Flashback
***
Hari ini harusnya adalah hari yang menyenangkan untuk Kaivan. Sebagai siswa SMA tingkat akhir, ia sudah dinyatakan lulus setelah pengumuman kelulusan siang tadi. Sorenya, ia sudah bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat, di mana ia sudah berjanji akan datang ke acara syukuran kelulusan. Acara itu diadakan kecil-kecilan bersama teman-teman satu ekskulnya.
Sayangnya, di rumah tidak ada siapa pun. Semua sedang sibuk dengan pekerjaan dan Kaivan terjebak di sini untuk menemani Kairav. Adiknya itu tidak bisa ditinggalkan sendirian di rumah, takut terjadi apa-apa tanpa siapa pun yang tahu. Dengan wajah kesal, Kaivan berbicara pada ayahnya lewat sambungan telepon.
"Habis magrib aku pulang, kok. Udah ditungguin sama temen-temenku, Yah."
"Temenin Arav aja di rumah. Ayah Bunda lagi ada pertemuan ini loh. Baru sampai tempat acara masa udah harus pulang? Lagian kamu kan tadi udah janji ke Ayah mau di rumah aja sama Arav."
"Ya kan kupikir Kakak bakal pulang sore, taunya malah kerja mulu. Kakak suruh cepetan pulang aja, Yah, aku mau pergi ini." Kaivan menarik kursi di ruang makan, lantas duduk di sana dengan raut wajah yang masih menyimpan kesal.
"Kakak lagi ada pasien darurat kali, jangan diganggu. Udah kamu di rumah dulu sama Arav, ketemu temen bisa lain kali. Ayah tutup."
"Kok---" Kaivan tak menyelesaikan ucapannya saat sambungan telepon lebih dulu berakhir. Ia berdecak kesal dan meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar. "Gue mulu yang disuruh ngalah."
Kaivan diam beberapa lama, memikirkan kiranya solusi apa yang bisa ia ambil. Setelah menimang, akhirnya lelaki itu bangkit dan berjalan cepat menuju kamar adiknya. Membuka pintu, di meja belajar ia bisa melihat Kairav sedang menggambar. Kaivan pun segera mendekat dan mengemasi peralatan menggambar Kairav hingga membuat adiknya itu bingung.
"Ngapain sih, Van? Belum selesai ini." Kairav langsung protes. "Katanya mau diambil besok, ini gue selesein dulu gambarnya, tinggal finishing."
"Orangnya udah nge-cancel," jawab Kaivan, berbohong. Sebelumnya, ia memang berkata pada Kairav bahwa ada seorang teman yang ingin memesan gambar. Ia sering mempromosikan gambar buatan Kairav pada teman-temannya, dan banyak yang tertarik. Kebanyakan ingin memesan sketsa bentuk wajah dirinya sendiri, orang tersayang, ataupun pasangan. Kaivan melakukan hal itu agar Kairav ada pekerjaan di rumah dan tidak terlalu suntuk.
"Ikut gue, yuk!" Kaivan berjalan menuju lemari, mengambil jaket tebal dan menyerahkannya pada Kairav.
Kairav semakin menatap bingung pada Kaivan. "Mau ke mana?"
"Gue ada acara syukuran kelulusan sama temen-temen. Daripada lo sendirian di rumah, mending ikut gue. Ntar gue kenalin ke mereka. Nggak usah malu, tenang aja mereka baik kok."
Kairav masih berkedip-kedip bingung sebab ajakan Kaivan sangatlah tiba-tiba. Baru kali ini juga Kaivan ingin mengajaknya ke luar menemui teman-temannya. Tentu saja Kairav senang, ia juga ingin berinteraksi dengan orang lain di luar zona nyamannya.
"Emangnya lo udah izin ke Ayah Bunda?"
Kaivan mengangguk. "Ayo cepetan, udah ditungguin."
"Sama Kakak juga dibolehin?"
Kaivan berdecak. Melihat Kairav yang tak lekas bergerak, ia merebut kembali jaket di pangkuan Kairav. Dengan gerakan cepat, ia memasangkannya ke tubuh sang adik. "Lo nggak usah banyak nanya. Daripada lo nungguin Kakak kerja di RS, mending ikut gue main. Ya kan?" Kaivan menutup resleting jaket Kairav, lantas bergerak menuju nakas untuk mengemas obat-obatan adiknya yang perlu dibawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Good Bad Brother✔️
Teen Fiction[Brothership/Sicklit/Slice of Life] Monoton. Kiranya begitu hidup Kairav selama ini. Ia tidak memiliki lingkup pertemanan yang luas, tidak pernah tahu bagaimana kehidupan di luar sana berjalan, tidak paham pula rasanya menjadi manusia yang punya ban...