Vissarion. Sebuah negeri yang berada di luar simetris Bumi itu sebenarnya jauh dari kata damai. Seringkali terjadi pertikaian antar kaum yang menghuninya. Kali ini, pertikaian yang berujung dengan pertarungan sengit itu terjadi di belantara wilayah kaum Vampire. Tepatnya pada perbatasan menuju pintu masuk wilayah kaum tersebut.
"Serang mereka semua yang menghalangi jalan kita!" Lucian sebagai panglima berteriak lantang memimpin pasukan Demon.
Para pasukan Demon bersiap dengan pedang dan kekuatan sihir mereka masing-masing usai mendapat titah dari sang panglima.
Di hadapan mereka prajurit kaum Vampire tak terlihat gentar. Dari segi jumlah, pasukan Demon itu tidak ada apa-apanya. Meski mereka tahu bahwa raja kaum Demon selama ini dikenal sebagai pembasmi vampire-vampire yang suka berbuat onar, tapi kali ini lawan mereka adalah pasukannya, bukan rajanya.
"Aku sudah berbicara baik-baik sebelumnya!" ucap Lucian dengan rahang mengeras. Matanya nyalang menatap sekumpulan makhluk bertaring itu. "Jika kalian tidak bisa diajak berbicara baik-baik, maka nyawa kalian akan lenyap dengan tidak baik-baik juga!" Setelahnya, pertempuran antara dua kaum itu tidak dapat dielakkan.
Percikan api, cahaya hitam, dan ledakan terjadi dimana-mana. Kedua kaum itu saling serang tanpa kenal ampun.
Bukan tanpa sebab yang jelas Lucian mendatangi wilayah kaum yang sangat dibenci oleh rajanya itu. Ia hanya ingin menyampaikan pesan yang harus diterima langsung oleh Xander. Namun vampire-vampire yang menjaga wilayah perbatasan enggan memberinya jalan. Mereka tidak bisa mempercayai Demon itu begitu saja. Lagipula sudah menjadi rahasia umum di Vissarion, bahwa Vampire dan Demon adalah dua kaum yang saling bermusuhan.
Beberapa saat kemudian setelah pertarungan sengit itu berlangsung, jasad-jasad Vampire dan Demon yang tak lagi bernyawa sudah bergelimpangan dimana-mana. Deretan pepohonan pinus yang menjadi tanda bahwa dibaliknya adalah wilayah kaum Vampire bertumbangan. Keadaan kacau bersamaan dengan bau anyir yang menyengat. Beberapa pasukan yang ikut serta bersama Lucian ikut tewas bersama pasukan Vampire penjaga yang lain.
Pertarungan sengit itu terhenti saat hadirnya Alferdo ditengah kekacauan tersebut. "Beginikah tata krama mu sebagai tamu, Lucian?" Suara rendahnya yang sarat akan ketidaksukaan menerjang gendang telinga Lucian.
"BERHENTI!" Alferdo berteriak lantang. Para Vampire dan Demon yang semula bertarung habis-habisan beringsut mundur, menghentikan pergulatan tersebut dan memberikan jalan untuk Alferdo. Ia berdiri tak jauh dari hadapan Lucian. "Jadi apa yang ingin kau sampaikan?" tanyanya dengan raut datar.
"Aku tidak membawa pesan untukmu!" tandas Lucian dengan wajah dingin.
Lucian berdecih. "Lalu?"
"Suruh rajamu datang langsung menemuiku. Ini pesan untuknya!" titah Lucian seraya menyoroti lawan bicaranya dengan mata tajam.
Tawa remeh yang membuat Lucian muak keluar dari mulut Alferdo. "Biar aku tebak," ucapnya disela tawanya. "Kau membawa pesan dari rajamu, kan?"
Sejurus kemudian tawa itu berubah menjadi seringaian. "Kenapa tidak dia saja yang datang sendiri ke sini untuk menyampaikannya? Apa nyalinya sekerdil itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sherianne
FantasíaSherianne Deanna Galadriel, gadis impulsif, keras kepala, dan mempunyai rasa keingin tahuan yang besar tanpa sengaja menemukan sebuah kastil misterius saat sedang mengunjungi The Grizzle of Museum. Siapa sangka hal tersebut justru membuatnya terliba...