Eternal - 31

194 32 5
                                    

Ketika angin masih setia berhembus cukup kencang—membawa udara dingin menyebar keseluruh penjuru Teshuoland diluar sana, ketika kabut gelap masih setia menutupi setiap jengkal langit di atas sana, dan ketika puluhan—bahkan ribuan kepingan salju it...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika angin masih setia berhembus cukup kencang—membawa udara dingin menyebar keseluruh penjuru Teshuoland diluar sana, ketika kabut gelap masih setia menutupi setiap jengkal langit di atas sana, dan ketika puluhan—bahkan ribuan kepingan salju itu masih setia melayang-layang dari atas—kemudian jatuh dan bersatu dengan tumpukan salju lain nya.

Kedua kelopak mata itu kini terlihat bergerak pelan dengan tubuh yang kini terbaring begitu nyaman dan selimut tebal menutupi hingga bagian dada. Hingga saat iris berwarna stary milik pendamping bangsawan Park—kembali terlihat. Bergerak pelan berusaha menyesuaikan cahaya yang menerobos masuk kedua retina milik nya.

Seketika ia bisa mendengar suara langkah gaduh menghampiri nya—dengan sebelah tangan yang kini digenggam begitu erat serta usapan lembut di kepala hingga pipinya. Dan perlahan—Yoongi bisa melihat wajah pendamping nya yang kini berada tepat dihadapan nya. Begitu dekat hingga ciuman lembut pada kening ia dapatkan.

Perlahan mampu membuat nya tersenyum, kemudian berusaha untuk bangkit—mengubah posisi menjadi duduk bersandar pada headboard—dibantu oleh Jimin yang singgap. Hingga membuat yoongi tersadar bahwa kini ia berada dikamar mereka. Iris nya kini tampak sedikit kosong—dengan dahi berkerut mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi.

Dan saat kembali mendapat ciuman, membuat yoongi tersadar dan melirik kearah jimin yang kini tersenyum sambil mengenggam erat kedua tangan nya.

"Merasa lebih baik?" Ucap jimin begitu lembut—memberi usapan lembut pada punggung tangan sugar nya, yang kini tersenyum walau warna pucat itu masih menghiasi bibir tipis itu. Mendengar hal perkataan pendamping nya, membuat yoongi mengangguk pelan—namun sedikit merasa bingung apa yang telah terjadi pada dirinya hingga berakhir di tempat tidur seperti ini.

"Apa yang terjadi?—" tanya yoongi pelan, menatap lekat iris abu milik jimin yang entah kenapa tampak sedikit tersentak. Hingga saat usapan pada sisi wajah nya kembali ia dapat kan, semakin membuat yoongi mengerut tidak mengerti.

"Kau tidak ingat?. Anak-anak menemukan dirimu dalam keadaan tidak sadar dekat ruang singgasana. Tubuh mu begitu dingin—bahkan begitu pucat. Sungguh aku seperti akan mati ketika yoonji datang padaku dengan keadaan begitu kacau sambil menangis dan mendengar kabar seperti itu"

Genggaman pada tangan nya semakin mengerat—bahkan kedua iris abu itu tampak berkaca-kaca, menyiratkan kekhawatiran begitu besar. Sempat membuat yoongi terdiam dengan sorot mata kosong—setelah mendengar perkataan dari pendamping nya. Tidak sadarkan diri?, ruang singgasana?—

"T-tapi aku tidak pernah k-ke ruang singgasana—" ucap yoongi pelan dengan dada kini begemuruh. Menatap lekat pda Jimin yang kini terdiam. "A-aku hanya ingat saat berada di ruangan tahanan yang hancur itu. Dirimu ada disana jim—namjoon, hoseok, bahkan Taehyung ada disana. T-tapi aku tidak tahu kenapa bisa ada disana—"

The Wizarding World || Eternal LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang