Bab 8

6.8K 492 7
                                    

Runa berjalan dengan mata sayu melihat lorong mansion lantai dua dengan botol susu kosong ditangannya.
Tadi dia terbangun karena merasa haus dan dia ingin air putih susu bukan air putih biasa, karena tidak mau mengganggu tidur kakaknya jadi dia memberanikan diri untuk berjalan sendiri ke dapur. Entah dia tidak tahu kemana arah yang menuju dapur itu.

"Jalan tolong bawa Runa ke dapur"rancaunya tak jelas karena efek terbangun tengah malam.

Dia berjalan dengan asal kakinya melangkah dan mulut yang terus bergumam tak jelas.

Brukk

"Ih Runa nabrak tembok ya?"tanyanya pada dirinya sendiri sambil mengelus kepalanya yang agak sakit.

"Tembok kenapa kamu disini kan Runa jadi nabrak kamu"kesalnya.
Matanya masih tertutup namun mulutnya terus mengomeli sang tembok yang tidak tahu apa kesalahannya.

"Karena kamu ada di sini jadi ayo anterin Runa ke dapur bikin air putih susu"

Runa berusaha menarik ujung tembok dan membawanya ke dapur yang entah dimana.

"Kenapa kamu enggak bergerak, jangan-jangan kamu juga gak tau dimana dapurnya" tuding Runa.

Runa duduk bersandar pada tembok itu. Dia lelah dan mengantuk tapi dia juga haus, dia ingin segera minum dan langsung tertidur. Namun dia bisa apa,dia tidak tahu apa-apa, arah dapur saja dia tidak tahu dan jika tahu lalu bagaimana dia bisa mendapatkan air putih yang seperti yang dia mau. Ah sudahlah dia lelah.

Tanpa disadari olehnya,dari dia berjalan dengan mulut yang bergumam tak jelas hingga dirinya menabrak tembok dan mengajaknya ke dapur,semua tingkahnya itu dilihat oleh seorang pemuda di ujung lorong dekat lift.

Pemuda itu hanya mengamati saja tanpa ada niatan membantunya.
Mata tajamnya terus melihat bibir mungil Runa yang tak henti untuk berbicara. Apakah dia tidak lelah terus berbicara, dirinya sajamerasa lelah hanya dengan melihatnya.

Pemuda dengan tahi lalat dibawah bibirnya itu berjalan mendekat kearah Runa yang duduk anteng dilantai dengan bersandar pada tembok.

Dia berjongkok dihadapan Runa dan mengamati setiap lekuk wajahnya.

Hap

Pemuda itu menggendong bridal style Runa yang setengah sadar dan botol susu yang masih dipegangnya.

"Runa melayang?"

"Ohh kak Alex yang buat Runa terbang?"Runa samar-samar melihat wajah di atasnya.

"Kok poop lalatnya hilang"tangan Runa memegang hidung sang pemuda  untuk memastikan.

"Xixixi... Runa bobo~"lirihnya dan langsung tertidur setelah menyamankan tubuhnya. Sepertinya dia sudah mengantuk berat.

Pemuda itu berjalan membawa Runa pada sebuah kamar yang merupakan miliknya dan meletakkan Runa dengan sangat pelan. Dia melepaskan botol yang masih di pegang oleh Runa dan berjalan keluar kamar.

Tak lama pemudanya itu kembali dengan botol yang sudah terisi oleh susu. Dia memasukan silikonnya pada mulut Runa dan di sambut dengan hisapan yang begitu kuat oleh sang empu. Sepertinya dia sangat kehausan.pikir sang pemuda.

                            ..................

Kini suasana mansion Palyinora begitu dingin dengan aura yang penuh akan hasrat membunuh.

Bagaimana tidak. Saat ini mereka kehilangan berlian paling berharga mereka.
Tadi ketika mereka berkumpul di meja makan, Raska datang kearah mereka dengan penampilan yang sangat kacau dan mengatakan kalau Runa hilang.

Mereka yang mendengarnya segera memerintahkan semua bodyguard yang ada di mansion untuk mencarinya kesegala penjuru.

Hingga hari sudah menjelang siang namun belum ada tanda kalau Runa sudah ditemukan.

"Maaf tuan,tuan kecil tidak ada dimana mana"lapor seorang bodyguard dengan menunduk takut.

"Cari dan temukan atau kepala kalian akan ku tembak"ancam Ardni pada para bodyguard, karena dia yakin Runa masih ada dalam mansion ini tidak mungkin keluar.

"Ray suruh orang kepercayaan mu untuk mencarinya"perintah Zuko pada anak pertama Ardni yang sangat pendiam bahkan dari kedatangan Raska dan Runa dia belum mengeluarkan sepatah katapun.

Ray hanya menatap sinis sang kakek tua itu,dia pikir dirinya tidak mengerahkan orang-orangnya untuk mencari?. Bahkan dia langsung melakukannya tanpa disuruh ketika Raska baru memberitahu mereka. Dasar kakek tua menyebalkan.pikirnya.

"Alex mana Axel?"tanya Ardi pada Alex.

Saat ini mereka ada di ruang keluarga, Raska tadi dibawa oleh Niara kembali kekamar untuk menenangkannya. Meski Raska tidak mengeluarkan airmata mereka tahu bagaimana dengan perasaan anak itu.
Dan untuk yang tanya di mana Arvel,dia sudah pulang bersama mama Ancy yah walau kenyataan diusir. Dia dihukum tidak boleh bertemu dengan Runa selama tiga bulan penuh, awalnya Arvel sempat menolak tapi ia terima karna ancaman Zuko yang tidak akan membiarkan dirinya bertemu dengan Runa dengan waktu yang tidak ditentukan.

Back to topic

"Tidak tahu" balas Alex acuh.

"Mas, gimana sudah ketemu?"tanya Niara yang baru saja datang dan duduk di samping sang suami.

Ardni hanya menggeleng sebagai jawaban. Suasana tiba-tiba hening seketika.

"Raska udah tenang mom?"tanya Alex memecahkan keheningan itu.

"Sudah,tadi mommy kasih dia segelas susu yang sudah dicampur sama obat tidur "jelas Niara lembut.

"Ck"suara decakan berasal dari Ray mengalihkan atensi mereka padanya.

"Ada perkembangan?"tanya Zuko tak sabar.

                              ................

Kamar dengan nuansa hitam-abu itu kini begitu sunyi mungkin karena kamar itu kedap suara. Hanya terdengar detakan jam yang menunjukkan pukul sembilan pagi dan suara hembusan nafas seseorang yang masih terlelep pada kasur king size yang begitu nyaman, disampingnya ada seorang pemuda yang terus mengamatinya dari tiga jam yang lalu.

Axel. Sang pemuda yang tengah mengamati itu tak kunjung bosan hanya dengan melihat bocah didepannya. Sesekali dia memainkan wajah sang bocah, mulai dari matanya, alis, hidung, pipi yang begitu lembutdan kenyal lalu pada bibir yang sibuk menghisap ibu jari bocah itu sendiri.

Axel mencoba melepaskan ibu jari itu dari mulutnya. Lihatlah ketika jari itu lepas mulut kecil itu tak henti bergerak mencari cari.

Axel menyentuh bibir sang bocah pelan, namun dia agak sedikit terkejut ketika jarinya dihisap oleh bocah itu.

Jari yang awalnya dingin kini terasa hangat didalam sana. Hisapan pelan dan penuh kelembutan ia rasakan pada telunjuknya, entah mengapa dia suka ini.

Entah dorongan dari mana dia mendekatkan wajahnya mendekat ke wajah bocah itu. Axel meneguk liurnya sendiri ketika matanya melihat semuanya dari jarak dekat ini.

Cup

NURA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang