Bab 1: The Grizzle of Museum

598 146 90
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ratusan juta tahun kemudian...

The Grizelle of Museum dipadati oleh mahasiswa jurusan Sejarah dari salah satu universitas yang ada di benua Eropa. Sebuah museum yang mengabadikan barang-barang peninggalan masa peperangan di era terdahulu itu, nyatanya tidak berhasil menarik minat Sherianne. Gadis berambut bergelombang berwarna ash brown tersebut mungkin sudah ratusan kali menguap sejak tadi saking bosannya.

Sherianne mengira ini akan menjadi tour yang menarik. Sudah sejak lama The Grizelle of Museum menjadi perbincangan publik. Selain karena museum tersebut diolah secara pribadi oleh keluarga Tuan Jhon yang dikenal sangat tertutup, aura di dalamnya berbeda. Mencekam dan misterius. Sehingga membangkitkan rasa penasaran yang besar bagi setiap orang.

Tetapi setelah mengunjunginya, ternyata museum tersebut sama saja seperti museum lain pada umunya. Publik saja yang terlalu melebih-lebihkan. Begitulah sekiranya penilaian Sherianne terhadap museum tersebut.

The Grizzle of Museum berdiri di atas tanah yang mungkin luasnya setara dengan halaman istana Buckingham di Inggris. Bagian interiornya dipenuhi ukiran-ukiran prajurit yang sedang berperang mengenakan pakaian zirah pasukan Romawi. Di beberapa bagian lainnya terdapat ukiran abstrak serta simbol-simbol asing.

"Astaga Sherianne! Ini mungkin sudah yang ke 99 kalinya kau menguap." Cleo berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis dengan warna rambut campagne blonde itu kemudian mengarahkan pandangannya pada seorang lelaki tampan berwajah datar yang berdiri tidak jauh dari mereka. "Jangan sampai wajah menguapmu yang jelek itu dilihat oleh Allan," bisiknya sambil tersenyum jahil.

"Aku tidak peduli." Sherianne memutar bola matanya malas menanggapi ucapan sahabatnya itu.

Kalau saja kegiatan ini tidak bersangkutan dengan nilainya, Sherianne akan memilih melarikan diri sejak tadi.

"Tetapi Allan sangat tampan, bukan?" bisik Cleo sembari menyikut lengan Sherianne. "Kalau saja ia sedikit lebih ramah, pasti banyak gadis-gadis yang tanpa sungkan mendekatinya." Cleo menatap sosok lelaki yang sedang ia bicarakan dengan pandangan memuja.

Hembusan napas kesal terdengar dari Sherianne. Ia meletakkan jari telunjuknya di bibir, menyuruh Cleo diam.

Sebenarnya bukan hanya oleh Cleo, tetapi lelaki yang bernama Allan itu menjadi sosok yang dielu-elukan oleh para gadis di seantero kampus karena ketampanannya.

Selama ini Sherianne tidak tertarik dengan hal-hal yang berkaitan dengan lelaki itu. Tidak, itu buka berarti dirinya memiliki kelainan. Ia masih seorang gadis normal. Hanya saja hidupnya sudah cukup rumit. Ia tidak mau menambah kerumitan dalam hidupnya.

Saat nanti Sherianne memutuskan untuk menjalin hubungan, ia ingin hatinya jatuh pada lelaki yang biasa saja. Bukan lelaki yang memiliki banyak penggemar.

Di kampus, Allan dikenal sebagai sosok yang pendiam dan tidak ramah. Ia cenderung bersikap dingin dan bahkan seperti menarik diri dari ruang lingkup sosial entah karena alasan apa. Wajah tampannya lah yang membuatnya digemari.

Cleo membekap mulutnya lalu tertawa kecil.

Entah muncul keinginan dari mana, Sherianne menatap Allan yang saat ini sedang mendengarkan penjelasan anak sulung tuan Jhon mengenai sebuah artefak dengan wajah datarnya.

Sebenarnya Sherianne hanya ingin menilai, memangnya setampan apa lelaki itu? Sebab selama ini ketika Cleo dan para gadis lainnya seolah tak dapat melepaskan tatapan mereka dari Allan ketika lelaki itu melintas di hadapan mereka, Sherianne memilih mengacuhkannya.

Tanpa di duga, Allan balik menatap Sherianne. Gadis itu terkesiap lalu cepat-cepat berpaling. Memalukan sekali rasanya jika tertangkap basah sedang memandangi lelaki itu diam-diam.

Tapi sepertinya Cleo benar. Lelaki yang bernama Allan itu memang tampan. Seolah ada sihir yang membuat siapapun ingin memandangi wajahnya berlama-lama. Dan saat ini, sepertinya Sherianne sedang terkena sihir tersebut. Maka sekali lagi ia menoleh pada Allan.

Dan lagi-lagi Allan balas menatap Sherianne.

"Kalian menggemaskan!" pekik Cleo sembari mengepalkan kedua tangannya. "Sepertinya rasa bosanmu sudah lenyap, bukan begitu?" Cleo menggoda Sherianne.

"Hentikan Cleo. Suara berisikmu akan mengganggu yang lain," balas Sherianne dengan wajah memerah.

Sudah cukup.

Ia tidak akan lagi membiarkan dirinya bersikap konyol seperti gadis ingusan yang sedang kasmaran karena terus-terusan tertangkap basah diam-diam memandangi lelaki yang menjadi idola para gadis di kampus itu.

Sherianne kembali mendengarkan dengan serius anak sulung tuan Jhon yang masih sibuk menjelaskan ini itu.

Tanpa Sherianne ketahui, Allan sedang memandanginya sembari tersenyum tipis.

*** 

Wellcome pembaru baru!

Wellcome juga pembaca lama!

Untuk pembaca lama, aku mau infoin kalau sebelum aku lanjut cerita ini sampai end, sebelumnya aku mau melakukan revisi.

Kenapa? Karena setelah aku baca ulang banyak adegan cringe dan juga penggambaran cerita dengan diksi yang sangat tidak nyaman bagi pembaca.

Semoga setelah direvisi cerita ini jadi lebih baik dari segi diksi ataupun alur dan konflik, dan kalian pun betah ngikutin cerita ini sampai end!

Oh iya, ada kata-kata dari aku nih buat kalian:

Oh iya, ada kata-kata dari aku nih buat kalian:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang