Runa berjalan masuk ke kamarnya sedangkan Raska,dia memasuki kamar yang memang miliknya.
Runa tahu kakaknya itu marah padanya karena itu sepertinya Raska tidak mau bersama dengannya.
Runa menjatuhkan tubuhnya pada ranjang yang begitu luas, biasanya ranjang ini tidak seluas ini karena ada Raska namun sekarang tidak ada.
"Kakak marah,gimana caranya buat kakak tidak marah lagi?"ucapnya lesu menatap langit kamarnya.
Tiba-tiba Runa merasakan usapan pada kepala nya, dia mendongak melihat siapa yang mengusap kepalanya.
"Apel!"kaget Runa. Dia langsung bangkit dan duduk menatap Arvel yang juga menatapnya dengan senyuman khasnya.
"Apel, sejak kapan Apel ada di kamar Runa?"tanya Runa heran.
Runa tidak mendengar pintu terbuka maupun langkah kaki yang mendekatinya. Lalu dari mana Arvel datang, pikirnya.
"Arvel nunggu kakak di sini"
"Kenapa kakak sangat lama?" Lanjut Arvel menatap Runa sedih.
"Maafin Runa yaa, tadi Runa habis beli perlengkapan buat sekolah besok dan...
"ANNA "jeritnya ketika mengingat boneka yang entah kemana. Dia lupa, Anna nya.
Dunia Runa seakan runtuh seketika, matanya mulai berkaca-kaca, dadanya bergerak naik turun dengan nafas yang juga terasa sulit.
"Anna nya Runa hiks...."gumamnya sedih.
Kini wajah itu memerah dengan lelehan air mata yang terus mengalir di pipi cabi nya.
Perlahan lahan tangisan itu semakin terasa menyayat untuk yang mendengarnya.
Sungguh apakah sebegitu penting boneka itu. pikir Arvel yang menatap Runa tidak tega.
Disatu sisi dia menyukai tangisan Runa tapi bukan tangisan yang menyayat seperti ini, seolah dia mendengar seorang yang tengah menangisi kepergian orang yang sangat penting untuk selamanya.
Arvel memeluk dan mengelus punggung bergetar Runa.
"Stt... Kakak tenanglah. Nanti Arvel bantu kakak cari"bujuknya dengan lembut.
"Ta-tapi hiks Runa ingin Anna huuu...."
"Kakak lihat" Arvel menangkup pipi merah Runa dengan mata yang menatap mata indah milik Runa.
"Disini ada Arvel lalu kakak juga masih mempunyai Anna kan disini "
Runa mengangguk mengiyakan.
"Sekarang kakak mandi setelah itu kita turun untuk makan"
Runa lupa dia harus membersihkan tubuhnya yang penuh dengan keringat. Pasti tubuhnya bau.
"Apel ...lepasin hik Runa. Pasti Runa hik bau kan?"ucapnya berusaha melepaskan tangan Arvel yang masih ada di pipinya.
Cup
Cup
CupBukannya lepas Arvel malah mencium kedua mata merah Runa dan juga hidungnya.
"Kakak wangi, Arvel suka wangi kakak"ucap nya menghirup lipatan leher Runa.
"Arvel aneh"celetuk Runa.
Arvel tak mendengarkan Runa dia masih menghirup wangi yang terus keluar dari tubuh Runa.
"Ah.. Arvel geli~"Runa menggeliat geli ketika Arvel menjilat lehernya dan juga meniup cuping telinganya.
Seperti tersengat listrik.
"Sekarang kakak mandi, Arvel tunggu disini"Arvel melepaskan pelukannya dan membiarkan Runa untuk membersikan tubuhnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NURA
Teen FictionRananda Arun Zake Anak laki-laki yang berusia 11 tahun yang melalui kehidupan dengan kejamnya sebuah keluarga.Arun tidak mengerti sebuah emosi yang dia tahu hanya sakit ketika dihukum oleh ayahnya. Suatu hari dia terbangun di sebuah gubuk yang berad...