𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜.
________________"Selamat datang di Bandara Pulau
Rintis, teruntuk penumpang yang baru saja tiba silahkan mengambil barang-barang anda dan hati-hati di jalan."Akhirnya setelah perjalanan kurang lebih dua jam, [Name] telah sampai di Malaysia. Dirinya berangkat tadi pagi dengan sedikit drama antara ia dan ayahnya.
Iya, si Arman memulai drama dengan judul 'Kamu tega ninggalin ayah yang sakit sakitan rentan tua nan lemah ini kahhh???' yang cukup membuat [Name] dan si bibi kewalahan. Memang sifat posesifnya Arman ini udah stadium 5 kayaknya, untung [Name] tidak terlambat dengan jadwal keberangkatan pagi.
Mode pesawat di ponselnya ia matikan dan dalam sekejap notifikasi dari aplikasi chat-nya berbunyi terus-menerus, [Name] tahu notifikasi dari siapa itu.
Ya, siapa lagi kalau bukan ayah tercintanya?
Sambil menarik koper miliknya, [Name] Berjalan keluar dari bandara untuk mencari taksi.
Lho, kok taksi? Kenapa bukan sopir pribadi khusus?
Itu karena [Name] tengah menyembunyikan identitasnya sebagai anak tunggal Armana Benjamin.
Sebenarnya tanpa perlu [Name] menyembunyikan identitasnya, orang-orang tidak akan mengenali ia sebagai anak Arman. Arman sengaja menutupi identitas [Name] dari media, ia ingin anaknya menikmati dulu masa mudanya tanpa gangguan dari para wartawan yang membuntutinya terus-menerus.
"Taksi!"
Sopir taksi yang di panggil segera bergegas ke arah [Name]. "Mau kemana Kakak ini?" tanya supir taksi tersebut.
"Ke Komplek Mawar Berduri Pakcik," jawab [Name].
"Oh Komplek Maw-KOMPLEK MAWAR BERDURI?! KOMPLEK ELIT MEGAH NAN ELEGAN ITUKAH?!" teriak si sopir taksi, membuat beberapa pasang mata menoleh ke arah [Name].
Haduh, mengapa [Name] selalu di pertemukan oleh orang-orang yang suka menarik perhatian?
"Iya di situ Pakcik, Pakcik bisa antar saya? nanti saya kasih ongkos lebih Pakcik," tawar [Name].
Sopir taksi yang begitu mendengar tentang ongkos lebih segera membawa koper [Name] menuju bagasi mobilnya. "Ayo Kakak! Saya siap antar Kakak kemana pun juga!" seru si sopir taksi dengan senyum sumringahnya.
[Name] hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah si sopir taksi sebelum akhirnya ia berjalan menuju pintu mobil sampai, tiba-tiba sebuah notifikasi masuk dari aplikasi chat di ponselnya.
Segera [Name] membuka dan membaca chat-nya.
Kita bertemu di cafe Kokotiam pukul empat sore.
10:23.[Name] tersenyum miring, ini yang ia tunggu-tunggu.
"Kakak! Ayo masuk keburu siang ini!"
"Eh, iya Pakcik!" [Name] segera masuk ke dalam kursi penumpang. Setelah [Name] masuk, sopir taksi tersebut segera bergerak melesat menembus jalanan Kota Pulau Rintis. Manik coklat [Name] melihat pemandangan di luar dari kaca mobil, jalanan lumayan sepi mungkin karena ini masih hari libur semester.
Iya, [Name] berangkat ke Malaysia itu saat liburan awal semester di penghujung tahun.
Bukan di sengaja juga, cuma persiapan [Name] memang memerlukan waktu yang cukup lama.[Name] di sini bukan semata seminggu dua Minggu, tapi sekitar 3 tahun dirinya akan bersekolah di Pulau Rintis di sekolah yang sama dengan para calon suaminya. Dan di saat itulah ia akan memulai misi penyamarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Calon Menantu!
FanfictionDapat lamaran mendadak jadi calon menantu di keluarga Amato bersaudara, membuat [Name] harus menyamar dan menyembunyikan identitasnya untuk menyeleksi calon suaminya sendiri. Awalnya sih para anak anak Amato bersaudara ini menolak lamarannya tapi, k...