Bab 22

2.4K 234 18
                                    

Awan memasuki sebuah kamar disebelah kamar miliknya.

Disana terlihat seorang gadis yang terbaring lemah dengan selang infus yang melekat apik di telapak tangannya.

"Abang"suara lemah itu menyapu pendengaran Awan dengan lembut.

"Makan" Awan menyodorkan semangkuk bubur yang dia bawa atas perintah dari kakeknya.

"Tubuh Fara sakit"ucap Fara lemah.

Dengan terpaksa Awan menyuapi gadis ini yang sekarang menjadi adiknya.

Awan membantu Fara untuk bersandar pada dasbor tempat tidurnya.

"Merepotkan"ucap Awan sinis.

Fara hanya menunduk merasa tidak enak karena telah merepotkan seluruh keluarga ini karenanya.

"Cepat"Awan menyodorkan sendok yang berisi bubur pucat itu pada Fara tidak sabar.

Fara dengan cepat membuka mulutnya, takut Awan akan marah padanya.

"Maaf... Fara ngerepotin Abang"ucap Fara menunduk bersalah.

"Makan" ucap Awan kembali.

Fara menurut,dia terus menerima suapan demi suapan meski perutnya terasa mual. Dia tidak ingin lebih merepotkan mereka lagi.

"Minum" Awan menyerahkan beberapa pil obat pada Fara dan membantunya untuk meminum.

Awan membereskan peralatan makan tadi dan hendak pergi meninggalkan Fara sendiri, namun langkahnya terhenti ketika tangan kecil Fara memegang ujung celana miliknya.

"Terimakasih Abang"ucap Fara tulus.

Awan tidak bersuara,dia melanjutkan kembali jalannya yang sempat tertunda dan menutup pintu kamar itu menyisakan Fara yang menatapnya rumit.

   ................

Ardni memegang tangan pucat nan lemah milik Raska. Dirinya begitu cemas dan takut ketika mendengar bahwa Raska ada di rumah sakit.
Dia meninggalkan Runa dengan orang yang ada di mansion dan datang kesini tanpa memberitahu keluarganya yang lain.

"Siapa?"gumam Ardni rendah penuh tekanan.

Siap yang berani memberi racun pada anaknya.
Isi kepalanya terus terngiang perkataan dokter yang menangani Raska.

"Kondisinya sekarang belum sepenuhnya stabil,masih ada sisa racun pada tubuhnya"

"Kami akan terus memantaunya dan mencari penawar racunnya "

Ardni belum pernah merasakan perasaan seperti ini,dia merasa gagal menjadi seorang ayah untuk anaknya.
Perasaan kacau dan gelisah membuatnya menjadi tidak tenang dan kondusif.

Tidak terasa ada setetes airmata yang menetes mengenai tangannya yang memegang tangan Raska.

"Maafkan Daddy..." Bisiknya.

Ardni terus mengecup telapak tangan lemah milik Raska,dia sungguh merasa hancur melihat keadaan Raska sekarang.

Pasti putranya ini kesakitan, dia harap dia saja yang merasakan sakitnya.

Untuk pertama kalinya Ardni menangis untuk seseorang.
Dan untuk pertama kalinya dia merasa kecewa pada dirinya sendiri.

Dia merasa gagal...

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang