Bara kini tengah duduk di ruang tunggu dengan para orang tua yang menatapnya tajam,dan itu semua karena anting yang dia pasang pada bocah yang bernama Runa tanpa sepengetahuan orang lain.
"Jadi?"tanya Ardni membuka suara.
Ardni juga baru mengetahuinya tadi setelah mendengar teriakan Vanny, walau pagi tadi dia sempat melihat keadaan Raska dan Runa yang masih belum sadar, tapi dia tidak menyadari ada anting yang terpasang.
"Paman"balas Bara acuh.
Bara sudah memperkirakan ini akan terjadi dan dia hanya menjalankan perintah pamannya. Kalian ingat waktu Ace mengunjungi Bara dan memberikannya kotak hitam,di dalam kotak itu ada anting yang tampa pasangannya. Jadi ini bukan kesalahannya bukan?.
Hah selalu saja seperti ini,Nia menatap putra keduanya dengan sendu.
Bara selalu menuruti perintah Ace tanpa memberitahu dia dan Ardni yang merupakan orang tuanya terlebih dahulu.Nia akui ini salahnya dan suaminya dulu.
"Sudahlah kita lupakan ini"ucap Ancy yang tak mau suasana semakin dingin.
"Bara gimana kabar kamu?"lanjutnya.
"Sehat"balas Bara singkat.
"Apakah kamu sudah tahu masalah ini,hingga membuat mu pulang?"tanya Nia.
"Ya dan tidak "
"Aku pulang atas keinginanku sendiri"
Diam.
Mereka kembali diam tanpa ada yang membuka suara, keluarga mereka memang sangat kaku jadi ini hal biasa. Ketenangan dan kesunyian adalah keseharian mereka,namun semenjak Ardni membawa kembar R suasana keluarga mereka terasa cerah dan hangat, seperti keluarga pada umumnya.
"Kak Bara"Bara menatap Vanny menunggu apa yang akan gadis kecil itu katakan, begitupun dengan yang lain.
"Kak Raska sadar"
Sontak mereka semua berdiri setelah mendengar kelanjutan Vanny mengenai Raska yang telah sadar.
Bara berjalan terlebih dahulu,dia mengecek keadaan Raska sebagai tanggung jawabnya yang seorang dokter.
Meski dia sangat yakin dengan obat penawar yang dia memberikan pada Raska akan menghilangkan semua rasa sakit yang timbul akibat racun itu,namun dia harus memastikannya kembali.
"Apakah ada yang sakit?"tanya Bara memastikan.
Raska menggeleng,dia menatap setiap orang di sekelilingnya yang menatapnya khawatir.
Raska merasa hatinya menghangat melihatnya.Ada orang yang perduli padanya.
Ada orang yang mencemaskannya.
Ada orang yang menunggunya.
"Kakak~"suara lembut yang dia rindu terdengar indah di telinganya.
Raska baru menyadari ada Runa di sampingnya yang memeluknya lembut.
"Runa kangen"Runa menenggelamkannya wajahnya pada ketiak Raska.
Raska tak menjawab tapi tangannya yang terbebas dari infus bergerak untuk mengelus surai indah Runa.
"Runa biarkan kakak mu istirahat dulu ya"ucap lembut Nia.
"Tapi Runa masih kangen"
"Kakak juga baru bangun masa mau bobo lagi"ucap Runa menolak.
Runa masih merindukan kakaknya,hanya dengan kakaknya dia merasa sangat tenang dan nyaman.
Yah meski dengan yang lain juga,tapi ada sedikit perbedaan yang membuat Runa lebih nyaman dengan kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURA
Teen FictionRananda Arun Zake Anak laki-laki yang berusia 11 tahun yang melalui kehidupan dengan kejamnya sebuah keluarga.Arun tidak mengerti sebuah emosi yang dia tahu hanya sakit ketika dihukum oleh ayahnya. Suatu hari dia terbangun di sebuah gubuk yang berad...