk sedih dan bingung.apa yang terjadi pada dirinya?

"Hahh..nama kakak Aruna dan aku Araska,apa kakak ingat?"tanya Raska memastikan dan tidak ada jawaban dari sang empu.

"Hiks...hiks"Arun takut, menurutnya saat ini Raska sangat menakutkan.

Raska merentangkan kedua tangannya kearah Arun.

"Sini"Arun mendongak dengan mata yang berembun.Ughh...sangat mengemaskan, dari dulu kakaknya sangat menggemaskan.
Raska tak tahan dan langsung mendekap Arun dalam pelukannya.

Hening,saat ini hanya keheningan dan isakan kecil yang memenuhi gubuk itu.
Dan sepertinya dugaan Raska terhadap kakaknya benar bahwa kakaknya ini lupa ingatan.

Ahh sepertinya ini merupakan kesempatannya yang baik untuk memanfaatkan situasi.Biarkanlah dunia mengatakannya egois maupun adik yang buruk, yang dia mau bukan pendapat dunia melainkan kebahagian untuk kakaknya.

.................

"Sudah"Arun menyerahkan tempat bekas buah yang dia makan pada Raska.

"Raska siapanya Arun?"ahhh suaranya begitu lembut dan mengalun indah di pendengaran Raska,tidak seperti dulu yang hanya mengalun datar.
Sepertinya suara Arun akan menjadi candunya sekarang ini.

"Panggil aku kakak Arun"balas Raska lembut karena sekarang ini kakaknya tidak bisa menerima yang kasar pasti nantinya dia akan ketakutan.
Dan sepertinya dia akan memanfaatkan amnesia kakaknya itu.

"Tapi tadi Raska panggil Arun kakak?"tanyanya bingung.pasalnya tadi dia dengar kalau Raska memanggil dirinya 'kakak'.

"Maaf tadi kakak terlalu panik jadi kakak salah berbicara."

"Jadi Arun pangil Raska kakak ya?!"ada rasa senang sekaligus geli pada Raska ketika menjelaskannya.

"Ehm.."Arun dengan cepat mengangguk.
Lagian tinggi badan Raska lebih tinggi dibanding dengannya jadi sudah pasti kan kalau Raska kakaknya?.

"Pintarnya adik kakak"Raska mengacak surai hitam sang 'adik' yang begitu lembut di tangannya.

Arun hanya terkikik senang,dia begitu bahagia hanya dengan usapan sang kakaknya berikan, terasa hangat dan nyaman menurutnya.

"Nah sekarang kita tidur oke!?"Arun mengangguk dan langsung berbaring memeluk sang kakak.
Hari memang sudah gelap karna tadi ketika Arun bangun langitnya sudah menunjukan sore hari.

Raska mengusap kepala adiknya dengan lembut sedangkan tangan satunya lagi dia gunakan untuk menjadi bantalan Arun.

Brukk

Tiba-tiba terdengar benda jatuh dari luar, Arun yang hendak tertidur pun langsung membuka matanya kembali.
Dia mengeratkan pelukannya pada Raska,dia takut jika itu adalah bintang buas dan akan memakannya.

"Syutt...tenang ya"Raska mengelus kepala Arun berusaha menenangkannya.

"Coba lepas dulu pelukannya, kakak mau cek diluar dulu"Raska berusaha melepaskan tangan sang adik yang memeluknya.Bukannya terlepas yang ada Arun makin erat memeluknya.

"Lepas dulu ya, kalau tidak mau kamu boleh ikut di belakang kakak"bujuk Raska.Dia juga sebenarnya tidak mau untuk melepaskan pelukannya,tapi situasi saat ini yang mengharuskannya.

Arun melepaskan pelukannya,dia takut nanti kakak akan marah jadi dia memilih untuk melepaskannya dan akan ikut dari belakang.

Mereka berjalanmenuju jendela kecil yang ada di samping pintu.

Arun berjalan dengan memegang baju yang Raska kenakan sesekali dia mengintip kearah depan untuk melihat suara apa tadi.Pupil matanya membesar setelah melihat apa yang ada di balik jendela.

"KAKAK"

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang