Prolog

974 154 80
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara dentuman masih terdengar walau samar. Bersahut-sahutan dengan suara isak tangis dan rintihan. Di tempat itu, sejauh mata memandang yang terlihat adalah kobaran api, kastil dan bangunan lainnya yang telah runtuh, serta jasad-jasad tak bernyawa yang bergelimpangan di mana-mana dengan keadaan mengenaskan. Dan jangan lupakan sayap-sayap yang telah terlepas dari tubuh tuannya.

Sisanya adalah mereka yang mencoba bertahan dengan tubuh bersimbah darah.

Tiada yang tersisa selain kehancuran setelah peperangan antara iblis dan malaikat terjadi. Di antara mereka yang masih bernyawa, terlihat seorang lelaki yang dengan susah payah merangkak menuju ke tubuh seorang gadis dengan napas tersenggal.

Digenggamnya erat tangan gadis itu dengan air mata berderai.

"K-kumohon b-bangun," ucapnya patah-patah.

Dengan sisa tenaganya, lelaki itu berteriak sembari memeluk tubuh perempuan yang jantungnya tidak lagi berdetak itu. Ia marah. Pada Dewa, Moon Goddess, atau siapapun itu mereka menyebutnya, yang pasti kemarahannya ditujukan untuk mereka yang merancang takdir.

Seharusnya saat ini dirinya sedang berbahagia bersama gadis itu menjalani takdir baik mereka. Namun dalam sekejap mata semua berubah. Rahangnya mengeras saat melihat jasad seorang lelaki yang tak jauh darinya. Pasalnya, sosok itu adalah salah satu penyebab dari semua kekacauan ini.

Sesak di dadanya semakin menyakitkan. Lelaki itu terbatuk, lalu darah yang pekat menyembur dari mulutnya. Ia menyadari sepertinya waktunya juga tidak akan lama. Sebelum matanya terpejam, ia menatap sendu raga gadis dalam pelukannya.

Gadis yang sangat ia cintai.

Dengan napas yang tersendat-sendat ia berujar lirih, memohon pada Dewa bahwa tidak peduli entah dunia yang gelap atau terang yang akan diberikan padanya setelah ini. Satu yang pasti, ia ingin gadis dalam pelukannya itu tetap menjadi bagian hidupnya. Lalu, matanya terpejam seiring napasnya yang berhenti masih dengan posisi memeluk gadis itu.

Lelaki itu tidak menyadari bahwa sejak tadi ada sosok berjubah hitam yang mengawasinya dari jauh. Dari bibirnya yang tersungging senyum sinis sosok itu berujar, "Jadi itu kemauanmu?

Ia berdehem. "Hm... baiklah." Sesaat kemudian ia mengepakkan sayap hitamnya meninggalkan tempat tersebut.

Setiap keinginan, ada harga yang harus dibayar.

***

SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang