Ian -26-

1K 188 22
                                    

Call Me Mpiw!
Haloww ada yang nungguin Ian?























Rianka, menatap ponselnya dengan tatapan bingung, khawatir, dan rumit, pasalnya sudah puluhan kali ia menghubungi sang kekasih tapi tak ada satupun yang mendapat balasan.

Apalagi terakhir Marvin mengabari jika kekasihnya itu pusing, sampai membatalkan janji temu mereka di backstage alhasil menambah kekhawatiran Rianka.

"Gak biasanya kamu kaya gini." Gumam Rianka, ia kemudian menghela nafasnya lelah.

Selesai acara tadi, ia memutuskan untuk langsung pulang guna beristirahat, tapi bukannya beristirahat Rianka malah dilanda kekhawatiran yang berlebih terhadap kekasihnya yang seolah menghilang sulit dikabari.

Ting

Buru buru Rianka mengecek ponselnya lagi, karena ia kira pesan tersebut dari Elisha, tapi ternyata dari Marvin.

|Mending Lo temuin langsung aja
|besok, karena menurut gue ada yang
|aneh dari Elisha sejak dari backstage
|tadi, dia juga sempet bahas bahas hal
|yang gak mencerminkan dia banget

Mendapat pesan seperti itu, bukan merasa tenang, Rianka semakin khawatir.

"Apa mungkin terjadi sesuatu di backstage?" Gumamnya.

🐰🐰🐰

Keesokannya. Meski suasana hatinya tengah buruk, Elisha tetap menjalankan tugasnya dengan profesional atas Restaurant yang sebentar lagi akan jatuh ke tangannya tersebut.

Ia berkutat bersama laptop, dengan pekerjaannya yang ada didalam sana. Ah ngomong-ngomong pagi ini ia tak berangkat bersama kekasihnya, tentu saja karena Elisha yang menghindari pemuda itu. Ia berangkat lebih pagi dari biasanya menggunakan kendaraanya sendiri, tanpa mengabari Rianka atau Marvin.

Hingga setelah beberapa saat berkutat dengan pekerjaannya, tiba tiba suara pintu ruangannya membuyarkan fokus kerjanya.

Sesuai yang Elisha duga, yang masuk tanpa mengetuk pintu ruangannya sudah pasti adalah sepupunya, Marvin.

"Lo ya! El---"

"Gue lagi kerja, gak usah ngerusuh deh!" Potong Elisha.

Marvin tampak mendengus, "Lo udah dua puluh enam taun tapi tingkah kaya bocah, kalo misal ada masalah tuh diselesain, bukan kabur kaburan gini, si Rianka---"

"Vin, Lo juga udah bukan bocah, udah dua pulu enam tahun, harusnya bisa bedain mana masalah yang boleh Lo campurin, mana masalah yang gak boleh." Sekali lagi, Elisha memotong perkataan Marvin, yang membuat Marvin bungkam dan mendengus, sialnya yang dikatakan oleh Elisha tepat sasaran, ia memang tak boleh ikut campur masalah pribadi seperti percintaan, sekalipun ia adalah sepupu Elisha dan sahabat Rianka.

"Okey, terserah deh." Marvin kalah adu argumen, setelahnya ia memilih keluar dari ruang kerja Elisha, dengan perasaan dongkolnya.

Dan Elisha, ia hanya mengedikkan bahunya, jujur ia pun sama dongkolnya sekarang, karena Marvin terus mencampuri urusannya, padahal pikirannya belum kunjung jernih sejak percakapannya bersama Adrian.

Dengan terpaksa Elisha kembali berkutat dengan pekerjaannya untuk mengalihkan pikirannya, karena jika tak begitu maka otaknya secara otomatis akan kembali memikirkan segala ucapan Adrian.

Tapi, baru beberapa menit ia berkutat dengan laptopnya tersebut, tiba tiba pintu ruangannya kembali dibuka, yang membuat Elisha mendengus dan mau tak mau menatap ke arah pintu sambil berujar, "Ada apa lagi Vin---I-ian?"

"IAN" [LK] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang