***
"Putri anda kelihatan senang sekali setelah menemui Yang Mulia." Bia keheranan apa yang membuat Putrinya ini senang, meskipun begitu Bia ikut senang melihatnya.
"Kau benar Bia, aku sangat senang, sebagai gantinya aku akan mengajakmu ke Rumah Kasih besok," Ucap Realyn tersenyum menatap Bia.
Kini mereka berdua sedang berada di kamar, dengan Bia yang sedang duduk di lantai sementara Realyn berbaring tengkurap di kasurnya.
"Tapi, bukankah Anda biasanya akan pergi dengan Putra Mahkota ke sana?"
"Tidak, Putra Mahkota bilang dia sedang sibuk. Jadi aku ingin mengajakmu, kau mau kan?" Tanya Realyn, lalu mendudukan dirinya.
"Dengan senang hati Putri."
***
Malam harinya Realyn mengajak Bia untuk pergi keluar kediamannya, meskipun sempat bercekcok dengan sang Ayah karena tak mengizinkannya, tetapi berkat segala rayuan yang dia tunjukan akhirnya Duke Shavonne mengizinkannya dengan syarat di temani beberapa prajurit dan ksatrianya.
Terhitung ada delapan prajurit dan dua ksatria bayangan yang menjaga Realyn sekarang, tentu saja Realyn menyuruh mereka untuk mengawasi dirinya dari jarak jauh agar tak mengganggu kegiatannya.
Di sinilah mereka berada di sebuah tempat yang penuh orang-orang berlalu lalang, ada yang berjualan dan ada pembeli. Mungkin kalau di masa depan di sebut nya pasar malam.
Siang tadi Realyn tak sengaja mendengar percakapan dari para pelayan di kediamannya jika malam nanti akan ada festival tahunan. Mendengar berita itu tentu saja Realyn tak ingin melewatkan kesempatan untuk pergi berjalan-jalan.
Memakai pakaian ala rakyat biasa untuk penyamaran, karena Realyn tak ingin tampil mencolok di tengah keramaian. Matanya menatap sekitar
"Bia, aku ingin membeli itu" tunjuk nya ke salah satu pedagang, lalu Realyn pergi ke sana. Sontak Bia menoleh ke arah yang di tunjuk Realyn.
Bia kira nona nya ini akan membeli makanan, ternyata Realyn menunjuk pedagang yang berjualan seperti barang bekas atau mungkin barang antik, itulah yang ada dipikiran Bia.
Menyusul Realyn, dan setelah sampai di penjual itu, Realyn tampak mengamati satu persatu barang yang akan dia beli, lalu matanya tertarik pada satu benda yang sangat cantik.
"Silahkan di pilih Nona" Kata penjual tersebut.
"Paman aku ingin yang ini" Ucap Realyn dengan mata yang berbinar menunjuk barang itu dengan semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Fantasy[Transmigrasi Series] Realyn Tamara, seorang gadis berusia 22 tahun itu tidak menyangka akan masuk kedalam novel yang terakhir dibacanya, jiwanya masuk kedalam tubuh seorang tokoh utama yang sayangnya diakhir cerita dia akan mati di tangan orang yan...