***
Realyn bangun dengan keadaan sedikit pusing di pagi harinya. Ia menatap sekitar, ternyata ia sudah berada di kamarnya.
Mendengar suara pintu terbuka Realyn mendongakkan kepalanya ke arah pintu, ternyata Bia yang masuk ke kamarnya.
"Selamat pagi, Putri." Realyn hanya menjawabnya dengan deheman saja."Saya membawakan secangkir air putih untuk Anda, ini diminum dulu Putri." Realyn menerima cangkir yang diberikan Bia.
"Awsh! Panas!"
"Itu memang air hangat, Putri."
Realyn mendelik, "Kenapa tidak bilang."
"Maaf, saya lupa, Putri." Bia terkekeh kecil sembari menggaruk tenguk nya yang tak gatal. Memberikan cangkir itu kembali pada Bia, Realyn menyenderkan punggungnya di sandaran kasur.
"Apa Putri sudah merasa baikan?"
"Hmm, lumayan." Jawabnya sembari menutup matanya.
"Semalam, apa Anda tau?—"
"Gak," ucap Realyn memotong perkataan Bia.
"Saya belum selesai bicara Putri."
"Hmm, lanjutkan."
"Semalam, waktu kita sampai kekediaman, ternyata ada Yang Mulia Putra Mahkota Hendrick kemari."
Realyn memijat keningnya yang terasa pening mendengarkan penjelasan Bia.
"Lalu apa Anda tau Putri? Yang Mulia Putra Mahkota yang membawa Anda ke kamar dengan cara menggendong Anda ke kamar ini!" Ucap Bia sedikit histeris.
Realyn membuka matanya menatap Bia jengah, ia turun dari ranjang membuat Bia menatap heran Nona nya yang terlihat biasa saja.
"Anda mau kemana Putri?"
"Mandi." Jawab Realyn singkat berlalu dari hadapan Bia.
Menatap punggung Nona nya yang tenggelam di balik tembok, Bia menghela napas kasar. "Aku merasa, Putri Ellyana sangat aneh akhir-akhir ini. " Mengedikkan bahunya, lalu ia menyusul Nona nya.
***
"Ellyana sedang apa kau di situ, kemarilah duduk di sebelah ayah" Titah Duke Shavonne.
Tubuhnya menegang enggan membalikkan badannya. "Kemari lah" Ujar Duke Shavonne lagi dengan suara tegas.
Saat enak-enak nya rebahan sembari membaca buku di kamarnya, tiba-tiba Sir Albert yang tak lain adalah ksatria Duke Shavonne datang dan menyuruhnya untuk menemui Duke Shavonne di ruang keluarga.
Dan di sinilah Realyn sekarang, berdiri di pintu masuk pintu keluarga kediaman Shavonne. Ternyata Duke Shavonne tidak sendiri di sana, ada seorang pria yang duduk di depan pria itu. Realyn tidak bisa melihat wajahnya karena posisi duduk pria itu membelakanginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life
Fantasy[Transmigrasi Series] Realyn Tamara, seorang gadis berusia 22 tahun itu tidak menyangka akan masuk kedalam novel yang terakhir dibacanya, jiwanya masuk kedalam tubuh seorang tokoh utama yang sayangnya diakhir cerita dia akan mati di tangan orang yan...