𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________"Jadi?"
"Ya, kami dari perwakilan keluarga Amato Bersaudara, melamar Nona [Name] untuk menjadi calon menantu dari keluarga Amato Bersaudara."
Meja bundar, lampu besar yang tergantung di langit-langit ruangan, serta beberapa lukisan yang tertata rapi di dinding menjadi saksi akan lamaran mendadak dari keluarga paling berpengaruh di seluruh Malaysia.
Hawa membunuh terpancar kuat di ruangan tersebut. Dua pria dengan jas hitam berkeringat dingin, pasalnya orang yang mereka beri tahu tentang lamaran mendadak ini adalah orang paling berbahaya seantero Malaysia dan Indonesia. Si pemilik tambang emas di seluruh Asia, yang juga telah mendirikan beberapa bandara serta pelabuhan besar di setiap inci daerah Indonesia.
Orang itu adalah Armana Benjamin.
Seorang pria gagah dengan rambut hitam yang di sisir ke belakang tengah berdiri di hadapan dua pria berjas hitam sambil memberikan tatapan tajam dengan arti 'Bernafas di dekat anakku saja tidak aku izinkan, ini mau melamar pula?!'
"Lari." Satu kata yang keluar dari mulut Arman mampu membuat kedua kaki para pria di hadapannya gemetar.
"Bapak yang terhormat tapi—"
"—Lari, lari sampai Malaysia." Nada penuh tekanan di lontarkan Arman. Hanya dalam lima detik, kedua pria di hadapannya itu sudah lari terkocar-kacir keluar dari rumah megahnya.
Tidak jauh dari ruangan tersebut, terlihat seorang wanita paruh baya tengah menguping dan mengintip dari jendela kecil yang mengarah ke ruangan tempat kedua pria tadi melarikan diri. Wanita paruh baya itu menghela nafas lega, untung sang tuan besarnya tidak menghancurkan ruangan tersebut kalau iya, sudah di pastikan dirinya akan lembur semalaman hanya untuk membersihkan ruangan bekas kekacauan.
Wanita itu segera pergi dari tempat ia menguping tadi sebelum tuan besarnya tahu. dirinya segera menaiki tangga sambil membawa nampan perak dengan sebuah sup yang mengepul menuju sebuah kamar yang dari pintunya saja sudah di lapisi emas dan permata. Dirinya mengetuk pintu kamar tersebut pelan, takut menganggu si penghuni kamar.
Tidak lama sebuah suara yang terdengar seperti suara perempuan menyuruhnya masuk.
Setelah mendapat izin, wanita paruh baya itu segera masuk ke dalam kamar yang tidak bisa di sebut kamar biasa. Luas ruangan tersebut seperti luas sebuah aula. Dinding-dinding serta langit-langit kamar beberapa di hiasi dan di lapisi emas, tempat tidur king size yang terlihat mewah dengan bed cover berwarna [Your favorite Color], meja rias dan lemari pakaian yang terbuat dari kaca, lalu yang terakhir di ujung kamar terdapat satu meja bundar yang menghadap langsung pada pintu balkon.
Di atas meja bundar tersebut, terkumpul beberapa dokumen dan kertas-kertas yang berserakan.
Wanita paruh baya itu meletakkan nampan yang ia bawa di atas meja. Dari bawah kolong meja, terlihat puncak kepala seorang gadis muda dengan rambut hitamnya yang di sanggul asal. Nampaknya gadis itu tengah memungut beberapa kertas yang berjatuhan.
Gadis muda itu adalah [Name] Benjamin, anak semata wayang Armana Benjamin serta pewaris tunggal Benjamin Company.
"Nona, makanlah dulu," ujar wanita paruh baya tersebut.
Merasa terpanggil, [Name] segera berdiri sambil memberikan senyuman ramah kepada wanita paruh baya di hadapannya—atau lebih di kenal dengan sebutan bibi. Dengan kaos berwarna [Your favorite colour] yang kebesaran, di padukan dengan celana pendek berwarna navy membuat si bibi langsung tahu. Ya, gadis itu belum mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Menantu!
FanfictionDapat lamaran mendadak jadi calon menantu di keluarga Amato bersaudara, membuat [Name] harus menyamar dan menyembunyikan identitasnya untuk menyeleksi calon suaminya sendiri. Awalnya sih para anak anak Amato bersaudara ini menolak lamarannya tapi, k...