Bab 41: Mistake

62 9 0
                                    

Happy reading!

***


Sepanjang hidupnya, belum pernah Sherianne melihat langsung pemandangan danau dengan air sebening kaca seperti yang ada di hadapannya saat ini. Saking jernihnya, ia seolah dapat melihat dengan jelas ke dasar danau. Perbukitan yang ditumbuhi pepohonan dengan daun berwarna kuning dan hijau yang mengelilingi tempat itu turut menambah keindahannya.

"Kau menyukainya?" tanya Allan sambil menatap Sherianne. Binar di mata gadis Bidadari itu turut membuatnya ikut tersenyum.

"Sangat suka!" Sherianne mengangguk penuh antusias. Sayap putihnya mengepak-ngepak sebagai bentuk luapan rasa senangnya.

Kedua makhluk berbeda kaum itu akhirnya benar-benar pergi ke Bumi dan di sini lah mereka berada sekarang. Seperti yang dijanjikan oleh Allan sebelumnya, Demon itu dengan susah payah mengendap-endap masuk ke wilayah Eladaria untuk menjemput Sherianne melalui pintu masuk rahasia, guna menghindari Malaikat penjaga perbatasan untuk pergi bersamanya.

Sherianne sendiri tidak pernah menduga bahwa pintu masuk rahasia yang Allan maksud adalah sungai yang mengalir di tengah-tengah tempat tinggal para The White Soul. Ini memang terdengar gila, tapi nyatanya mereka berhasil kabur ke wilayah kaum Demon dan memulai perjalanan ke Bumi dari sana.

"Ku kira aku akan mati karena kehabisan napas sebelum sempat melihat pemandangan indah ini!" Sherianne mencebik kesal membayangkan apa yang harus ia lalui tadi. Dirinya tidak bisa berenang dan napasnya tidak bertahan lama di dalam air.

Sherianne nyaris kehilangan kesadaran sebelum muncul ke permukaan sungai yang ada di wilayah kaum Demon. Tetapi tentunya, Allan tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Ia membantu Sherianne agar dapat bertahan lebih lama dengan memberikan sedikit kekuatannya. Pipi Sherianne sontak bersemu saat mengingat bagaimana cara Allan melakukannya. Yaitu dengan menautkan bibir mereka.

Demon itu secara tidak langsung telah mencuri ciuman pertamanya dan itu dilakukan di dalam air. Sangat tidak romantis sebenarnya, sih!

"Kau tidak keberatan jika kita melakukannya lagi?"

Serangan pertanyaan Allan yang tiba-tiba itu membuat jantung Sherianne ingin copot. "Eh, a-apa?" tanyanya gelagapan.

"Kembali ke tempat ini di lain hari. Kau tidak keberatan, kan?" Allan memperjelas maksud ucapannya.

"O-oh hahaha..." Sherianne tertawa kikuk. Merasa konyol dengan pemikirannya sendiri yang memikirkan maksud lain dari ucapan Allan barusan. "Tentu saja kita harus kembali ke sini di lain hari," jawabnya.

Saat ini mereka sedang duduk di dahan sebuah pohon tua yang sangat besar. Dedaunannya yang rimbun menciptakan semilir angin yang menerbangkan beberapa helai rambut Sherianne. Diam-diam Allan terus memperhatikan gadis Bidadari itu. Rasanya ia tidak bisa berpaling walau sedetikpun.

Sangat cantik, batinnya.

Di tepi danau tersebut tampak sepasang anak laki-laki dan perempuan sedang bermain. Mereka tengah asyik saling menyipratkan air ke tubuh satu sama lain. Tawa lepas tak luput dari wajah mereka. Sesekali sang anak laki-laki akan melakukan hal-hal iseng seperti menggelitiki tubuh anak perempuan itu dan pada akhirnya tubuh mereka tumbang ke dalam air danau.

Sherianne tertawa kecil melihat hal tersebut. "Mereka lucu, ya?"

"Ya! Cantik dan lucu," sahut Allan dengan pandangan yang belum teralihkan. Demon itu bahkan tidak sadar bahwa Sherianne sedang membahas hal lain.

SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang