WHAT IF; Kairav masih ada sampai Zafran menikah
***
Siang itu, Kairav terbangun di sebuah ruangan yang amat ia benci. Aroma obat-obatan yang khas membuatnya sadar jika tubuhnya kini terbaring di ranjang rumah sakit. Ia tidak ingat sudah berapa lama dirinya tidak sadarkan diri. Kairav takut jika ia harus melewatkan hari bersejarah dalam hidup kakaknya. Namun untungnya, ia hanya tumbang karena kelelahan setelah beberapa hari terakhir ikut andil dalam persiapan pernikahan Zafran.
Kairav jelas tak ingin berlama-lama berada di rumah sakit. Esoknya, lelaki itu sudah bisa tersenyum dan bertingkah aktif agar keluarganya percaya bahwa ia baik-baik saja. Di sore hari yang mendung, Kairav duduk bertemankan secarik kertas dan bolpoin. Ia sibuk menuliskan ucapan selamat pernikahan untuk kakaknya yang akan ia sisipkan dalam sebuah kado.
Sementara di atas lantai, saudara kembarnya terlihat fokus membungkus kado yang telah mereka beli dua hari lalu. Kaivan sebenarnya tidak terampil membungkus kado hingga berkali-kali mengeluarkan decakan kesal. Belum lagi jika Kairav berprotes dan memintanya untuk tidak membungkus kado dengan berantakan.
"Dah ah gini aja, yak? Ntar atasnya dikasih bentuk kipas-kipas, biar kek kado anak SD," ucap Kaivan sembari memperlihatkan kado berukuran besar yang ia bungkus tak begitu rapi.
Kairav tertawa sambil geleng-geleng kepala. Ingin protes, tapi Kaivan sudah berusaha sekeras mungkin. "Ya udahlah, Kakak juga bakal maklum kalo tau itu kado dari elo."
"Heh, ini udah keren! Lo nggak paham kah sama seni abstrak?"
"Yayaya, yang bikin juga abstrak. Cocok udah." Kairav asik menggoda Kaivan sampai tak menyadari jika di tempatnya, Kaivan sudah menunjukkan gestur ingin menggeplak adiknya itu.
"Yang punya gue siniin, Van, mau gue bungkus."
"Nggak mau gue aja? Biar samaan kayak punya gue."
"Nggak. Gue mau yang rapi." Kairav mengulurkan tangan dan menerima kotak berukuran cukup besar serta kertas kado yang Kaivan beri. Ia meletakkan kotak di overbad table dan menempelkan secarik kertas ucapan selamat pada kotak itu.
"Susah kan? Di bawah aja sini, gue yang bungkusin." Kaivan tak tega melihat Kairav kerepotan. Di tangan adiknya itu masih terpasang jarum infus dan oximeter. Napasnya juga terlihat berat hingga masih harus mengenakan nasal kanul.
"Bisa, kok. Lo santai aja," ucap Kairav dengan nada tenang. Ia mulai membungkus kado miliknya, tentu dibantu oleh Kaivan. Hanya memakan waktu tak sampai sepuluh menit, akhirnya pekerjaan mereka selesai.
Kairav tersenyum sembari mengamati kado yang akan ia beri pada Zafran dan calon kakak iparnya. Butuh perjuangan untuk bisa mendapatkan barang itu, sebab ia harus memutari beberapa toko untuk menemukan yang cocok. Meski kondisi tubuhnya harus drop karena hari itu ia berakhir kelelahan, tapi Kairav tetap senang bisa memberikan hal yang semoga akan berkesan.
Ketika Kairav dan Kaivan sedang mengobrol ringan, Nayra memasuki ruangan dengan membawa kantung berisi makanan. Persiapan pernikahan yang masih sangat hectic membuat wanita itu kesulitan membagi waktu untuk mengecek kondisi Kairav. Tadi pun ia harus buru-buru karena takut jika Kaivan ada urusan lain yang harus segera dilakukan.
"Aduh, Bunda minta maaf ya baru dateng. Ivan lagi nggak ada acara, kan? Bunda beneran lagi nge-blank banget, serius. Ivan kalo mau keluar sekarang nggak papa, biar Bunda yang gantian nemenin Arav."
"Aku nggak ada kegiatan apa-apa kok, Bun. Padahal nggak papa kalo Bunda selesein dulu urusan di rumah, aku bisa jagain Arav di sini." Kaivan meraih kantung yang telah bundanya letakkan di atas nakas. Ia tersenyum lebar ketika mendapati sekotak martabak di dalamnya. "Sampe bawa sogokan segala, Bun, Bun. Aku nggak akan ngomel padahal. Lagi goodmood ini, kakakku mau nikah."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Good Bad Brother✔️
Teen Fiction[Brothership/Sicklit/Slice of Life] Monoton. Kiranya begitu hidup Kairav selama ini. Ia tidak memiliki lingkup pertemanan yang luas, tidak pernah tahu bagaimana kehidupan di luar sana berjalan, tidak paham pula rasanya menjadi manusia yang punya ban...