CHAPTER 2

5K 516 30
                                    

Sepertinya mamii emang ga cocok buat janji double up. Kesibukan dunia nyata yang ga menentu jadi sulit mencari waktu agar sempat mengedit chapter ini...

Mamii ga akan janji janji lagi deh, pokoknya secepatnya bakal di up.... Okey?

Chapter ini tidak begitu sedih, semoga kalian terhibur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter ini tidak begitu sedih, semoga kalian terhibur.

-

Pagi itu Freen dan ibunya baru saja kembali dari pasar untuk membeli keperluan dapur. Freen membantu ibunya membongkar barang belanjaan. Ia sangat senang melihat banyak sayuran segar dan buah-buahan favoritnya yang dibeli ibunya. Kemudian ia membantu ibunya memotong-motong sayuran untuk dimasak nanti. Mereka berdua sibuk di dapur hingga siang hari tiba.

"Ini sudah hampir selesai, tolong panggilkan ayah ya?" Ucap sang ibu.

Freen menganggukkan kepalanya kemudian dia pergi ke belakang rumahnya. Di sana terdapat sebuah ruangan yang digunakan oleh ayahnya sebagai tempat usaha laundry yang sudah dijalankan sejak Freen masih kecil.

"Ayah dipanggil ibu, katanya makan siang sudah siap." Panggil Freen saat melihat ayahnya sedang menyetrika pakaian pelanggan dengan setrika uap.

"Ini tinggal sedikit lagi sayang, ayah akan menyusul kalian nanti." Ucap sang ayah.

"Ayah tidak ingin melihat ibu mengomel selama makan siang kan?" Freen menggoda, dia tahu bahwa ayahnya sangat takut jika ibunya sudah mulai mengomel.

"Aah... Kamu benar. Ayo ke sana sebelum ibumu menyusul kita dan mengomeli kita berdua."

Ayah dan anak itu tertawa bersama, ibu adalah sosok yang paling mereka sayangi di rumah itu namun ibu juga sosok yang paling mereka takuti jika sudah masuk mode galak.

Setelah selesai makan siang, ibu sibuk membersihkan rumah. Sementara Freen membantu ayahnya di ruang laundry. Ayah dan anak itu kini tengah sibuk mencuci dan menyetrika pakaian pelanggan hingga sore hari tiba. Freen merasa senang bisa membantu ayahnya dalam usaha laundry keluarga.

Meskipun masih terhitung usaha rumahan, mereka memiliki cukup banyak pelanggan yang setia menggunakan jasa mereka. Ia belajar bagaimana mencuci pakaian dengan benar dan juga cara menyetrika yang rapi dari sang ayah.

Setelah selesai mengepak pakaian pelanggan yang telah selesai disetrika. Ayah memasang label nama beserta nominal tarif yang akan ditagih pada pelanggan mereka.

"Biar Freen saja yang antar ayah." Tawar Freen karena mereka memang memberikan layanan antar jemput pada usaha laundry mereka.

"Tidak usah, tampaknya akan segera turun hujan. Biar ayah saja."

Entah mengapa firasat Freen saat itu tidak begitu baik. Dia beberapa kali menahan agar ayahnya tidak mengantarkan pakaian sore itu. Ibunya juga memiliki perasaan yang sama seperti putrinya.

Virgin MomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang