Bagaimana lika-liku kehidupan seorang gadis remaja yang harus menjadi seorang ibu saat masih duduk di bangku SMA.
Dan bagaimana pandangan dari orang disekitarnya saat melihat gadis SMA yang merawat bayi tanpa adanya ayah dari sang bayi?
Selamat datang kembali di cerita sederhana ini Semoga kalian terhibur ya?
Mohon maaf jika ada typo dan kerancuan dalam pengetikan... Silahkan tinggalkan kritik dan saran.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Selamat Membaca
-
Siang itu seperti biasanya Friend tengah melakukan kegiatan magangnya. Tidak seperti Freen yang ditempatkan di bagian resepsionis, sementara dirinya ditempatkan di bagian room service. Kini gadis itu baru saja selesai membersihkan salah satu kamar suite room, kemudian gadis itu memilih untuk mengistirahatkan sejenak tubuhnya di ruang istirahat bersama karyawan room service lainnya.
Gadis yang tengah meneguk air dari tumbler miliknya, kini tampak menyemburkan airnya karena ia terkejut saat menerima pesan dari ponselnya.
"Kamu baik-baik saja Friend?" Tanya salah seorang karyawan yang juga sedang beristirahat bersamanya.
"Ahh .. tidak apa-apa kak, boleh aku permisi sebentar untuk menelepon ibuku?"
Setelah mendapatkan persetujuan dari seniornya disana, Friend bersembunyi di dekat area parkir untuk menelepon ibunya.
"Ada apa Bu? Debkolektor itu mengganggumu lagi?" Tanya Friend tepat setelah telepon itu tersambung.
Tidak banyak yang tahu, ibu Friend adalah seorang pedagang rujak di pasar dengan penghasilan pas-pasan. Dan itulah sebabnya Friend harus bekerja di kafe untuk membantu perekonomian keluarganya.
Sementara ayahnya hanyalah seorang pemabuk dan penjudi, yang hanya bisa mengamuk bahkan sampai melakukan kekerasan pada dirinya dan juga pada sang ibu jika pria itu tidak memperoleh yang sebanyak yang ia inginkan. Itulah sebabnya kini keluarga mereka terjerat hutang dari lintah darat.
Yang membuat gadis itu emosi saat ini adalah, pria itu entah berada dimana saat para debkolektor itu kembali mengacaukan jualan ibunya karena belum sanggup membayar hutang-hutangnya.
"Bu? Kenapa tidak bercerai saja? Lepaskan saja pria itu, dia bahkan tidak pernah mau bekerja. Dan sekarang disaat ibu harus berhadapan dengan debkolektor itu, dimana pria yang ibu bangga banggakan itu?"
Friend merasa jengah melihat kelakuan sang ayah yang seolah tidak pernah lelah untuk berjudi. Lagi-lagi jawaban wanita itu selalu sama dan membuat Friend jengah.
"Bu, aku sudah bisa mencari uang sendiri. Dan ibu sudah tidak perlu lagi menafkahi pria tidak berguna itu," Friend sedikit menaikkan suaranya.
"Ibu mencintainya... tolong bantulah dia. Bagaimanapun juga dia ayahmu Friend," balas sang ibu diseberang telepon.
"Aku tidak punya uang sebanyak itu Bu, bahkan 3 bulan ke depan aku hanya memperoleh setengah gaji ku karena aku harus magang."