Saat ini Aruna tengah memperhatikan satu objek yang ada didepannya dengan penasaran.Dia selalu menyentuhnya beberapa kali namun mengapa yang menjadi objeknya itu tak kunjung membuka matanya?.Kan dia makin penasaran.
Apakah dia(objek) telah mati atau masih hidup?.Dia saja tadi sudah bangun dari tidur malamnya kenapa dia(objek)belum? pikirnya.Grebb
"Jangan disentuh terus lukanya, kasian nanti pamannya kesakitan"tegur Raska dengan memeluknya karena gemas dengan tingkah Runa terus menekan luka pada lengan seorang pria yang tak sadarkan diri itu.
Yah Pria itulah yang menjadi objek rasa penasaran Runa dan juga penyebab tidur mereka waktu malam terganggu,dengan kekuatan yang tidak terlalu besar mereka membawa (menyeret)pria itu masuk dan menaruhnya di bawah dekat dipan.Awalnya Raska tidak mau tapi adiknya memaksa untuk membawa pria itu masuk,dan mereka begitu terkejut ketika melihat ada darah begitu banyak yang keluar dari lengan pria tersebut.
Runa yang terkejut pun menangis karna takut melihat darah yang tidak berhenti keluar dan dengan terpaksa Raska mengikat luka pria itu dengan kain.
Namun tangisan Runa tak kunjung mereda, Raska tidak tahu harus apa karena ini pertama kalinya ia harus menenangkan kakaknya.Diaberusaha menenangkannya dan mengajaknya untuk tidur dan syukurlah Runa langsung terlelap mungkin dia lelah dan sudah mengantuk dari tadi.Arun kita panggil Runa saja yaaa...
Dan sekarang di pagi harinya, Runa tidak kunjung berhenti untuk menyentuh pria itu apalagi dia sepertinya penasaran dengan luka yang ada di lengan sang pria.
"Kapan paman buka matanya?kan Runa ingin tanya sama paman"oceh Runa yang tak kunjung berhenti.
"Kakak kenapa pamannya masih bobo kan ini sudah siang?"tanya Runa pada Raska yang masih memeluknya dari belakang dengan tangan yang sibuk menoel pipi dirinya.
Merasa tidak ada belasan dari sang kakak Runa tanpa sengaja menekan begitu keras lengan pria itu karna merasa kesal,dirinya dari tadi bicara dan menuggu pria ini sadar begitu lama.Tapi kakaknya malah sibuk bermain dengan pipinya kan dia kesal.
"Shtt..."suara ringisan keluar dari mulut sang pria dengan matanya yang tebuka perlahan.
"Kakak pamannya bangun"bisik Runa pelan.
Mereka melihat kearah pria itu dengan tatapan waspada dan polos.
Pria itu bangun untuk duduk dengan tangan kanan yang memegang luka pada tangan kirinya.
Dia ingat,dia sedang menjalankan sebuah hukuman dari ayahnya untuk membasmi sekumpulan anjing seorang diri,memang ayahnya sedikit gila.Bagaimana bisa dia hanya seorang diri sedangkan lawanya ada ratusan orang,gila memang ayahnya itu."Dimana ini?"gumamnya pelan dan belum menyadari kehadiran orang lain disisanya.
Pria itu merasa ada sesuatu yang menyentuh tangannya yang terluka saat dia belum sadar,dia melihat kearah samping dan mendapatkan dua bocah yang sepertinya kembar tengah menatapnya dengan tatapan berbeda.
"Hai paman"sapa bocah yang memiliki wajah manis yang tengah di peluk erat oleh bocah satunya lagi.
"Siapa kalian?"
"Kami?"tanya Runa memastikan dan pria itu mengangguk.
"Kami manusia paman"jawaban polos itu keluar begitu saja dari mulut Runa.
"Saya sedang tidak bercanda"tekannya.
"Kami yang menyelamatkanmu"balas Raska datar,dia semakin erat memeluk Runa yang sepertinya takut akan tatapan yang diberikan oleh pria itu.
Pria itu hanya diam,dia merasa kepalanya sedikit pusing mungkin dia kehilangan banyak darah karna luka tembak yang ada di lengannya.
"Dimana sekarang ini?"tanya pria itu lagi kali ini suaranya tidak semenakutkan seperti tadi.
Tatapan matanya tidak lepas dari sosok bocah yang melihat kearahnya diam-diam.Wajah yang manis dengan pipi yang sedikit merah begitu menawan apalagi matanya yang menatap penuh dengan rasa penasaran.lucu sekali, pikirnya."Hutan"kini pria itu menatap anak satunya lagi.
Suasana hening seketika tidak ada yang membuka suara lagi.
"Emm paman,paman siapa?"Runa memberanikan diri untuk bicara lagi walau masih agak takut.
"Nama Runa, Aruna paman.kalau nama paman?"
"Panggil saja Daddy "pria itu mengambil Runa dari pelukan Raska dan membawanya kepankuan dirinya.
"Dan nama Daddy Ardni"ucapannya lembut, padahal bukan dirinya sekali berbicara dengan lembut dengan orang.
Ardni juga bingung, entah mengapa dia begitu tertarik pada dua anak ini apalagi setelah melihat tingkah Runa."Apakah kalian tinggal sendirian?"Ardni melihat kearah Raska yang sepertinya sedang menahan marah karena dia telah mengambil Runa tadi.
Kruyuk...
"Kakak ~kenapa perut Runa bunyi, jangan-jangan didalamnya ada monster hiks..."adu Runa dengan isakan diakhirnya.Dia takut nanti perutnya akan dimakan oleh monster itu,lalu perutnya akan berlubang dan dia akan meninggal.Kan dia masih mau sama kakaknya.
Sedangkan Raska dan Ardni menatap Runa dengan menahan tawa dengan ucapan Runa.Mana ada perut bunyi karena ulah monster yang ada dialah monster imut yang kelaparan.
"Apa Runa lapar?"Ardni berusaha menenangkannya.
Runa mengangguk dalam dekapan Ardni,dia tadi langsung memeluk Ardni karena takut.
"Kalau gitu apa ada makanan disini"
"Hanya ada ubi"balas Raska,dia kasihan melihat Runa yang masih terisak kecil tapi dia takut nanti Runa sakit mengingat imun adiknya lemah, dan juga kemarin dia baru bangun dari pingsannya.
"Kalau gitu akan saya buatkan makanan"Ardni berdiri setelah menyerahkan kembali Runa pada Raska.
.................
"Ahh sepertinya putraku menemukan berlian disana"gumam seorang pria tua dengan gelas berisi wine ditangannya.
"Ray,apa pendapatmu tentang berlian yang Daddy-mu temukan?"tanyanya pada seorang pemuda yang masih menatap layar laptop.
Tidak ada balasan,tapi bibir pemuda itu menyeringai kecil apa yang dia lihat pada layar laptop itu.
"Berlian memang harus di dapatkan bukan?"gumamnya kecil namun pria tua itu masih bisa mendengarnya.
Kedua orang itu melihat layar laptop dengan seringainya masing-masing.
Dengan otak yang penuh akan rencana untuk berlian yang mereka temukan itu.
Apakah mereka akan membuat kotak untuk menyimpan berlian itu dengan aman?atau menyimpannya di dalam kotak yang mereka desain sendiri?.Yah kita lihat saja nanti.
Mereka tidak sabar untuk mendesain kotak yang begitu cantik untuk berlian mereka...
KAMU SEDANG MEMBACA
NURA
Teen FictionRananda Arun Zake Anak laki-laki yang berusia 11 tahun yang melalui kehidupan dengan kejamnya sebuah keluarga.Arun tidak mengerti sebuah emosi yang dia tahu hanya sakit ketika dihukum oleh ayahnya. Suatu hari dia terbangun di sebuah gubuk yang berad...