Bab 28: Misinterpreted

137 21 0
                                    

Rasanya hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya hangat. Padahal penghangat ruangan tidak pernah dinyalakan selain saat musim dingin. Sherianne juga merasakan seperti ada sesuatu yang menghimpit tubuhnya.

Eh, tunggu! Itu sesuatu atau seseorang?

Sebuah tangan yang kokoh dengan urat-urat yang tercetak jelas menyapa penglihatan Sherianne ketika gadis itu membuka mata. Tangan tersebut melingkari pingganggnya. Gadis itu tersentak kaget sembari menyingkirkan tangan itu dengan cepat. Ia membuat gerakan-gerakan yang heboh sehingga membangunkan pemilik tangan tersebut yang tak lain adalah Allan.

King Demon itu membuka matanya perlahan. Menyesuaikan penglihatannya dengan seberkas sinar yang tiba-tiba menyerang retinanya. "Kau sudah bangun?" ucapnya dengan suara serak yang maskulin saat melihat Sherianne telah terjaga.

Sherianne beringsut turun dari kasur sambil mencoba menenangkan debar jantungnya yang kini berdetak tidak normal. Seperti ada genderang perang yang sedang ditabuh di dalam sana.

Sosok Allan dengan tubuh bertelanjang dada yang disirami cahaya matahari pagi tertangkap jelas oleh netra Sherianne. Wajah sayunya yang masih tampak setengah mengantuk memandang lurus ke arah gadis itu. Anehnya, hal tersebut membuat debaran dalam dada gadis itu semakin kencang.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?" Lagi-lagi suara serak itu menggelitik pendengaran Sherianne.

Oh, ayolah Sherianne. Kendalikan dirimu! Gadis itu menepuk-nepuk pipinya.

Sekarang bukan saatnya mengangumi ketampanan King Demon itu. "Harusnya aku yang bertanya. Apa yang terjadi? Kenapa kita tiba-tiba sudah berada di rumah?" tanyanya.

"Kasur lebih baik ketimbang matras tipis di tenda untukmu yang kemarin tiba-tiba kehilangan kesadaran," jelas Allan. Ia hendak menyibak selimut yang menutupi tubuh bagian bahahnya.

Tapi dengan konyol, Sherianne mencegahnya. "JANGAN!" ucapnya dengan sedikit berteriak.

Sherianne kemudian mengamati tubuhnya sendiri. Ternyata ia masih mengenakan pakaian lengkap. Ia memang ingat, bahwa kemarin tiba-tiba kepalanya didera rasa pusing yang luar biasa kemudian jatuh pingsan. Tapi setelah ia tidak sadarkan diri, apa yang terjadi? Kenapa saat ia membuka mata Allan tidur di sebelahnya tanpa mengenakan pakaian? Jangan-jangan...

"Kau tidak lupa, kan? Kemarin kau menarik-narik pakaianku hingga robek?" Allan meyibak selimut tersebut disusul dengan pekikan tertahan dari Sherianne. Refleks gadis itu menutup wajahnya dengan tangan. "Sayang sekali aku tidak bisa membaca pikiran seseorang. Tapi dugaanku sepertinya kau berharap tidak ada sehelai benang pun yang membungkus tubuhku saat ini, bukan begitu?" Allan tertawa mengejek.

Di balik telapak tangan yang menutupi wajahnya Sherianne merasa pipinya memerah seperti tomat sekarang. Bukan karena ledekan Allan, melainkan karena suara tawa King Demon itu barusan yang membuat tubuhnya ingin luruh ke tanah.

SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang