Cup
Ahh kenapa begitu kenyal dan lembut. Pikir Axel setelah mengecup singkat pipi merah menawan bocah itu.
"Engh..."
Axel mengeluarkan jarinya dari mulut kecil itu, sepertinya dia akan terbangun sebentar lagi.
Axel terus mengamati mata hitam itu terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya matahari yang mencuri masuk melalui tirai jendela balkon.
"Runa lapar ~"
Yah seperti yang kalian kira,bocah itu Runa dan Axel pemudanya yang waktu malam menggendongnya memasuki kamar ini.
Runa menatap langit kamarnya,ada yang beda dengan warnanya,itulah pikirnya.
Dia menatap kesampingnya memastikan ada kakaknya, namun bukan kakaknya yang dia lihat melainkan orang yang mirip dengan Alex tapi ini agak serem."Kak Alex?"tanya Runa tak pasti.
Runa sebenarnya takut tapi dia lapar, mungkin karena hari sudah menjelang siang jadi dia merasa kelaparan saat bangun tidur.
"Abang Axel"balas Axel singkat.
"Tapi ini muka kak Alex"sangkal Runa.
"Eh poop-nya hilang"ujar Runa setelah sadar tidak ada tahi lalat di pucuk hidung Axel.
"Poop-nya pidah disini"Runa menyentuh tepat pada tahi lalat Axel.
Axel hanya diam, membiarkan Runa menyentuh wajahnya, mungkin jika orang lain sudah pasti dia akan mematahkan tangannya.
Kryuk...
"Abang Axel Runa punya monster"beritahu Runa.
Axel hanya menaikkan satu alisnya bingung dengan ucapan Runa.
Kruyuk...
"Monsternya disini tadi itu suaranya"Runa menunjuk perutnya memberitahukan bahwa monsternya ada didalam sana pada Axel.
Monster? atau lapar?
Axel turun dari tempat tidurnya di ikuti juga oleh Runa. Mereka berjalan kearah sebuah pintu berwarna hitam.
Cklek
Runa kira mereka akan keluar dari kamar tapi yang dia lihat di balik pintu bukan lorong melainkan kamar mandi yang begitu sangat luas.
"Cuci muka"ucap Alex seakan tahu isi pikiran Runa.
Mereka mencuci muka mereka di wastafel jika gosok gigi nanti sajalah setelah sarapan bisa sekalian mandi ya kan?.
"Abang Axel Runa waktu malem terbang"ceritanya setelah keluar dari kamar mandi.
Runa ingat waktu malem dia ingin minum namun karena ngantuk sepertinya dia ketiduran dan yang terakhir di ingatnya itu dia terbang.
"Terus em__"Runa berusaha mengingat apa yang terjadi setelahnya,tapi nihil dia tidak ingat apapun setelahnya.
Hap
Axel menggendong Runa ala koala,runa harus segera makan karena ini sudah hampir jam sebelas siang.
Mereka berjalan menuju ruang makan dan Runa hanya diam di gendong oleh Axel.Sepanjang perjalanan mata Runa terus melihat mata biru milik Axel, menurutnya mata itu indah seperti langit dan dia sangat suka. Meski Ardni dan Alex juga memiliki mata yang sama tapi warna mata mereka tidak membuatnya tenang dan tertarik.
"Sayang " baru juga keluar dari lift,mereka sudah disambut oleh suara mommy mereka yang tersirat nada khawatir.
Runa menengok kearah belakang dan melihat tatapan semua orang tertuju padanya. Dia merasa takut,kenapa semua orang menatapnya mana dia kelaparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURA
Teen FictionRananda Arun Zake Anak laki-laki yang berusia 11 tahun yang melalui kehidupan dengan kejamnya sebuah keluarga.Arun tidak mengerti sebuah emosi yang dia tahu hanya sakit ketika dihukum oleh ayahnya. Suatu hari dia terbangun di sebuah gubuk yang berad...