Amsterdam, Belanda.Disebuah bangunan yang nampak begitu gelap dan hancur dengan ratusan mayat yang tergeletak di setiap lorongnya ada seorang pemuda yang tengah mengatur nafasnya setelah 'membereskan'sedikit hama yang menghalangi jalannya.
Pemuda itu berjalan kesebuah titik yang terdapat cahaya yang memang hanya cahaya itu yang bersinar dibangunan itu.
"Berlian yang menarik"pemuda itu menatap sebuah berlian berwarna hitam yang ada ditangannya.
Meskipun hitam namun cahayanya begitu terang dan unik."Tuan muda mereka tengah menunggu kedatangan berliannya"lapor sang tangan kanan.
"Kembali"pemuda itu menyerahkan berliannya pada sang tangan kanan agar menyimpannya di kotak yang sudah disiapkan.
Mereka berjalan meninggalkan bangunan yang sebentar lagi akan hancur itu.
Duarrrr
...................
Saat ini Raska sedang menatap Runa yang masih terlelap, mereka sekarang ada di sebuah kamar yang cukup luas dengan warna abu-abu yang lebih dominan.
Raska tengah mengingat kejadian bagaimana mereka bisa sampai sini.Nanti kita ceritakan sedikit.
Cklekk
Raska melihat seorang anak laki-laki yang lebih muda 2 tahun darinya berjalan mendekat.
"Daddy memanggil"beritahu anak laki-laki itu yang Raska tahu namanya kalau tidak salah Arvel.
Raska mengangguk dan berjalan keluar namun dia tidak tahu kemana dia akan pergi menemui 'daddy' nya itu.Raska hendak bertanya namun ucapnya lebih dulu terpotong.
"Diluar ada bodyguard"beritahu Arvel yang tatapan tak lepas dari wajah manis Runa.
"Sial"batin Raska yang tidak suka akan tatapan yang diberikan Arvel untuk adiknya.Dia tidak mau meninggalkan adiknya dengan orang itu.
"Mari tuan muda"ajak sang bodyguard.
Arvel berjalan kearah pintu dan menguncinya dari dalam.
Ah dia ingin menikmati sebuah pemandangan yang begitu indah tanpa ada'hama' yang mengganggu.
"Kenapa kamu begitu manis, Kitty"
Arvel berbaring di samping Runa dan memeluk dari belakang dengan hati-hati supaya tidak membangunkan tidur pulas nya.
Dia menempelkan bibirnya di tengkuk Runa dan menghirup aromanya begitu dalam."Sial aromanya sangat manis,aku ingin memakannya"batinnya tak tahan.
Dengan sekali tarikan,Arvel kini merubah posisi mereka sekarang tanpa menghiraukan Runa yang sepertinya terganggu oleh tindakannya.
Arvel memperhatikan bagaimana mata hitam itu membuka matanya dengan perlahan.Sangat cantik. Pikirnya."Siapa?"tanya Runa bingung,dia ingin bangun namun tangannya langsung di tarik oleh orang yang ada di atasnya dan mengunci tangannya keatas kepala.
"Dimana kak_"
Cup
Arvel yang sudah tidak tahan dengan dengan kemanisan Runa pun langsung mencium sudut bibirnya.
"Hiks..."satu isakan berhasil lolos dari mulut mungil Runa.
Dia tidak tahu dirinya berada dimana dan kemana kakaknya dan lagi siapa orang yang ada diatasnya ini,mana langsung nyosor pula.
Arvel tidak terkejut dengan tangisan Runa malah dia menantikannya,dia ingin mendengar suara itu yang entah mengapa begitu indah dan membuatnya candu.
Arvel mendudukkan badannya menghadap Runa yang kini juga duduk berdasar pada dasbor tempat tidur.
"Kakak maafin Arvel ya"Arvel langsung merubah wajah menjadi lembut ketika manik Runa menatapnya dengan isakan yang mulai mereda.
"Siapa hiks...?"tanya Runa yang berusaha menghentikan isak nya.
"Aku Arvel kakak,adik sepupu kakak"jelas Arvel dengan wajah yang dia buat-buat seperti anak seusianya.
"Sepupu?"Runa memiringkan kepalanya dengan alis yang menyatu.
"Hm"Arvel mengangguk tersenyum.
"Apa itu sepupu?A-arvel?"Runa bingung dia masih belum memahami beberapa kata yang orang lain katakan.
"Hm...? intinya sekarang Arvel adik kak Runa"Arvel bingung bagaimana menjelaskannya dan dia tidak tahu kalau Runa sangatlah polos.
"Adik?"tanya Runa memastikan.
Arvel mengangguk dengan semangat.
Brukk
Runa langsung memeluk Arvel dengan kencang, sekarang dia adalah seorang kakak.Dia pasti akan bersikap dewasa nanti.
"Yeyy Runa punya adik"Runa bersorak gembira dengan tubuh yang masih memeluk Arvel.
Arvel menyeringai dalam pelukan mereka,dia tidak sabar akan menghabiskan waktu dengan 'kakak'nya ini.
Cup
Sebuah kecupan mendarat pada pipinya membuat Arvel sedikit terkejut, namun setelahnya dia menyeringai kecil.
Ahh kenapa kakaknya ini begitu manis dan membuatnya ingin memakannya saat ini juga.Brakk
'SIAL'
..................
Raska berjalan mengikuti bodyguard didepannya menuju ruangan yang katanya ruang kerja Ardni.Sesekali matanya mengamati setiap jalan yang mereka lalui.
Mereka sampai pada sebuah pintu yang berwarna dark blue.Tok
Tok
"Masuk"sahut orang yang ada di dalam.
"Permisi tuan saya mengantar tuan muda Raska"bodyguard itu langsung keluar setelah memastikan Raska masuk.
"Ada apa Raska?"tanya Ardni tanpa mengalihkan pandanganya dari berkas yang ada di tangannya.
Raska mengerutkan keningnya bingung.Bukannya tadi dia disuruh menemuinya,lalu mengapa dia yang ditanya seharusnya kan dia yang bertanya.
Ardni yang merasa tidak ada balasan pun melihat kearah Raska yang masih berdiri.
"Duduklah"Ardni menunjukan kursi depannya agar Raska duduk.
"Katakan ada apa?"Ardni bertanya setelah Raska duduk didepannya.
"Bukannya pam_"
"Daddy"potong Ardni cepat.
"Tapi_"
"Saya tidak suka dibantah Raska "ucap Ardni penuh penekanan.
"Baiklah "ujar Raska pasrah.
"Ada apa D_daddy memanggil Raska"lanjut Raska kaku.
Kali ini Ardni menatap mata kelabu Raska,mencari keseriusan dari ucapannya.
Siapa yang memanggilnya,dia dari tadi diam disini dan mengerjakan berkas-berkas yang telah dia tinggal selama menjalani hukuman dari ayahnya.Lalu....bentar ada yang aneh."Siapa yang memberitahu mu, Raska?"tanya Ardni memastikan.
"Seorang anak laki-laki"Raska masih belum yakin untuk namanya.
"Arvel?"tebak Ardni memastikan.
"Mungkin"Raska mengangkat kedua bahunya acuh.
"Ck,sial"gumam Ardni yang langsung berlari keluar diikuti oleh Raska yang masih bingung.
Ardni berlari sekuat tenaga menuju kamar pribadinya sendiri.Dalam hatinya dia tengah mengumpati tingkah sang ponakannya yang satu itu.
Tidak ada yang tahu apa isi pemikiran dari sang ponakannya karena dia begitu pandai menyembunyikan setiap ekspresi dan juga bermain dengan kelicikannya.
'SIAL'
Pintunya terkunci dari dalam dan kamar ini kedap suara.
"Dobrak"perintah Ardni pada dua bodyguard yang berjaga.
Dua bodyguard itu berusaha mendobrak pintu yang memang agak susah dibanding pintu lainnya dikarena pintu ini telah didesain khusus.
Brakk
"Apa yang kamu lakukan Arvel"
KAMU SEDANG MEMBACA
NURA
Teen FictionRananda Arun Zake Anak laki-laki yang berusia 11 tahun yang melalui kehidupan dengan kejamnya sebuah keluarga.Arun tidak mengerti sebuah emosi yang dia tahu hanya sakit ketika dihukum oleh ayahnya. Suatu hari dia terbangun di sebuah gubuk yang berad...