Bab 31: Blair

108 13 0
                                    

Tempat yang semula penuh kedamaian itu saat ini berubah menjadi penuh huru-hara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tempat yang semula penuh kedamaian itu saat ini berubah menjadi penuh huru-hara. Tempat asing yang kerap Sherianne datangi dalam mimpinya. Pilar-pilar yang menyangga bangunan-bangunan yang menjulang tinggi di sana runtuh. Abu berterbangan dimana-mana sehingga membatasi jarak pandang.

Suara teriakan dan derap langkah yang bergemuruh memenuhi gendang telinga Sherianne. Gadis itu kebingungan dengan apa yang terjadi. Ia tidak tahu harus bertanya pada siapa. Semua orang sibuk menyelamatkan diri masing-masing mencari tempat perlindungan yang cukup aman.

Saat mendongakkan kepalanya ke atas langit, netra Sherianne dipenuhi oleh makhluk-makhluk bersayap putih dan bersayap hitam. Jumlah mereka amat banyak dan mereka terlihat saling menyerang. Saking banyaknya langit seolah dipenuhi oleh siluet putih dan hitam.

Tiba-tiba seberkas cahaya merah menghantam batu di dekat tempat Sherianne berpijak. Gadis itu memekik ketakutan saat sebongkah batu tersebut pecah berkeping-keping dan melayang mengenai tubuh mungilnya.

Ini gawat! Sherianne akan hangus seperti jagung bakar jika terus berdiam diri di sana. Maka gadis itu ikut berbaur bersama yang lain guna mencari tempat berlindung.

Sementara di atas sana, pertarungan tersebut semakin menggila. Sesekali suara kilatan petir terdengar disusul dengan dentuman yang keras.

Mungkin sebentar lagi langit akan terbelah menjadi dua.

Sherianne menyusuri pandangannya ke sekitar. Gadis itu kebingungan mencari tempat berlindung sebab hampir seluruh bangunan sudah rata oleh tanah. Ia memaksa otaknya untuk perpikir. Pasti masih tersisa satu tempat yang aman.

Tidak harus benar-benar aman yang penting bisa melindunginya dari ledakan-ledakan yang bisa datang kapan saja. Kemudian, pencerahan itu datang begitu saja dengan sendirinya.

Sherianne teringat pada sebuah gundukan batu yang menjulang tinggi yang di salah satu sisinya terdapat tangga menuju puncak gundukan tersebut. Dan sepertinya kali ini semesta berpihak padanya. Gundukan batu yang di atasnya terdapat sebuah altar itu tampak masih berdiri kokoh tak jauh darinya. Cepat-cepat Sherianne berlari menuju ke sana.

Makhluk-makhluk yang dari tubuhnya memancarkan cahaya putih kebiruan tampak berdesak-desakan menaiki gundukan batu tersebut menuju ke atasnya.

Jasad makhluk-makhluk bersayap putih dan hitam bergelimpangan dimana-mana. Sesekali keberadaan mereka menyulitkan pergerakan langkah Sherianne karena jumlahnya yang begitu banyak. Gadis itu memandang ngeri keadaan makhluk-makhluk tersebut.

Di antara mereka ada yang terlihat terbujur kaku dengan keadaan perut yang terbelah dan juga kepala yang pecah.

Tapi memangnya apa yang bisa ia lakukan? Manusia biasa sepertinya tidak dapat melakukan apa-apa dalam situasi seperti ini meski gadis ini menyadari ia sedang berada di alam mimpi.

SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang