BAB 45: Attack of Ball Fire

25 3 0
                                    

Jika kastil kaum Demon berdiri di atas aliran magma, maka kastil kaum Vampire berdiri di atas sebuah danau berair keruh. Mungkin sebenarnya air danau tersebut tidak benar-benar keruh. Hanya saja kegelapan disekitar memantulkan aura gelap pada permukaan air yang tampak tenang tersebut.

Kesan pertama Sherianne saat memasuki perbatasan wilayah kaum Vampire adalah tempat tersebut mempunyai udara yang sejuk. Bagaimana tidak? Tempat tersebut ditumubuhi oleh pepohonan pinus yang rimbun dengan jejeran prajurit Vampire yang menjaganya. Walau begitu, ketenangan tak dapat hinggap di hatinya.

Jantung Sherianne sempat berdebaran tak karuan saat memauski wilayah tersebut. Masih terekam jelas di ingatannya saat pertama kali ia dan Allan diserang oleh sekelompok Vampire ketika Allan hendak membawanya entah ke mana. Namun kali ini Vampire penjaga wilayah perbatasan menyambut mereka dengan damai meski tanpa gurat keramahan di wajah mereka.

Usai melewati perbatasan, manik Sherianne disuguhkan oleh pemandangan tebing batu yang di atasnya terdapat bangunan dengan sebuah menara di tiap-tiap sisinya. Bangunan tersebut jumlahnya sangat banyak hingga mengarah ke sebuah danau yang di atasnya berdiri kastil yang sangat megah namun dikelilingi oleh kabut.

"Bangunan apa itu tadi?" tanya Sherianne yang berada di dalam dekapan Allan.

"Entahlah, tempat tinggal kaum Vampire yang kastanya lebih rendah mungkin?" jawab Allan sembari terus mengepakkan sayapnya menuju kastil tempat Xander berada.

Tanpa diduga, serangan mendadak datang saat Allan dan Sherianne nyaris mencapai pintu masuk kastil.

"AAA! Apa ini?" Sherianne berteriak panik.

Ia mengeratkan pegangannya yang dikalungkan di leher Allan. Khawatir jika pergerakan Allan yang gesit saat menghindari serangan tersebut akan membuat Sherianne terlepas dari dekapannya.

Saat ini bola-bola api yang jumlah sangat banyak menerjang mereka. Entah dari mana muasal bola-bola api tersebut. Satu hal yang terpenting saat ini yaitu Allan harus segera membentuk tameng untuk melindungi dirinya dan juga Sherianne.

"Tenanglah Sherianne! Aku di sini! Tidak akan ku biarkan kau terluka!"

Untuk sesaat tameng yang dibentuk Allan dapat melindungi mereka. Namun saat jumlah bola-bola api itu semakin banyak, perlahan tameng tersebut retak dan pecah.

"Keparat! Raja Vampire itu ingin mempermainkanku ternyata!" umpat Allan.

Pikirannya hanya tertuju ke satu sosok perihal dalang di balik serangan ini. Siapa lagi kalau bukan Xander? Raja Vampire itu ingin ingkar janji ternyata. Dasar bodoh! Padahal tubuhnya akan hangus terbakar jika melanggar blood promise. Tetapi siapa peduli?

Kemarin Allan dan Xander telah melakukan perjanjian bahwa Xander tidak boleh menyakiti Sherianne dengan alasan apapun.

Allan terus berusaha membuat utuh kembali tamengnya sembari menghindari serangan. Namun bola-bola api itu ibarat peluru yang ditembakkan dari senapan oleh seorang penembak profesional. Ke manapun King Demon itu bergerak, bola-bola api tersebut akan mengikutinya dan melesat tepat sasaran.

Sebuah ide muncul dalam pikiran Allan. Tanpa peduli bagaimana jadinya pintu masuk kastil kaum Vampire nantinya, ia terus terbang meunju ke sana. Akhirnya bola-bola api tersebut mengenai pintu masuk kastil dan menciptakan kerusakan yang parah disertai sebuah ledakan yang kencang.

Ledakan tersebut memancing Xander dan sang Goddess of Darkness beranjak dari singgasana mereka.

"Kurang ajar!" Melihat pintu masuk kastilnya yang sudah rubuh, Xander mengerang marah. "Siapa yang berani merusak kastil ku?" teriaknya berang.

SherianneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang