Raska memandang Runa bingung dan cemas,sejak bangun pagi tadi hingga sekarang Runa tampak lebih banyak diam. Bahkan Raska dapat melihat jemari Runa yang gemetar walau pelan.
Sekarang mereka tengah menuju jalan pulang, mereka pulang bersama sopir suruhan sang Daddy.
"Runa"pangil Raska.
Namun tidak ada balasan sama sekali.
"Dek"panggilnya sekali lagi."Aruna" tubuh Runa tersentak kecil oleh sentuhan lembut Raska di pipinya.
Runa mentap kakaknya."kakak pangil Runa?" Tanyanya memastikan.
Raska tersenyum "iya, kakak pangil kamu"ucapannya lembut.
"Kenapa hm?"
Runa menggelengkan kepalanya cepat,dia juga bingung kenapa hari ini dia banyak diam.
Yang Runa rasakan ada sesuatu yang hilang, sakit dan kosong ketika dia bangun dari tidurnya.
Dia seperti melupakan sesuatu dan dia tidak tahu sesuatu seperti apa yang hilang itu.
"Kamu yakin tidak apa-apa?"tanya Raska yang langsung dibalas anggukkan oleh Runa.
"Aruna... mau peluk kakak?"Raska merentangkan kedua tangannya.
Sedangkan Runa yang sejak tadi pagi merasakan perasaan aneh dan menyesakkan, langsung menyambut rentangan tangan itu tanpa ragu.
Entah mengapa dia airmata nya mulai berjatuhan, dia hanya ingin menangis untuk sekarang ini.
Hatinya terasa sesak, gundah, gelisah,sakit, entah dia pun tidak tahu seperti apa yang dia rasakan. Seluruh tubuhnya benar-benar tak nyaman dan kosong.
Raska dengan setia menepuk pundak Runa dengan lembut,jujur saja matanya juga terasa panas apa lagi dengan hatinya. Dia merasa tidak berguna sekarang ini.
Ada yang berbeda dengan tangisan ini, tangisan yang membuat siapapun juga bisa merasakan betapa sakit dan sesaknya tangisan yang keluar itu.
"Kakak hiks.....hiks.....ka-kak.... hiks"
"Ru-runa gak hiks..su-ka hiks aaa"tangisan Runa semakin kencang.
"Ka-hiks kak...."gumamnya lemah.
Runa membawa tangan Raska ke atas dadanya.
"Ru-na hiks bingung hiks....hah...hah"nafas Runa terasa berat.
"Ssttt..tenang oke. Adiknya kakak gapapa nangis dulu, nanti kalau udah mendingan baru bicara sama kakak" Raska mengelus surai Runa dengan penuh kasih.
Runa mengeratkan pelukannya, dia ingin perasaan aneh ini hilang bersama tangisan yang menyakitkan ini.
"Hiks hiks...hiks..."
Sungguh sesak, Runa ingin berteriak dengan kencang, sungguh ini sangat sakit dia benar-benar tak menyukainya.
Mobil yang mereka tumpangi memasuki pekarangan maison. Raska menatap teras yang biasanya di isi para maid maupun bodyguard yang menyambut mereka pulang, tapi sekarang keluarga yang berdiri di sana.
Dan itu memang bukan sebuah kebetulan melainkan karena laporan dari supir yang menjemputnya.
"Raska, Runa" panik Ardni yang langsung membuka pintu mobil itu tak sabar.
Ardni langsung menggendong Runa ketika tatapannya melihat mata merah Raska yang bingung dan tersiksa akan tangisan Runa.
Ardni melangkahkan kakinya ke arah taman samping maison yang menjadi tujuannya.
"Pa pa"suara Raska terdengar pelan dan bergetar.
Cale mengendong Raska dan membawanya masuk kedalam, sedangkan yang lainnya menatap kepergian keduanya dengan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURA
Teen FictionRananda Arun Zake Anak laki-laki yang berusia 11 tahun yang melalui kehidupan dengan kejamnya sebuah keluarga.Arun tidak mengerti sebuah emosi yang dia tahu hanya sakit ketika dihukum oleh ayahnya. Suatu hari dia terbangun di sebuah gubuk yang berad...